Hari ini praktek nyanyi untuk pelajaran seni budaya. Dan tiba giliran Dira untuk maju kedepan. Benar-benar gerogi, keringat dingin keluar saat itu juga. Salah satu hobinya adalah bernyanyi tetapi cukup di kamar mandi dan di kamar sendiri. Dira menyanyikan lagu dari Adera-lebih indah.
Saat ku tenggelam dalam sendu
Waktu pun enggan untuk berlalu
Ku berjanji tuk menutup pintu hatiku
Dan tak untuk siapa pun itu
Semakin kulihat masa lalu
Semakij hatiku tak menentu
Tetapi satu sinar terangi jiwaku
Saat ku melihat senyummu
Dan kau hadir
Merubah segalanya
Menjadi lebih indah
Kau bawa cintaku setinggi angkasa
Dan buat kumerasa sempurna
Dan membuatku untuk
Tuk menjalani hidup berdua denganmu selama-lamanya kau lah yang terakhir untukku"Terima kasih"
Prok...prok...prok
Dira melihat Ezi dan Niko yang sedang berdiri di balik jendela kelas. Sesaat setelah itu mereka pun pergi. Dan Niko
meninggalkan senyumnya.Raut wajah Dira berubah menjadi kesal tak beraturan. Karena Ezi lagi-lagi muncul di matanya. Ia benar-benar tak ingin melihat Ezi, walaupun pada kenyataannya ia masih sayang. Karena rasa sayang lebih melekat di hati dari pada cinta,
lebih melekat dari lumut dengan batu, dan lebih melekat dari perangko dengan kertas.***
Angin malam membelai rambut Dira yang tengah duduk di bangku teras. Tak ada satu pun yang setia menemaninya sekarang selain ponsel dan suasana malam yang begitu indah. Seindah kenangan manis yang Ezi berikan padanya.
Air matanya kembali menetes. Ia ingat kembali ketika pertama kali Ezi menyatakan perasaanya, ketika Ezi mencubit pipinya, ketika Ezi memberikannya es krim dan masih banyak lagi.Dira menghapus air matanya ketika lelaki yang sudah tak asing baginya memasuki teras rumahnya. Lelaki itu mulai mendekatinya, tetapi Dira langsung masuk tanpa menyapanya terlebih dahulu.
Karena penasaran Dira memutuskan untuk bertanya kepada abangnya tentang tujuan lelaki yang baru ia temui 5 menit yang lalu.
"Bang"
"Hmmm" jawab Gio sederhana karena ia sedang asik memainkan ponselnya.
"Abang kenal sama cowok yang make jaket kulit coklat tadi"
"Oh cowok tadi, itu adiknya bang Raka namanya Niko, katanya dia juga sekolah di SMA kamu" jawabnya tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun.
" oh, yaudah thanks informasinya, gue tidur dulu ah ngantuk"
"Jangan lupa lusa!"
"Siap bos"Kemudian Dira meninggalkan abangnya yang sedari tadi sibuk memainkan ponselnya.
Ia merebahkan tubuhnya di ranjang tidur berwarna putih. Setelah itu matanya terlelap dan memasuki ruang mimpi.Pagi ini awan mendung sebagai atapnya. Udara sangatlah sejuk walaupun hujan belum turun.
Suara jam weker membangunkannya dari kehangatan selimut. Setelah melihat jam, ia bergegas pergi ke kamar mandi menghiraukan ponsel miliknya terjatuh karena tersenggol tangan.Dira menghembuskan nafas panjangnya ketika sampai di koridor sekolah.
"Untung belum telat"
"Telat juga engga apa-apa kali, kan lo juga yang di hukum" sahut Niko yang berjalan di belakangnya.
"Ish. Apaan sih lo"Dira menambah kecepatan langkahnya agar Niko tidak membuntutinya di belakang. Maksud Niko bukan mengikuti langkahnya, karena arah kelas mereka sama walaupun berbeda 2 kelas.
"Gue bilang lo jangan ngikutin gue, denger gak sih lo"
Kemudian Dira berhenti sejenak.
"Oi jangan ngikutin gue!"
Perintahnya entah untuk siapa karena ketika ia membalikkan badannya, Niko sudah memasuki ruangan kelasnya. Karena kesal ia pun lari menuju kelasnya."Ko gue bisa lupa ya, kalo Niko itu temannya Ezi, dan kelas Ezi ada di jajaran kelas gue. Ahhh....Dira butuh aqua" ucapnya dalam hati.
"Oi Ra, lo kenapa? pagi-pagi udah bengong gitu" tanya Sasa dengan melambai-lambaikan tangannya di depan mata Dira.
"Hah mmm...engga apa-apa gue cuma butuh aqua, kantin yu, eh tapi Mely sama Gina belum datang"
"Yaudah nunggu aja sampai bel masuk bunyi" jawab Sasa ketus.
"Hahaha lo lucu kalo lagi marah, yaudah yu ke kantin"***
"Dira kan?" Tunjuknya dengan sopan.
"Iya gue Dira"
"Lo dipanggil sama bu Dewi di Aula sekarang"
"Oke makasih ya"Setelah diberitahu oleh Demas, Dira langsung pergi menemui bu Dewi guru B. Inggris.
30 menit berlalu. Karena merasa bosan Dira memutuskan pergi ke perpustakaan untuk membaca buku sedangkan ketiga temannya pergi ke kantin. Dira bukanlah kutu buku hanya saja sekarang ia ingin mencari tempat yang hening. Dira berjalan seorang diri menyusuri koridor sekolah ketika sampai di depan pintu perpustakaan tiba-tiba...
Bugh
"Au" keluhnya sembari memegang lengan kanannya.
"Eh sorry-sorry gue engga sengaja" ucap lelaki yang membuat Dira tak jadi marah ketika melihatnya.
"Oh iya engga apa-apa"
Demas pergi meninggalkan jejaknya dan Dira masuk, memilih buku yang ingin dibacanya sembari memegangi lengannya yang masih sakit akibat ditabrak Demas.Entah kenapa, perasaan gadis ini mulai berbeda dengan biasanya, sangat jauh berbeda ketika ia belum bertemu dengan Demas. Entah itu perasaan cinta atau hanya sekedar kagum.
Sepanjang ia membaca buku yang dipilihnya, yang ada dalam bayangannya hanya Demas. Lelaki yang belum pernah dilihatnya selama sekolah disini.
Bel pergantian jam berbunyi. Dira cepat-cepat pergi ke kelas karena sekarang pelajaran Matematika. Bukan masalah pelajarannya yang Dira cemaskan melainkan gurunya karena Pak Andi adalah satu-satunya guru Matematika ter-killer di sekolah ini.
Semua siswa sudah duduk di tempatnya masing-masing. Keadaan menjadi hening ketika pak Andi memasuki ruangan kelas dengan steak drum hitam di tangannya.
"Buka buku paketnya halaman 123, kerjakan soalnya dan kumpulkan hari ini juga, bapak sekarang ada rapat. Jangan ribut!" Ucapnya dengan suara yang terdengar mengerikan.
Setelah itu manusia yang paling ditakuti oleh murid sesekolah ini pun keluar. Para siswa kembali menghembuskan nafasnya dengan lega. Dan kelas pun kembali ribut."Guys, lusa bakal ada pertandingan basket antar sekolah. Pada mau liat engga?" Tanya Gina pada ketiga temannya itu.
"Males ah gue, mending nonton film daripada liat basket, ngebetein" jawab Mely sambil mengeluarkan ponselnya
"Film terus lo Mel. Engga capek apa tuh mata natap layar terus"
"Nah emang lo engga capek liatin bola basket terus? mending juga liat Leonardo Decaprio yang udah jelas ganteng daripada liatin bola"
"Sorry yah gue mah liat pacar gue bukan bolanya. Huhu" ejek Gina
"Gilang, Gilang, dan Gilang terus yang lo prioritasin" kesal Mely
"Udah udah. Masalah sepele aja diributin. Kalo lo engga mau liat yaudah Mel engga apa-apa toh juga engga wajib" jelas Dira
"Iya gue juga engga maksa orang buat liat kali" sindir Gina dengan melirikkan matanya pada Mely
"Gue mau liat Gin, entar lo kerumah gue ya" pintah Dira
"Tumben apa lo mau ikut nonton basket, biasanya juga kalo gue ajak lo selalu nolak"
"Wihhhh nih anak kesurupan apa ya hahaha" ucap Sasa
"Apaan sih. Udah ah gue mau ke wc dulu"Siswa-siswi SMA MANDIRI berhamburan keluar karena bel pulang sudah berbunyi. Disusul Dira dan teman-temannya berjalan melewati gerbang sekolah tanpa Gina karena Gina pulang dengan pacarnya Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grey Love
Teen FictionSeperti rokok, manis di mulut menyakitkan di hati. "Mungkin gue bukan lelaki yang ada di mimpi lo karena gue bukan bayangan melainkan nyata seperti perasaan". "Gue bukan penulis syair yang bisa menciptakan kata-kata indah, tapi gue adalah Niko yang...