"Apa kau sudah bertemu dengan Inspektur Park?"
Suara berat itu menyeruak di antara suasana hening makan malam yang tentram. Sedari tadi hanya suara denting sendok, garpu dan pisau makan yang beradu dengan piring bulat putih wadah maincourse yang tersaji begitu menggoda: barbeque chicken breast, dengan lelehan saus tomat yang melumer menggugah selera. Belum lagi aroma hangat yang menguar, membelai tiap saraf penciuman untuk ditransmisikan pada otak hingga tanpa sadar meningkatkan frekuensi sekresi ludah bagi mereka yang menghirup aromanya.
Ini adalah dinner terindah bagi tiga orang yang saat ini tengah menikmatinya. Sebab, waktu kebersamaan yang pas seperti ini teramat langka: sangat jarang ditemui, terlalu sulit untuk dikejar, dan terlalu lama untuk ditunggu. Dan ketika malam ini pun datang tanpa diduga, sang nyonya lekas buru-buru untuk berkutat di dapur bersama para koki andalan keluarga Jung untuk menyiapkan menu makan malam spesial setelah mendengar bahwa sang kepala keluarga Jung akan melaksanakan kepulangannya dari rapat besar kepolisian di luar kota. Maka ketika Tuan Jung datang dengan segudang cinderamata di dalam mobilnya turut mengantarkan rasa syukur Nyonya Jung dan putranya, sebab sang kepala keluarga telah kembali dengan keadaan selamat tanpa cacat.
Masih berselimut ketenangan. Ada jeda beberapa saat, sebab yang ditanya sedang memotong daging ayamnya dengan pisau, lalu menyuapkan potongan itu ke dalam mulutnya, mengantarkan kelembutan saat geraham belakang mengunyahnya kelewat pelan, menikmati sensasi manis asam yang kentara. Mata teduhnya terpejam sembari bergumam dalam hati betapa bersyukurnya ia diberi kesempatan menikmati makan malam yang langka.
Walau meja makan ini terlalu luas untuk tiga orang yang kini tengah menyantap makan malam bersama, namun dengan ditemani nyala lilin yang temaram dan Nocturne milik Chopin yang mengalun merdu, benar-benar menjadi pelengkap yang sempurna. Begitu manis dan romantis, dan masing-masing orang yang ada di meja makan ini berharap akan tercipta suatu momen yang tak kalah manisnya.
Seorang wanita paruh baya namun masih tetap cantik diusianya mengangkat wajah, menatap putranya yang berwajah sama dengannya yang tak kunjung menjawab pertanyaan sang suami. Ia menghentikan sejenak kegiatannya, lalu memperingati sang anak dengan lembut, "Jawab pertanyaan Papamu, Sayang."
Mendengar suara lembut milik Mamanya, sang putra meraih segelas lemonade, meneguk perpaduan rasa manis-asamnya yang menyegarkan. Ia mendesah pelan, "Sudah, Papa. Hoseok sudah menyampaikan semua kasus-kasus itu padanya. Hanya berkas saja yang belum kuserahkan. Aku masih menunggu anak buahku mendapatkan data dari pelacakan tersangka yang masih bersembunyi." Hoseok mulai mengiris daging ayamnya lagi, "Mungkin besok atau lusa detektif andalanku melapor padaku."
Sekilas, Hoseok menatap sang Papa yang mengangguk paham. Ia kembali berkutat dengan makan malamnya yang tinggal sedikit.
"Bagaimana dengan kuliahmu?" Ini suara Mama Hoseok. "Tidak ada masalah, kan?" Imbuhnya sembari mengusap bibir dengan serbet makan yang terselip di kerah bajunya. Wanita itu kemudian meneguk pelan segelas air putih yang ada di sudut piringnya, sambil melirik Hoseok yang sudah selesai dengan makan malamnya.
Hoseok meraih piring kecil yang berisi panna cotta rasa coklat favoritnya. Ini dessert terbaik sepanjang masa, gumamnya dalam hati. Ia menyuap sesendok ke dalam mulutnya, lalu rasa vanilla dan coklat meluber jadi satu bersama kelembutan teksturnya, hingga membuat Hoseok harus menyendok lagi dan lagi untuk menikmati kembali sensasinya yang menakjubkan. "Semua berjalan dengan semestinya, Mama. Percayakan semua padaku." Katanya, lalu menyuap kembali panna cotta favoritnya lalu gumaman ini enak sekali terucap tipis.
"Setidaknya, indeks prestasimu untuk semester ini naik drastis dari semester kemarin." Sang Papa kini bersuara sambil mengusap remah makanan yang tersisa di bibirnya. Ia kemudian memangku siku di atas meja, lalu menautkan kesepuluh jemarinya untuk dijadikan pangkuan dagu. "Pertahankan prestasimu, atau lebih baik tingkatkan dari sebelumnya jika kau mampu. Walaupun kau harus kurecoki dengan berbagai misi," Sang Papa mengembuskan nafas pelan, "Karena kau intelnya di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN YOU INSIDE ME
Fanfiction[CH 15 UP] Taehyung tidak habis pikir dengan hobi Jungkook yang sangat-amat menyukai erangan serta desahannya. Suaminya itu sangat gemar membuat dirinya di manapun untuk mendesah, mengerang, serta orgasme berkali-kali, bahkan mampu membuat Taehyung...