04

28 1 0
                                    

Terik matahari berasa berada di ubun kepala.
Dengan tergesa-gesa Raina berjalan ke arah ruang fisika, dia harus menemui seseorang yang kemarin membuat janji padanya.

Seseorang itu berada di depan pintu ruangan

"Kevin!!" Panggil Raina

Kevin menoleh ke arah suara "Raina? Ada apa Rain?"

"Kemarin kamu mau ngomong apa? Maaf kemarin saya ada urusan jadi engga bisa datang" Ucap Raina dengan perasaan tidak enak

"Ohh itu.. gini Rain, 3 minggu lagi ada olimpiade fisika tingkat provinsi. Nah kemarin gue sama anak-anak lain udah setuju kalau lo yang bakal wakilin sekolah kita" Jelas Kevin

Raina tidak percaya akan hal yang diucapkan Kevin.
"Saya?" Tanyanya dengan menunjuk dirinya sendiri

Kevin menghembuskan nafas panjangnya
"Iya lo Raina Adzani"

Entah apa yang di rasakan Raina. Gak percaya, senang, bangga, bingung semua jadi satu

"Persiapin diri lo, gue harap lo bisa bawa nama sekolah kita di tingkat Internasional dan bikin bangga sekolah kita" Ujar Kevin seraya menepuk-nepuk bahu Raina
"Yaudah gue balik dulu ya Rain, jangan lupa persiapin diri lo"

Kevin melenggang pergi dari Raina. Raina sangat senang, andai saja mamanya di sampingnya pasti Raina akan langsung memeluk dan menceritakan semua kepada mamanya.

Ketika Raina berjalan menuju gerbang sekolah, ia melihat 3 anak laki-laki yang salah satu diantara mereka telah menolongnya 2 hari lalu. Raina masih mempunyai hutang kepada orang itu.

"Heii!!!!" Teriak Raina memanggil seorang laki-laki yang jaraknya lumayan jauh dari tempat Raina berdiri.

3 laki-laki itu spontan berhenti dan menoleh ke arah Raina. Raina berlari menghampirinya.

"Tunggu!" Ucap Raina

Ketiga laki-laki itu bingung

"Kamu yang sudah nolong saya 2 hari lalu kan?" Raina merogoh saku seragamnya dan mengerluarkan uang selembar uang berwarna hijau 20.000
"Ini... makasih ya"

Devan mengenyirtkan dahinya "Maksud lo apaan?"

"Waktu itu kamu nolong saya pas di kantin, kamu bayarin makanan saya. Waktu itu saya engga bawa uang. Sekarang saya balikin" Jelas Raina

"Engga usah. Gue ikhlas" Tolak Devan

"Engga boleh, saya pinjam dan saya juga yang harus ngembalikan"

"Lo simpen dulu aja. Ntar kalo gue butuh gue ambil" Ucap Devan menolak dengan halus

Devan melangkah pergi meninggalkan Raina yang masih kaku di tempat

                                      ****

Ponsel Raina bergetar menandakan ada notifikasi chat. Raina yang tadinya akan memejamkan mata kini tangannya mencari ponselnya.

Ternyata dari grup chat

Line

Calista Novela : Gue jadi jalan nih sama Reno

Ayu Maharani : Lah baper

Raina Adzani : Lah laper

Ayu Maharani : Ah receh

Raina Adzani : Saya belajar ngelawak nih

Ayu Maharani : Iya..iya Rain lo lucu kok

Raina Adzani : Jan bikin hati saya senang sementara

Ayu Maharani : Coba deh lo jangan pake kata 'saya' serasa formal bat

Raina Adzani : Em engga bisa :(

Tidak ada balasan dari Ayu maupun Calista. Pasti Calista lagi makan tuh sama Reno dan mungkin Ayu juga sibuk sama rambutnya yang katanya ada tren baru.

Raina meletakkan ponselnya di tempat tidurnya. Ia mulai memejamkan mata, tak lama ponselnya kembali bergetar

Line

Kevin Alviko : Malam Rain :)

Raina tidak ada niatan untuk membalasnya. Dan.. ponselnya kembali bergetar

Line

Calista Novela : Rain???

Raina Adzani : Apa Cal?

Calista Novela : Dicariin tuh sama Devan :v

Raina Adzani : Hah? Maksudnya?

Calista Novela : Polos amat jadi orang -_- anjirr. Kata Reno, tadi Devan bicaraiin lo sama Reno & Farel.. Ciee

Raina Adzani : Ih.. kenal aja engga

Calista Novela : Cieee baper

*read*

Calista Novela : Lah di read doang dasar -_-

Raina kembali meletakkan ponselnya. Dia kembali memejamkan matanya.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang