2

843 84 0
                                    

Iqbaal hanya meringis kesakitan. Bocah ini selalu menganggu ketenangan wanita yang ada dikelasnya :3

"Lo gak cemburu liat dia kayak gitu?" Cassie menyikut Steffi yang bungkam sejak tadi.

Steffi menorehkan senyum. Tidak. Lebih tepatnya senyum palsu.

Bella, gadis itu barusaja datang dan dengan lancang menyeringai mereka--Salsha dan Iqbaal.

"Heh! Lo kemarin apain laptop gue? Semua datanya hilang!" Bella histeris, tangannya itu tudingkan menunjuk Iqbaal.

"Well, Iqbaal akan bernasib buruk hari ini." (namakamu) melenggang dari area itu.

Iqbaal meraih satu apel merah didalam tasnya. Lalu menggigitnya sepotong.

Keadaan kelas yang sunyi senyap diakibatkan para siswa yang sibuk mengisi perut dikantin, Iqbaal pergunakan untuk mengerjai (namakamu).

Ia mengendap-endap. Ditangannya menggengam apel yang sudah digigit bagian luarnya, spidol, dan kertas.

'Alwan'

Iqbaal menuliskan nama Alwan dikertas itu. Lalu merekatkan pada bagian apel yang tak mengenai gigitannya.

"Hihi, lo jadi ge-er bentar!" Iqbaal terkekeh pelan. Disimpannya apel itu dilaci meja (namakamu).

Kring.. Kring!
Bel berdentan, para siswa bersorak sorai. Bel itu bagaikan penyelamat bagi mereka.

"Baiklah, anak-anak. Sampai jumpa minggu depan." pamit Mrs. Serena. Namun semua siswa malah sibuk dengan kegiatan mereka sendiri.

(namakamu) merogoh lacinya. Tangannya menyentuh sebuah benda padat. Diraihnya benda itu.

Ia mendapati nama pujaan hatinya terpampang diapel itu.

Di sepanjang koridor. Ia tak henti-hentinya bersorak-sorai. Meskipun sekolah ini sudah sepi, ia harus menjaga sikapnya -_-

"Apa maksud dia ngasih gue apel yang udah digigit?" (namakamu) mendengus kesal. Ia tak tahu maksud pengirim ini.

Dan sebuah akal terlintas diotaknya.

Ia berhasil menggigit apel itu. Terkesan jorok tapi ia menyukainya.

"Rasanya manis nggak?" suara itu, suara yang selalu mengejutkannya.

(namakamu) menoleh secara perlahan. Pipinya mengembung akibat apel yang masih bertahan didalam rongga mulutnya.

"Rasa bibir gue manis nggak?" tanya Iqbaal sekali lagi.

Mata (namakamu) terbelalak, "Jadi, ini punya elo?" Iqbaal hany mengangguk seraya menahan tawanya.

"Puihh! Puih! Najiss!" (namakamu) langsung memuntahkan apel yang ada dimulutnya.

"Berharap tuh jangan tinggi-tinggi. Mana mau, Alwan sama elo. Liat pacarnya. Cantik-cantik, tajir lagi." Iqbaal melangkah pergi dari area itu.

(namakamu) tercengang. Perkataan Iqbaal ada benarnya juga. Ia hanya gadis biasa. Nggak cantik! Nggak tajir juga.

(namakamu) menarik napasnya pelan. Lalu membuangnya sembarang.

"Gue harus perjuangin cinta gue." sungutnya semangat.

"Mama! Gue benci dia!" teriak (namakamu) dalam kamarnya. Meskipun ia berteriak sekencang mungkin, orang tuanya pasti tak kan mendengar.

Jelas saja. (namakamu) hanya tinggal sendirian di rumah ini. Rumah sederhana yang diberikan orang tuanya ketika orang tuanya ingin mencari nafkah ke Singapur.

Teriakan (namakamu) berubah menjadi isakan. Dikepalanya masih terngiang kata-kata Iqbaal yang membuatnya nyaris pupus harapan pada Alwan.

"Lo pikir lo siapa? Hah? Gue bisa buktiin kalau Alwan bisa jatuh cinta sama gue."

Pagi ini, masih tetap begitu saja. Tak ada kemajuan dalam hal PDKT nya pada Alwan.

Dan seperti biasa. Suara pekikan Salsha, Bella, dan Iqbaal sudah menjadi backsong kelas ini.

"Kapan mereka bosan?!" dengus Cassie menutup kupingnya.

(namakamu) duduk dibangkunya, tepat disebelah Steffi. Sementara Cassie ia duduk bersama Sharon tepat didepan (namakamu).

"Alwan gimana?" tanya Steffi. (namakamu) menggeleng pasrah.

"Ayolah, (nam..). Lo nunggu Alwan? Itu sama saja nunggu batu mau ngomong." ketus Cassie. Ia tak suka jika sahabatnya begini terus.

"Lo sendiri, dengan Iqbaal bagaimana?" (namakamu) menoleh pada Steffi.

"Masih sama." pasrahnya. "Gue udah ungkapin berkali-kali. Tapi dia yang nganggap gue cuma bercanda, melakukan sejenis tantangan, atau apalah."

"Ditambah Salsha dan Bella yang selalu bikin gue cemburu kalau liat dia bertengkar dengan Iqbaal." sambungnya.

"Kita senasib."

"Bunga dari siapa lagi sih?" (namakamu) mencak-mencak ketika setangkai mawar merah nangkring di lacinya.

Masih dengan tulisan dan nama tertera yang sama, "Alwan."

Buru-buru (namakamu) menghampiri Iqbaal yang sibuk dengan earphone dan ponselnya.

"Bisa gak sih, berhenti gangguin gue dengan semua ini?" mata (namakamu) mulai berkaca-kaca.

Ditatapnya Iqbaal dengan penuh kemarahan. Ia tak suka diperlakukan seperti ini.

(namakamu) meraih sapu yang tak tau darimana-,- "Bisa gak sih berhenti bikin gue berharap?!"

BRAK BUGH TANG TING TUNG TOEL!

"Ampun, (nam..) gue minta maaf." ujar Iqbaal. Ia berusaha menggunakan lengannya sebagai perisai pelindung.

Wajah (namakamu) sudah seperti monster mengamuk. Ia mungkin sudah mendaftarkan Iqbaal sebagai orang yang berdosa besar padanya.

"Gue sumpahin lo bakal jomblo!" sumpah serapah itu terus diucapkan (namakamu).

Lovable +idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang