"Gue suka sama Iqbaal."Seketika darah gue berhenti berdesir. Jantung gue terpompa lebih cepat. Dunia seakan berhenti berputar. Apa ini?
※
Hari ini, hari dimana kelas gue olahraga. Seusai ganti baju, kami break sebentar sesuai perintah Pak Hasim. Dan sekarang gue lagi duduk di bangku dengan manis sambik mencomot camilan yang baru gue beli di kantin.
Tapi, duduk manis gue terhenti tatkala Iqbaal datang nyelonong. Duduk didepan gue.
"Please, Baal. Gue lagi capek. Lagi gak mood!" kata gue disertai penekanan dengan tatapan melotot.
"Ciee.. Galau ciee. Mikirin Alwan ye? By the way, Alwan punya pacar baru lohh!" ejek Iqbaal.
"Dihh.. Sotoy!" gue putar bola mata gue.
"Sini gue hibur." Iqbaal mulai mukul-mukul meja gak jelas. Sampai menghasilkan suara ketukan yang agak gue kenal.
"I never thought that I could walk through fire," Iqbaal mulai nyanyi. Alhasil gue yang kebetulan dan memang hapal lagunya, gue ikut nyanyi.
Tanpa gue sadari, empat pasang mata merhatiin gue dengan tatapan gak suka. Tapi gue gak musingin. Dan tetap lanjutin nyanyi.
"..gonna give everything I have. It's my destiny.."
Suara kami terpadu menjadi satu. Dan suara gue mirip-mirip lah sama Ariana Grande :v #wakss
"Whenever you knock me down. I will noy stay on the ground. Pick it up, pick it up, pick it up, pick it up up up. And never say never."
※
That should be me, making you laugh~
※
Gue gak ngerti. Kenapa, setiap gue suka sama seseorang, pasti bertepuk sebelah tangan ToT
Dan hari ini gue kembali galau ngingat Alwan pacaran sama orang lain. Itu nyesek.
Gue putar berulang kali lagu 'That Should Be Me' yang bawaannya nyesek kalau didengar.
Kembali gue terawang langit-langit kamar gue. Pandangan gue kosong. Ada yang berbeda. Kenapa hidup gue selalu sial? Cinta bertepuk sebelah tangan? Udah biasa. Malahan kayaknya itu udah diatur bahwa jika gue suka sama seseorang ujung-ujungnya pasti gak pernah peka. Sedih MAMEN!
Lamunan gue buyar seketika tatkala ngedenger suara piano. Gue tau. Itu adik gue.
"Farhan!!" gue teriak sekenceng mungkin biar dia denger. Tapi, yang ada dia tetap lanjutin permainan piano nya.
Dengan ketulusan hati, gue turun ke lantai satu untuk tegur dia secara langsung.
"Farhan!!!" gue berjalan mendekat kearah dia. "Tau, ini jam berapa?"
Dia ngangguk.
"Ini jam orang tidur siang, Han! Jangan bikin keributan." bentak gue. Dia cuma bergumam gak jelas.
"Mentang-mentang jago main piano. Lo bisa bikin keributan seenaknya?"
"Kakak lagi PMS yah? Atau lagi patah hati?" tanya dia dengan polosnya. Maklum dia masih bocah. Masih kelas 2 SMP. Tapi, jangan ditanya dia jago main piano atau nggak. Dia jago banget men! Dia udah ngikutin beribu lomba yang sukses bikin gue ngiri plus jadi kebanggaan mama sama papa.
"Dih! Sotoy! Anak kecil gak boleh tau masalah orang besar!" gue terkikik pelan. "Kakak lagi tidur."
※
"Semuanya pada kemana?" tanya gue pada Cassie yang sedang duduk sendirian di kantin.
Cassie menoleh, "Steffi sama Sharon lagi mesen makanan. Jeha, Celine, Shanin katanya mau nyusul bentar,"
"Bella?" Cassie menoleh pada meja kantin yang dihuni Bella, Salsha, Iqbaal, BD, dan lain lain.
"Tuh!" gue duduk di bangku yang masih kosong.
"Kayaknya, Bella marah deh sama gue." Cassie mengerutkan keningnya.
Seakan bisa membaca pikiran Cassie gue tambahin, "Iya, dia marah. Soalnya dia suka sama Iqbaal."
"Kalau suka sama Iqbaal mahh, gue udah tau lebih dulu. Tapi-.." gue buru-buru motong pembicaraan Cassie.
"Astaga. Lo udah tau?" Cassie ngangguk.
"Lo jangan motong dulu!" gue nyengir lebar. "Yang gue tanyain, hubungannya sama elo itu apa? Kenapa dia bisa marah?"
"Lo pasti tau jawabannya." Cassie ngangguk mengerti.
"Cass, bantu gue baikan dong sama Bella." gue melas.
※
"Bell, lo kenapa sih?" dengan sigap kuraih tangannya untuk gue cengkram.
"Jangan diemin gue kayak gini!" dia balik badan dan natap gue dengan pandangan gak suka.
Namun, sedetik kemudian dia langsung pergi tanpa ngejawab pertanyaan gue.
SEMUA GARA-GARA IQBAAL!!
※
Gue melangkah malas-malasan masuk kedalam kelas. Ini sejarah terburuk bagi gue. Musuhan sama Bella cuma gara-gara cowok. Nggak masuk akal.
"Gimana? Lo udah baikan?" tanya Sharon. Sepertinya dia diberitahu oleh Cassie perihal masalah ini.
Gue refleks menggeleng.
"Mau dia apasih? Iqbaal bukan siapa-siapanya. Terserah Iqbaal dong mau deket sama siapa. Sewot banget." bela Steffi dengan semangat 45.
"Liat gue. Gue udah lama suka sama Iqbaal. Tapi gue gak marah kalau dia deket sama seseorang. Termasuk elo." tambah Steffi. Bener juga perkataan Steffi.
"Tapi.. Stef-"
"Tapi apa? Jangan salahin diri lo!" ucap Steffi dengan amarah berkobar-kobar.
"Mendingan lo jauhin Iqbaal deh. Biar masalah gak tambah besar." saran Cassie. Sharon setuju dengan menganggukkan kepalanya.
"Gue berusaha."
※
JAUHIN IQBAAL!!!
Itu kata-kata yang tertanam di pikiran gue. Itu tujuan gue.
Untuk ngelepas rasa bosan yang terjadi pada saat jam kosong begini. Gue mutusin buat denger lagu lewat iPod gue.
Asli! Cuma lagu dari Justin Bieber yang bisa bikin gue tenang. Namun, ketenangan itu hanya sesaat doang. Iqbaal datang langsung nyelonong ngambil satu earphone yang terjejal di telinga gue.
Refleks gue marah dan ngingat tujuan gue. JAUHIN IQBAAL!!!
"Bisa gak sih lo berhenti ganggu gue?" Iqbaal menggeleng. Gue pelototin mata.
"Mau lo apa sih?" gue mencak-mencak gak jelas.
"There's gonna be oneless lonely, oneless lonely girl, oneless lonely girl, oneless lonely girl.." dia bersenandung tanpa ngegubris gue. Seakan-akan itu hanya angin lewat.
"Maksud lo apa?" kata gue membentak. Tiba-tiba gue ngeliat Bella dan Salsha masuk kedalam kelas. Bella natap kami dengan pandangan gak suka.
Gue yang sadar, buru-buru pindah dan mencabut satu earphone di telinga Iqbaal dengan paksa.
"Aww.." dia meringis. Tapi gak gue peduliin. Gue cari tempat pengungsian.
Gue gak mau Bella jealous.