Hari berlalu dengan cepat. (Namakamu) sudah bosan. Bosan di diemin sama sahabat sendiri? Sungguh tidak enak.
(Namakamu) menenangkan dirinya dengan sebuah iPod dan earphone yang terjejal di telinganya. Melantunkan lagu Justin Bieber berjudul 'Roller Coaster'.
"Gak bosan JB mulu?" Iqbaal datang menghampiri (namakamu). Sudah biasa! Ini sudah jadi kebiasaan Iqbaal. Duduk tanpa dipersilahkan didekat (namakamu) dan mulai menganggu.
"Baal," air muka (namakamu) mendadak serius. Dia menghadap Iqbaal sekarang. Menatap mata teduh Iqbaal lekat-lekat.
"Please jauhin gue," ucap (namakamu) serius. Iqbaal menganga. (Namakamu) aneh.
"Maksud lo? Gue gak ngerti sumpah." Iqbaal menggeleng pelan. Merasa (namakamu) kali ini bercanda. Ia merebut satu biji earphone yang terjejal di telinga (namakamu). Merebut dengan paksa iPod (namakamu), jarinya menari-nari diatas sana.
Namun, (namakamu) tak tinggal diam. Ia kembali merebut miliknya. Lalu pergi ke tempat lain. Tanpa memperdulikan Iqbaal.
"Lo aneh," gumam Iqbaal. Tanpa tunggu lama, ia berdiri mencari mangsa lain untuk diganggu.
※
Pagi yang cerah, (namakamu) menghirup napas sedalam mungkin. Menatap langit yang cerah terpampang dengan jelas di atasnya.
"Semoga secerah langit ini," (namakamu) bergumam.
Sesampainya di kelas, ia merasa janggal. Mengapa semua orang sudah siap sedia di bangku? (Namakamu) mengetahuinya ketika Jeha bertanya, "Pr lo udah selesai belum?"
(Namakamu) menelaah setiap kalimat Jeha, "Astaga.." (Namakamu) menepuk jidatnya. "Gue lupa."
Dengan gesit (namakamu) merogoh tas nya. Mencari buku serta pulpennya. Ia celingak-celinguk. Mencari orang yang menjadi sumber contek-menyontek PR nya selama ini.
"Cass!" Cassie menoleh. Ada yang berbeda dengan Cassie. Tapi (namakamu) tak menghiraukannya. Ia merasa PR nya saat ini sangat perlu.
"Lo terlambat, (nam..)." Cassie menujukan arah pandangannya pada bangku yang dikerumuni beberapa siswa disana.
Tanpa tunggu lama ia segera mengusir mereka.
"Enak aja lu! Baru datang langsung nyosor!" Protes Bd tak terima. (Namakamu) memutar bola matanya. Wait! Bd juga berbeda hari ini_-
(Namakamu) langsung duduk begitu saja tanpa memperdulikan siapa bangku yang tengah ia duduki.
Ia menoleh dan ternyata itu adalah Iqbaal. Jadi, satu bangku, dua orang? (Namakamu) dan Iqbaal.
(Namakamu) refleks berdiri lalu bergidik ngeri.
"Gue bakal mandi kembang tujuh rupa setelah ini," racau (namakamu) disertai tatapan jijiknya. Iqbaal menyeringai.
※
Jam istirahat tiba! (Namakamu) segera menggandeng Steffi untuk ke kantin.
"Cass!" Panggil (namakamu) ketika di ambang pintu. Cassie menghampiri.
"Perasaan dari kemarin lo bawa kamera deh," tanya (namakamu) kesal. Merasa janggal atas semua ini.
"Ya terus?" Respon Cassie agak menyebalkan.
"Lo! Tunggu-tunggu!" (Namakamu) menyeret Bd yang tengah jalan bersama dengan Iqbaal.
"Lo berdua?" (Namakamu) bergantian menatap Bd dan Cassie. Lebih tepatnya menatap kamera yang bergelayut di leher mereka. Mereka lebih mirip paparazzi daripada seorang pelajar.
Kamera? Samaan? Maksudnya apaan? Batin (namakamu) pangling.
"Lo pasti punya maksud di balik semua ini?" Tanya (namakamu) curiga.
"Yaelah, (nam..). Mereka kan-.." Belum sempat Steffi melanjutkan. Mereka—Cassie dan Bd langsung nyosor.
"Enak aja!" Bantah mereka bersamaan.
"Tuhkan samaan?" Steffi melipat kedua tangannya didepan dada. "Gitu-gitu juga kan kalian pernah saling sayang!"
"Maksud lo berdua bawa kamera apaan? Ada tugas gitu? Kok gue gak tau?" (Namakamu) mengajukan pertanyaan bertubi-tubi.
"Lo kepo amat sih?" Tanya Iqbaal sewot. Tanpa menatap (namakamu) dan memasang tampang watadosnya.
(Namakamu) menyeringai.
"Iya ini tugas," jawab Cassie singkat.
"Tugas dari i@%!?#*" Kalimat yang di lontarkan Bd gak jelas karena mulutnya di bungkam oleh Iqbaal.
"Bd? Gue laper nih?" Iqbaal menyeret Bd pergi begitu saja.
Steffi menggeleng-geleng tak jelas. Namun, berbeda dengan (namakamu). Ia masih heran.
※
Sorakan riuh dari siswa 10A bergema di lapangan basket sekolah. Hari ini mereka ada praktek basket.
Berbeda dengan (namakamu). Hari ini ia tidak bersemangat. Ia memang tak terlalu suka pelajaran olahraga.
Berkali-kali ia memasukkan bola itu ke dalam ring. Namun tak kunjung bisa melewati ring tersebut.
"Kalau gak bisa yahh mundur aja," sorak salah satu perempuan yang (namakamu) yakini adalah suara Bella.
Iqbaal memicingkan matanya. Terfokus pada bola yang digenggam oleh kedua tangan (namakamu) didepan dadanya.
"Sini," Iqbaal merebut bola itu. Mendribble beberapa kali lalu memasukkannya ke ring. Dan.. Ia berhasil!
"Gitu aja songong!" Cibir (namakamu). Iqbaal meletakkan bola itu diatas tangan (namakamu).
Dan dari belakang (namakamu) Iqbaal berdiri memegang bola itu bersama (namakamu) tepat didepan dada (namakamu)*ngertigak*
"Lo harus loncat setinggi mungkin," napas Iqbaal menyapu leher (namakamu) sehingga bulu kuduknya meremang.
'Crek!'
Entah suara apa itu yang mampu membuat (namakamu) menoleh ke arah teman-temannya.
"Fokuskan mata elo!" Kata Iqbaal pelan.
'Crek!'
Lagi-lagi (namakamu) menoleh. Suara apa sih itu? (Namakamu) membatin.
"Dan.. Loncat!" Iqbaal mundur dengan cepat berusaha memberikan ruang untuk (namakamu) loncat. Sementara (namakamu) refleks meloncat. Dan bola itu masuk ke dalam ring.
Yey! Satu sejarah untuk (namakamu). Semua bersorak ria kecuali Salsha dan Bella.
Salsha dan Bella meninggalkan tempat. Bersamaan dengan Iqbaal yang ikut di belakang mereka.
(Namakamu) semakin bingung. Dunia ini membuatnya bingung.
※
(Namakamu) menangis sekencang mungkin. Dimana semua koleksi Album Justin Bieber nya? Bagaimana barang-barang itu lenyap dengan sendirinya.
Semua orang dirumahnya sudah ia tanyai. Namun, tak satu pun dari mereka yang mengetahuinya.
"Mama gak ngeliat. Lagian kalau ngeliat mau diapain coba?" Jawab Mama nya ketika ditanyai.
"Siapa tau mama buang." (Namakamu) mulai kesal.
"Mama nggak sebodoh itu." Mama tersenyum lalu mengacak-acak rambut (namakamu).
Ia harus bagaimana sekarang? Susah payah ia mengumpulkan uang tanpa campur tangan orang tuanya. Hilang begitu saja? Lebih sakit daripada Alwan menolaknya.
"(Namakamu)?! Lo kenapa?!" Tanya Steffi ketika (namakamu) menelponnya.
"Album Justin Bieber gue ilang semua!!" (Namakamu) makin terisak.
"Gue kirain tangan lo ilang sebelah," Steffi terkekeh pelan.
"Gue gak main-main, Steff!" Bentak (namakamu) seketika kekehan Steffi terhenti.
"Yaudah sabar yah.." Steffi mulai menyemangati. "Cobaan lo banyak banget keknya. Keep fighting, (nam..)(Nam..)!"