Sejak pagi tadi, Alea sudah merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan rencana kedatangan Profesor Watt ke kantor Global Connection. Ia melihat sekelebat bayangan hitam yang melompat-lompat dari satu sekat ke sekat ruangan lainnya. Tentu saja ia tidak memberi tahu siapapun di kantornya tentang keberadaan bayangan hitam itu. Alea tidak ingin membuat mereka takut. Gadis itu sebenarnya tidak memiliki kekuatan untuk melihat makhluk halus dengan mata fisiknya. Namun, ia memang bisa melihat keberadaan mereka jika dirinya menyentuh benda yang memiliki keterkaitan dengan para makhluk tersebut. Hal inilah yang membuat gadis itu khawatir, ia sama sekali belum menyentuh benda baru apapun sejak pagi tadi. Alea semakin gusar saat kenop air keran di dapur pantry tiba-tiba terbuka dan mengalirkan air dalam volume yang deras. Beberapa office boy di kantor sempat berteriak ketakutan karena mereka tidak melihat keberadaan siapapun di dapur pantry.
"Aya jurik!! Ini mah ada yang nteu beres dak!" jerit Tatang, sang office boy yang biasanya bertugas menyediakan teh hangat untuk para karyawan.
Tatang dan kawan-kawannya pun ditertawakan oleh para karyawan lain yang menganggap para office boy itu hanya berhalusinasi saja.
Hanya Alea yang tidak ikut tertawa. Gadis itu sebenarnya berusaha menyembunyikan kegelisahannya dari hadapan karyawan lain. Sejak beberapa menit yang lalu, ia beberapa kali merasakan hembusan angin dingin di tengkuk belakangnya. Alea semakin yakin bahwa kejadian ini ada kaitannya dengan artefak yang hari ini akan dibawa oleh Tim Profesor Watt ke kantornya.
Deringan telepon kantor membuyarkan lamunan Alea.
"Selamat siang, dengan Alea Avania disini" ucap Alea dengan suara ramah.
Rupanya telepon itu berasal dari Pak Frederick yang baru saja tiba di lobi kantor bersama dengan Profesor Watt dan timnya. Pak Frederick meminta Alea dan para penerjemah lain yang ditunjuk untuk segera berkumpul di ruang rapat utama. Alea pun buru-buru berlari menuju ke ruangan rapat. Sepanjang langkahnya, gadis mungil itu mencium aroma bunga melati yang sangat kuat. Aroma itu semakin kuat tatkala Alea memasuki ruangan rapat.
Di dalam ruangan tersebut, sudah ada dua orang yang menunggu. Alea pun menganggukkan kepalanya. Ia baru pertama kali melihat wajah kedua orang tersebut. Mungkin mereka juga penerjemah yang ditunjuk oleh Pak Frederick, gumam Alea.
"Praya, mbak. Salam kenal" ucap salah seorang dari mereka sambil mengulurkan tangannya.
Alea menganggukkan kepalanya. Ia berusaha menghindari kontak fisik dengan pria tersebut. Pria itu pun segera menurunkan tangannya sambil tersipu malu.
"Saya Rico, baru bergabung juga minggu lalu bersama Mas Praya" sahut pria satunya lagi.
Kedua pria itu melempar senyum ke arah Alea.
Gadis mungil itu menundukkan pandangannya.
Saat ia akan menyebut namanya, Pak Frederick bersama rombongan masuk ke dalam ruangan.
Bukan main terkejutnya Alea ketika melihat bayangan hitam yang ikut masuk di belakang rombongan Pak Frederick.
Kerongkongannya terasa tercekat.
Bayangan-bayangan hitam mulai melayang di atas langit-langit ruang rapat.
Kaki Alea gemetar.
Ia tidak bisa berkonsentrasi saat Pak Frederick memintanya berkenalan dengan Profesor Watt.
"Profesor, kenalkan ini Miss Alea yang akan menjadi penerjemahmu di lapangan. Masih muda kan? Ia adalah gadis yang sangat bersemangat!" kekeh Pak Frederick senang.
Alea tersenyum kecut. Sejujurnya, ia tidak tahu harus memberikan respon seperti apa dalam kondisi seperti ini. Ia menatap Profesor Watt yang memiliki tubuh tinggi semampai.
![](https://img.wattpad.com/cover/104854133-288-k872878.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alea and The Forgotten Empire- Perjalanan ke Masa Lalu (SUDAH TERBIT)
Historical FictionPRE ORDER NOW 85k Here: https://alea-the-forgotten-empire.webflow.io/ atau DM IG/wattpad Not your ordinary time-travel story. (1st in cerita rakyat: Desember 2019) Kisah ini bukan sekedar cerita cinta mengenai penguasa dengan seorang gadis moder...