Episode 2

86 7 0
                                    

Waktu istirahat pun tiba.
"Mau ke kantin?" tanya Fero.

"Boleh"

Kemudian Fero mengantar Ardi ke kantin. Di kantin, Ardi di perhatikan oleh para siswa yang lewat. Entah karena wajahnya yang ganteng atau karena mereka baru melihatnya.

"Di, kamu mau pesen apa?" tanya Fero.

"Pesen teh manis aja"

"Nggak sekalian sama makannya?"

"Nggak"

Setelah melahap pesanan mereka, mereka lalu berbincang - bincang cukup lama, mereka pun memutuskan untuk kembali ke kelas. Di sepanjang perjalanan menuju kelas, beragam tatapan tertuju pada Ardi. Namun, ia tidak pernah membalasnya sedikit pun.

Sampailah mereka di depan kelas. Di mulut pintu, Rehan, Sandi, dan Yadi menyambut mereka dengan tatapan sinis dan gaya so coolnya.

"Heh, kamu ini murid baru harusnya kamu bayar uang masuk kesini" ucap Rehan.

"Kalo aku nggak mau gimana?" tanya Ardi tenang.

"Oh.. Jadi kamu mau di kasih pelajaran, ya" ucap Yadi.

"Kamu jangan macem -macem.." ucap Fero menggantung.

'Bukk....'

Rehan memukul Fero. Seluruh koridor menjadi ramai di penuhi siswa.
"Ayo"
"Lawan Fer"
"Kasih Han"

Kira - kira begitu reaksi mereka. Sementara Ardi hanya menatap Fero iba. Kemudian menatap Rehan sinis.
"Kamu mau apa? Nih!"

'Bukk.. pakk..'

Rehan ingin memukul Ardi, namun Ardi menahannya dengan tangan kirinya. Dan...

'Bukk...'

Ardi memukul balik Rehan.
"Setidaknya itu setimpal dengan apa yang kamu lakukan pada Fero" ucap Ardi singkat.

Lalu dia membantu Fero untuk bangun dan masuk ke kelas meninggalkan tatapan kagum dari para siswa disana. Sementara, Rehan masih memegangi pipinya yang sedikit memar.

"Di, kamu harus hati - hati, dia bakal balas kamu nanti" ucap Fero sambil memegangi pipinya yang merah.

"Biarkan saja".

"Kamu yakin?".

Ardi mengangguk. Ia tidak mau berurusan dengan hal sepele seperti itu. Sementara itu, Fero semakin penasaran dengan Ardi.
"Oh iya, kalo boleh tau, orang tua kamu dimana?" lanjut Fero.

"Maaf Fer, aku nggak bisa kasih tau kamu"

"Iya, nggak papa kok. Semua orang juga berhak punya privasi"

"Makasih.."

***

Bel pulang sudah berbunyi para siswa berhamburan keluar. Beberapa masih ada tapi sedikit.

Saat itu, Ardi dan Fero sedang bersiap untuk pulang. Dan ternyata, Rehan and the genk sudah menyambut mereka.

"Kalian pikir, dengan hanya memukulku satu kali, aku akan takut? Heh murid baru! Jangan belaga sombong" ucap Rehan sambil memegang kerah baju Ardi.

Tiba - tiba, seseorang menepuk pundak Rehan. Saat itu juga, Fero tertawa pelan melihatnya.
"Siapa sih ini" ucap Rehan sambil menepis tangan tersebut. Kemudian ia menengok pelan ke belakang. Dan...

"Eh.. Bu Listi, kok ibu ada disini" ucap Rehan.

"Ibu sudah tau semuanya dari Hera. Kalian! sudah ibu bilang berapa kali kepada kalian? Sekarang kalian ikut ibu"

"Kemana, bu? Jangan culik saya, bu. Nanti bunda saya nyariin" ucap Yadi polos.

"Emangnya siapa yang mau nyulik kamu?" tanya bu Listi heran.

"Iya, bu. 'Kan sekarang lagi marak penculikkan dan pencabulan" timpal Sandi.

"Udah! Ayo ikut ibu!"

"Tolong.." teriak Rehan histeris.

Kali ini, tatapan mereka, tertuju pada wanita yang bersama bu Listia. Ya, dia adalah Hera, teman Fero.
"Kalian kenapa liatin aku gitu?" tanya Hera.

"Enggak, makasih ya, ra" ucap Fero.

"Kamu itu kebiasaan, dikit - dikit minta maaf, dikit - dikit makasih" ujar Hera.

"Iya maa.."ucap Fero menggantung.

"Darimana kamu tau kita masih disini?" tanya Ardi.

"Itu nggak penting" ucap Hera.

"Jelaskan saja!"

"Huh, oke kalo itu mau kamu"

"Disaat setelah kalian berdua berantem. Hendra, ketua kelas kita datang. Dia baru saja menyelesaikan absensi kelas".

***

(Flashback on)

"Ra, tadi ada apa disini? Kok rame banget?" tanya Hendra.

"Tadi, si Rehan sama temen -temennya bikin ulah lagi. Dan kali ini sasarannya si murid baru. Beruntung si murid baru jago beladiri. Akhirnya Rehan kalah dengan satu pukulan" jelas Hera panjang lebar.

"Kayaknya dia bakal kena masalah susulan nih. Wah, aku harus bantu dia. Hera nanti pulang sekolah kamu ke ruang guru, ya"

"Sip"

(Flashback off)

***

"jadi gitu.."

"Oh iya, Di. Kenalin ini temen aku. Namanya Hera" ucap Fero.

"Iya. Aku pulang dulu" ucap Ardi yang langsung meninggalkan mereka berdua tanpa basa - basi.

"Tolong maafkan dia" ucap Fero.

"Jangan sebut kata itu" ucap Hera.

***

Maaf kalo belum sesuai ekspektasi. Jangan pernah lelah buat baca. Tolonglah temanmu ini. Haha... Kasih tau kalau ada typo dll. Mohon maaf dan mohon mengerti.

Jangan lupa vote dan komen

Dibalik Sifat Pendiam ArdiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang