Si Pembuat Onar

3.5K 121 1
                                    

Naruto View

Namaku Naruto, seperti itu lah keluargaku di panti memanggilku. Ya, aku anak yang dibesarkan di panti asuhan yang terletak di pinggiran kota Konoha.

Aku masih duduk di sekolah dasar di salah satu sekolah negeri di pusat kota. Aku tinggal di panti selama ini, tapi karena panti itu sudah tidak ada lagi, kami anak-anak panti pindah dari situ dan menyebar di segala penjuru negeri.

Sekarang aku tinggal di sebuah kamar kecil, hanya itu yang mampu kusewa dari hasil kerjaku sehari-hari. Selain untuk makan sehari-hari, upah itu juga cukup untuk membiayai sewa kamar ini dan biaya kebutuhan sekolah.

Aku selalu bangun jam 4 pagi, kemudian dengan sepeda bekas pemberian tetangga aku pergi ke kantor penerbitan koran harian, mengambil koran sesuai jumlah pelanggan. Setelah itu aku pergi mengambil susu segar di peternakan sapi untuk pelangganku. Kebanyakan pelanggan koran dan susu sama, oleh karena itu aku bisa mengantarkan bersamaan.

Setelah mengantarkan koran dan susu aku pergi ke pom bensin untuk mengepel lantai kantornya, lalu aku akan menumpang mandi dan dari situ aku berangkat ke sekolah.

Aku selalu tiba di sekolah sesaat sebelum bel sekolah berbunyi. Tak jarang aku telat ke sekolah jika aku kelamaan mengantarkan susu dan koran.

Aku selalu sendiri, di sekolahpun aku tidak memiliki teman. Aku selalu mengerjai teman satu sekolah disetiap ada kesempatan. Ini lah yang membuatku menjadi langganan dengan kantor BP.

Aku selalu ketiduran di kelas, mungkin karena aktifitasku sebelum ke sekolah. Tak jarang di jidatku terlukis jejak penghapus. Tapi aku bukan anak yang bodoh, aku selalu belajar di rumah sehabis bekerja di malam hari. Setiap jam istirahat aku selalu berada di atap sekolah menikmati angin dan sinar matahari yang menerpa wajahku. Nyaman. Itu yang kurasakan.

Di kelas

Sekarang jam pelajaran Anko sensei, pelajaran Ilmu Alam. Guru killer yang paling ditakuti di sekolah.

"Oke anak-anak, sekarang kita akan meneleti tumbuh-tumbuhan disekitar kita. Kerjakan berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang, setelah jam ini berakhir ketua kelas akan mengumpulkan laporan dari setiap kelompok setelah itu ketua bawa ke kantor guru." jelas Anko sensei sambil melihat ke arah Shikamaru si ketua kelas berambut nanas.

"Iya sensei" jawab kami serentak.

"Merepotkan" jawab Shikamaru sambil menguap.

Shikamaru si jenius, yang selalu mendapat peringkat 1 umum, tapi siswa paling pemalas dan doyan tidur.

Setelah Anko sensei beranjak dari kelas, semua jadi ricuh mencari-cari kelompok. Disaat semua siswa sudah memiliki kelompok, hanya aku sendiri yang tidak memiliki kelompok. Ini selalu terjadi.

"A..ano apakah Naruto-san mau satu kelompok denganku? Aku juga belum memiliki kelompok" kata seorang gadis berambut pendek berwarna indigo sambil menunduk dan memainkan jari didepan dadanya.

Aku pun mendongakkan kepalaku kesumber suara. Gadis itu, murid baru yang kemarin kutolong saat dia dikerjai sekelompok anak-anak nakal.

"Oke" jawabku singkat menyanggupi ajaknnya.

Dia kemudian mengangkat kepalanya kemudian tersenyum kepadaku. Manis. Senyumnya sangat memukau. Gadis pemalu itu, orang pertama yang mau berdekatan denganku.

End Naruto View

Flash back

Naruto mengayuh sepedanya menuju emparan toko yang sudah tutup, dia mencoba berlindung dari hujan deras yang mengguyur bumi. Bibirnya mulai membiru, badannya pun terus-terusan menggigil dikarenakan angin. Jacket yang dipakainya pun sudah basah, ransel yang berisi buku pelajarannya pun ikut basah.
"Dingin" gumamnya sambil meniup-niupkan uap hangat ke tangannya yg memucat.

"Hiks ...hiks..to..lo..hhiiks ..tolo..hiks" samar-samar suara menangis terdengar diantara gemuruh yang bersahut-sahutan.

Si pirang mencoba mencari sumber suara tersebut. Blue safirnya menoleh ke kanan dan ke kiri bergantian.

Hingga dia menangkap bayang-bayang samar digang kecil yang gelap.

Sambil menggigil, dia mencoba berjalan mendekati gang itu. Semakin lama, suara isakan itu semakin terdengar.

Dengan jantung berdegup, dia semakin masuk ke dalam tempat gelap itu.

Matanya terbelalak, melihat keadaan seorang gadis kecil yang dikelilingi beberapa pria dewasa. Baju anak itu sudah terbuka, menyisakan dalaman berwarna putih yang telah bernoda becek.

Naruto berlari dan menerjang pria-pria dewasa itu. Kaki kecilnya menendang pria yang mencoba menyentuh gadis itu sampai tersungkur. Kemudian dilepasnya jacket yang melekat ditubuhnya lalu memakaikannya pada gadis itu untuk menutupi tubuhnya.

"Wahh ada pahlawan kesiangan ternyata" ucap salah satu dari pria-pria itu.

"Bocah! Cari mati ya!" Ucap pria yang tersungkur tadi. Pria itu kemudian mendekati Naruto dan memukunya hingga terpental.

Kemudian pria itu mencoba mendekat kearah gadis itu. Tapi dengan segenap kekuatannya, Naruto berlari dan menjadi tameng untuk gadis itu. Direntangkan tangannya menghalangi jalan pria itu. Pria itu mendekat hendak menghajar Naruto.

"Ini tas sekolah Nata-chan" suara-suara dari luar gang kecil itu menghentikan pria itu. Kawanan pria itu pun lari meninggalkan Naruto dan gadis itu.

"Udah aman seka-
"Apa yang kau lakukan pada adikku bocah!" teriakan penuh amarah itu bersamaan dengan tinjunya yang mendarat di kepala kecil Naruto, dia pun terpental jauh dan punggungnya membentur tembok gang itu. Tidak sampai disitu. Tiba-tiba bermunculan laki-laki berpakaian serba hitam. Mereka memukuli tubuh kecil yang tak berdaya itu. Darah mengucur diseluruh tubuhnya.

"Habisi dia" suara datar yang terkesan dingin itu berucap sambil menggendong adik kecilnya yang ketakutan, berjalan keluar gang itu dan berlalu dari tempat kejadian.

Segera setelah perintah itu keluar dari mulut 'boss' nya smua laki-laki berpakaian serba hitam itu menghajar Naruto dengan membabi buta.

Setelah puas, mereka meninggalkan Naruto.

Naruto memejamkan matanya, menikmati setiap luka di sekujur tubuhnya.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang