The Truth 2

1.7K 107 3
                                    

Naruto's Prov

Putih. Itu lah yang kulihat saat pertama kali membuka mata. Aku tau tempat ini. Pasti ini di rumah sakit.

Samar-samar aku mulai mengingat kejadian yang mengakibatkan aku berakhir disini. Bukan hanya kemarin, dulu pun aku pernah mengalami hal yang serupa.

Ini yang membuat ku takut berdekatan dengan Hinata-chan. Keluarganya suka main hakim sendiri.

Padahal aku kan berniat menolong, tapi malah aku yang dituduh sebagai penjahatnya. Apa wajahku kelihatan seperti orang jahat ya? Bisa jadi sih makanya aku cuma memiliki sedikit teman.

Aku jadi teringat sama sahabatku Sasuke. Si teme itu sebentar lagi menikah, Sakura-chan hebat sekali bisa menaklukkan pangeran es seperti dia.

Aduh aku lupa, harusnya hari ini aku meeting. Namikaze-sama pasti sangat kecewa. Ini proyek pertamaku, aku malah memberikan kesan yang buruk.

Cklek

"Naruto-kun"

Suara itu bagaikan melody indah di telingaku. Hah.... Entah mulai kapan tapi aku tau pasti, aku sangat menyukainya. Berada di dekatnya membuat fikiran menjadi tenang, seperti aroma lavender sebagai aromaterapi.

Dia lah lavenderku. Dia tumbuh di hatiku, kehadirannya memberikan warna di hidupku. Aku rela mengorbankan apapun bahkan nyawaku untuknya.

Naruto's Prov End

Hinata memasuki ruang rawat inap Naruto dengan sebuket bunga lavender di tangannya.

Selang beberapa menit, pintu kembali terbuka menampakkan sosok laki-laki yang membuat hati Naruto memanas, siapa lagi kalau bukan Toneri.

"Hai Naruto-san. Bagaimana keadaanmu? Tanya Toneri.

"Ya begini lah" jawab Naruto Singkat.

"Ano Naruto-kun, bagaimana keadaanmu? Hinata kembali menanyakan keadaan Naruto.

"Udah mendingan kok, tenang saja Hinata-chan" Naruto menampakkan cengiran rubahnya.

BLUSH

Pipi Hinata memerah melihat senyum Naruto.

'Astaga. Jantungku mau melompat' batin Hinata.

'Kawaiiii Hinata-chan" batin Naruto.

Kedua manik mereka, Amethys dan Sapphire saling bertubrukan bagaikan dua kutub magnet yang saling berlawanan dan menghasilkan daya tarik menarik.

"Ehem" deheman Toneri menyadarkan mereka dari acara pandang memandang tersebut. Mereka pun mengalihkan pandangan ke lain arah.

"Hinata-chan, bagaimana rapat dengan owner kemarin?"

"Ah, mereka menanyakan Naruto-kun yang tidak hadir, untung saja ada Toneri-kun yang menggantikan. Jadi penandatanganan kerja samanya berjalan dengan baik. Tapi setelah aku menjelaskan mengenai keadaan Naruto-kun mereka dapat mengerti dan memaklumi" jelas Hinata panjang kali lebar.

Emosi Naruto memuncak saat Hinata menyebutkan nama Toneri dengan sufiks Kun. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal kuat di sisi tubuhnya. Kemudian dia memberikan senyum yang terpaksa "Terima kasih Toneri-san"

"Sama-sama Naruto-san, semoga cepat sembuh. Ayo Hinata-chan, kita harus menemui Neji-Niisan di bawah, dia pasti kesal telah menunggu lama.

"Ano, Naruto-kun, kami pamit pulang. Semoga Naruto-kun cepat sembuh dan Gomen, aku tak bisa apa-apa waktu itu" kata Hinata sambil menundukkan kepalanya.

"Ah, tidak apa Hinata-chan, terima kasih ya buat bunga lavendernya" balas Naruto.

Hinata dan Toneri pun keluar dari kamar Naruto dan segera menuju lobby tempat Neji menunggu.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang