The Truth

1.7K 100 6
                                    

Kediaman Namikaze

Seminggu setelah kedatangan Naruto ke kediaman Namikaze telah berlalu, selama seminggu menanti dengan harap-harap camas tibalah hasil yang di tunggu-tunggu.

"Hari ini hasil tes DNA akan keluar" kata Jiraya kepada putra dan menantunya.

Dengan ditemani segelas ocha dan cemilan mereka berkumpul di ruang keluarga untuk sekedar mengobrol tentang beberapa hal.

"Aku tak sabar mengetahui hasilnya Tou-chan" tanggap Minato.

Kushina hanya mampu menggenggam erat tangan suaminya, menyalurkan perasaan cemas yang selama seminggu menghantuinya.

Jika hasilnya positif, maka lengkap sudah kebahagiaan keluarga ini, namun bila sebaliknya maka mereka akan terus berharap dapat menemukan anaknya yang hilang.

Selang beberapa menit, datang lah seorang wanita berambut kuning yang diketahui bernama Tsunade. Dia merupakan kepala rumah sakit Tokyo dan isteri dari Direktur Utama, Jiraya Namikaze.

"Kaa-chan, bagaimana hasil tes nya?" Tanya Minato sesaat Tsunade duduk di samping Jiraya.

"Dasar. Belum juga aku bernafas udah kau serang. Iya. Dia anakmu" jawab Tsunade.

Wajah bahagia terukir di wajah mereka. Penantian selama bertahun-tahun akhirnya terjawab sudah.

"Hiks... Hiks... Minato-kun, dia anak kita. Dia putra kecil kita, darah daging kita. Hiks...." Isak Kushina.

"Udah jangan menangis, nanti kecantikanmu luntur Kushi-chan" kata Minato menenangkan isterinya.

"Aku harus meminta maaf padanya" kata Jiraya sambil memeluk isterinya. "Karena aku yang telah memisahkannya dari keluarga kita, aku yang membuat dia menderita harus menjalani hidup tanpa kasih sayang orang tua. Dia pasti selalu mendapatkan hinaan dari orang lain, dan semua itu karena aku. Aku tak pantas disebut sebagai manusia" sambungnya.

"Sudah anata, semua itu cuma masa lalu yang terpenting kau sudah mengakui kesalahan mu dan mencoba memperbaikinya. Naruto anak yang baik, dia pasti memaafkanmu" kata Tsunade menghibur suaminya.

"Kami memaafkanmu Tou-san" kata Kushina dan Minato yang ikut mengangguk menyetujui ucapan isterinya.

"Gomen. Hiks... Gomen Naruto" isak tangis keluar dari mulut Jiraya. Bahkan orang yang terkenal dengan kekejamannya pun ikut menitikkan air mata.

Tsunade memeluk erat suaminya. Mencoba menyalurkan kehangatan untuk menghiburnya. Minato dan Kushina pun ikut memeluk Jiraya. Mereka ikut menangis sambil memeluk Jiraya.

Selang beberapa menit, acara haru itu pun berhenti. Jiraya mengambil ponselnya dan menghubungi tangan kanannya, Kakashi.

"Kakashi, kapan Naruto pulang ke Tokyo?"

"Sekitar seminggu lagi Jiraya-sama" jawab suara di seberang sana.

"Baiklah. Aku ingin kau mempersiapkan acara untuk minggu depan. Undang seluruh karyawan dan semua kolega kita. Aku ingin merayakan kembalinya cucuku"

"Haik. Jiraya-sama"

Sambungan telepon itu pun berakhir.

* * *

Kyoto

"Hah lelahnya" gumam Naruto melemparkan tubuhnya di atas kasur berukuran king size. Saat ini dia berada di suite room di salah satu hotel berbintang lima kota Kyoto.

Penerbangan yang melelahkan bagi mereka. Kenapa mereka? Karena dia berangkat ke Kyoto bersama Hinata. Hinata yang merupakan cucu dari salah satu pendiri Hyuzuki Corp berada satu tim dengan Naruto.

Tok tok tok

Cklek

"Hinata-chan? Ada apa?" Tanya Naruto saat melihat Hinata berada di depan pintu kamarnya.

"A.. ano Naruto-kun, ayo kita makan. Aku lapar" jawab Hinata sambil memainkan kedua jari telunjuknya.

"Oh itu. Baiklah ayo"

Mereka turun menuju lobi, mereka berencana makan malam di salah satu tempat makan yang berada di dekat danau buatan tak begitu jauh dari hotel. Sabil menikmati pemandangan malam dan danau yang memantulakn cahaya bulan, lengkap sudah makan malam romantis dadakan ini.

'Kami seperti sedang kencan. Atau sedang bulan madu. Hihihihi' batin Hinata sambil tersenyum malu-malu.

"Ada apa Hinata-chan?" Tanya Naruto yang melihat Hinata tersenyum-senyum.

"Itu.. tidak ada Naruto-kun"

"Bukan karena ada hantu kan? Aku takut Hinata-chan" kata Naruto dengan raut wajah pucat karena ketakutan.

"Ga kok. Aku ga kenapa-kenapa"

"Syukur lah" kata Naruto sambil mengelus dada.

Selesai acara makan malam, mereka menghabiskan waktu duduk di pinggir danau buatan tersebut. Terdapat bangku yang mengarah ke danau. Sambil bercerita-cerita tentang masa kecil mereka.

"Sekarang Naruto-kun tinggal dimana?" Tanya Hinata

"Masih di tempat yang sama. Masih belum pindah kok. Hehehehehe" jawab Naruto sambil tersenyum gaje.

Pipi Hinata bersemu melihat senyuman Naruto, dia kemudian menundukkan wajahnya.

"Wajahmu memerah Hinata-chan. Kau lagi sakit ya?" Kata Naruto sambil menempelkan tangannya di kening Hinata.

Hinata yang mendapatkan perlakuan dari Naruto semakin memerah pipinya. Kemudian bangkit berdiri dari tempat duduknya.

"Aa.. ayo ki-kita pulang Naruto-kun"

"Baiklah. Ayo"

Kemudian mereka jalan beriringan menuju ke hotel.

"Aw.."

"Ada apa Hinata-chan?"

"Mataku"

"Kenapa dengan matamu Hinata-chan?"

"Mungkin terkena debu. Sakit saat aku membuka mata"

"Sini kutiup, biar debunya keluar"

Naruto pun memdekatkan wajahnya ke arah wajah Hinata. Perlahan ditiup-tiupnya mata Hinata yang terkena debu.

Tiba-tiba....

Ckiiiittt

Brukkkk......

Hinata yang mendengar suara benda jatuh segera membuka matanya. Alangkah terkejutnya dia dengan apa yang dilihatnya.

Beberapa pria berpakaian serba hitam mengerubungi Naruto dan menghajarnya secara membabi-buta.

Saat hendak mendekati Naruto, tangannya dicegah oleh Neji, kakaknya.

"Nii-san? Lepaskan. Aku harus menolong Naruto-kun"

"Tidak. Aku tak akan membiarkan adikku berdekatan dengan pria brengsek seperti dia"

"Dia bukan pria brengsek Nii-san. Dia temanku"

"Hina-chan, aku belum buta. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Dia hendak mencuri ciumanmu"

"Itu tak seperti yang Nii-san pikirkan. Kami ti-"

"Ayo kita pergi dari sini"

Hinata di tarik paksa menuju mobil, lalu mereka pergi menjauh dari tempat kejadian. Disusul oleh orang-orang suruhan Neji yang telah selesai dengan tugasnya. Mereka membiarkan Naruto terkapar dengan darah yang menetes dari seluruh tubuhnya.

TBC

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang