"Berjuanglah Naruto-kun"

1.8K 97 0
                                    

Derap langkah kaki bergema di lorong rumah sakit. Hinata ikut mendorong ranjang rumah sakit yang mengangkut Naruto menuju ruang UGD, namun kebersamaan itu harus berakhir di depan pintu bertuliskan UGD.

Hinata terduduk lemas di lantai rumah sakit, kakinya terasa seperti jelly dan tak mampu menopang berat tubuhnya.
"Kami-sama hiks.. selamat hiks.. kan Naruto-kun, aku rela hiks.. melakukan apapun hiks.. agar dapat melihat senyum nya lagi hiks.. Bahkan aku rela meninggal hiks.. kan hidupnya, jika berada di dekatku hiks.. hanya membuatnya hiks.. menderita dan terluka hiks.." Hinata berdoa sambil menitikkan air matanya, membuat sepasang mata yang mengawasinya dari jauh mulai berkaca-kaca.

'Aku telah melukai Nata-chan kami' batin Neji.

Selang beberapa menit, keluarga Namikaze dan Hyuga tiba di rumah sakit. Berita dari Neji membuat mereka begitu shock.

"Hiashi, aku membatalkan perjodohan di antara keluarga kita" kata Jiariya.

Mereka semua yang ada di situ tercengang dengan apa yang mereka dengar, terutma Hinata yang hanya mampu meremas kuat ujung gaunnya yang brcampur dengan bercak darah Naruto.

Sedangkan Neji hanya mampu melihat Hinata dengan pandangan sendu. Ini salahnya, sikap siscomp nya yang berlebihan memberikan luka mendalam untuk Hinata. Dia tau dan sangat tau Hinata menyukai Naruto, namun seolah buta dengan perasaan Hinata dia melukai Naruto.

Flash back

Kyoto

"Neji sama, kita mau ke mana?' tanya salah seorang bodyguard Neji.

"Tentu saja menemui Nata-chan, dia diutus ke Kyoto oleh Jiraiya-jiji.

Setelah mengetahui alamat hotel Hinata, Neji beserta bawahannya menuju tempat Hinata tinggal. Tiba-tiba mobil yang ditempati Neji berhenti mendadak.

"Ada apa?" Tanya Neji.

"Itu Hinata-sama bersama bocah pirang"

Neji yang mendengar nama adiknya disebut segera melihat kearah pandang yang diunjuk anak buahnya.

Dia melihat Hinata dan Naruto berjalan sambil tertawa, belum pernah dia melihat Hinata sebahagia ini. Tangannya mengepal erat, dia merasa geram karena Naruto mampu membuat Hinata tertawa sampai seperti itu.

Neji juga melihat, Hinata merintih kesakitan dan menutup sebelah matanya sambil mengibaskan tangannya di depan matanya. Dia juga melihat Naruto mencoba menolong Hinata dengan cara meniup mata Hinata.

"Hajar dia" ucap Neji.

"Tapi Neji-sama, bocah itu hanya membantu Hinata-sama" ucap salah seorang bawahan Neji.

"Kau membantahku!?" Ucap Neji dengan nada tinggi.

Mereka semua pun keluar dari mobil, diikuti Neji dari belakang dan terjadilah aksi pemukulan tersebut.

Pesta Pernikahan Sasusaku

"Apa kalian tau dimana Nata-chan?" Tanya Neji pada teman-teman Hinata yang dilihatnya di acara tersebut.

"Sepertinya tadi aku melihatnya pergi ke taman belakang bersama seseorang" kata Ino, sahabat Hinata.

Neji segera bergegas bersama anak buahnya menuju tempat yang dikatakan Ino.

Setibanya di taman itu dia melihat Hinata memeluk Naruto. Matanya membola melihat hal itu. Saat mereka berciuman, tangan Neji semakin erat terkepal 'mati kau bocah' batin Neji.

Setelah ciuman itu terlepas, dia memerintahkan anak buahnya meghajar Naruto.

Flash back Off

Neji hanya mampu berdiam melihat Hinata yang pasti sangat terpukul dengan keputusan Jiraiya.

"Silahkan tinggalkan tempat ini, mungkin putri kalian hanya membawa sial untuk cucu ku" tutur Jiraiya.

Bagaikan disambar petir, Hinata yang mendengar perkataan Jiraiya menggigit kuat bibirnya, mungkin berdarah karena dia merasakan rasa amis.

Hiashi memeluk Hinata yang terduduk di lantai dan membantunya berdiri. Dia mencoba membawa Hinata pulang ke rumah.

"Tou-chan, Naruto-kun belum sadar, aku mau di sini bersamanya" kata Hinata.

"Tidak Hinata, kita pulang. Mereka masih bersedih dengan keadaan Naruto"

"Tou-san hiks aku mau di sini hiks. Jangan pisahkan kami hiks. Tou-san hiks aku mohon hiks. Aku mencintainya tou-san hiks. Aku mencintai Naruto-kun hiks"

Tangisan yang begitu pilu menggema di luar ruang UGD, mereka terus membawa Hinata yang masih bersikeras ingin tinggal, namun Hiashi tau mereka masih dalam keadaan 'panas'. Mungkin setelah nanti keadaan sudah mulai reda, Hiashi akan mencoba berbicara baik-baik.

Hiashi sampai meneteskan air mata mendengar isakan Hinata. Namun untuk saat ini, dia tau ini yang terbaik.

Keluarga Hyuga pun akhirnya pergi dari rumah sakit tersebut.

Setibanya di rumah, Hinata langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu kamarnya.

Kakinya lemas dan langsung terduduk di depan pintu kamarnya. Dia menangis. "Naruto-kun... Hiks... Berjuanglah.. hiks.."

Neji terpaku di depan kamar Hinata. Niatnya untuk menghibur Hinata harus kandas. Ini salahnya, akibat perbuatannya Hinata harus bersedih seperti ini dan dianggap membawa sial.

'Gomen Nata-chan' batin Neji sambil menyentuh pintu kamar Hinata, lalu beranjak pergi dari situ.

Keesokan Harinya.

"Neji, panggil Hinata turun. Udah saatnya sarapan" perintah Hiashi.

Mereka telah berkumpul semua di meja makan kecuali Hinata. Setelah mendapat perintah dari ayahnya, Neji segera beranjak menuju kamar Hinata.

Tok tok tok

"Nata-chan, ayo sarapan. Semua udah menunggu di meja makan"

Tok tok tok

"Nata-chan"

Cklek cklek

"Nata-chan buka pintunya"
Merasa tak ada respon akhirnya Neji kembali ke ruang makan.

Hiashi yang hendak beranjak dari duduknya dihentikan oleh Hanabi.

"Sudahlah Tou-san, mungkin dia lelah dengan semua kejadian yang menimpanya. Nanti aku akan membawakan sarapan untuknya" kata Hanabi.

"Baiklah" jawab Hiashi datar.

Acara sarapan pagi itu pun belanjut tanpa kehadiran si bungsu Hinata.

Setelah Hiashi dan Neji berangkat kerja, Hanabi menuju kamar Hinata dengan membawa nampan berisi sarapan.

Tok tok tok

"Nata-chan buka pintu, Nee-chan membawa sarapan" kata Hanabi sambil mengetuk pintu kamar Hinata namun tak ada jawaban dari dalam.

Hanabi pun turun kembali ke ruang makan dan meletakkan sarapan Hinata di meja. Kemudian dia menuju ke lemari tempat penyimpanan kunci cadangan dan mengambil kunci cadangan kamar Hinata.

Kemudian dia bergegas ke kamar Hinata dan membuka pintu kamar Hinata.

"Nata-chan ayo bangun" katanya saat membuka pintu kamar itu. Namun alangkah terkejutnya dia saat dia tak melihat Hinata di kamar. Hanabi pun bergegas menelepon Neji dan ayahnya.

Setelah menerima kabar dari Hanabi, Neji segera pulang dari kantor dan menanyakan kebenarannya pada Hanabi. Kemudian selang beberapa menit datanglah Hiashi. Mereka berkumpul di ruang keluarga untuk membahas tentang Hinata.

TBC

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang