SATU

594 14 4
                                    

*KRIIING...*

Suara dering alarm di kamarku memecahkan senyap. Tapi bukannya bangun, aku malah menarik selimutku sampai ke atas kepala.

Drrtttt..

Ini bukan suara deringan alarm. Ini suara ponsel Alula pertanda ada sms yang masuk. Dengan malas Alula meraih telphone yang lebih sering di sebut dengan HP Jadul.

From Risa~

Kamu belum bangun la? Jangan lupa kamu sudah janji sama bu widia, tidak akan terlambat lagi.

Dengan malas aku bangun dari tempat tidurku menuju kamar mandi untuk melanjutkan ritual pagiku sebelum berangkat sekolah.

Kalau saja Risa tidak mengingatkanku sudah di pastikan pagi ini aku masih berada di bawah selimut bergambar kucing salah satu tokoh komik Jepang kesukaanku.

**
Sepi..

Seperti biasa aku sarapan sendiri, Bunda pasti sudah berangkat pagi sekali ke pasar untuk membeli peralatan kue.

Rasanya rindu dengan suasana pagi 6 bulan yang lalu sebelum dia datang menghancurkan seluruh kebahagiaan keluargaku.

Ah.. sudahlah tidak ada gunanya memikirkan kejadian itu. Toh sekarang aku sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini.

**
"Woi la, tumben lo ga kesiangan" sapa anak laki-laki di belakang bangku ku.

"Yoi" jawabku sekenanya.

"Aneh gue kalau pagi-pagi ga liat lo hormat bendera gara-gara kesiangan, gak ada hiburan di pagi hari"

"Sialan lo rizki" jawabku sambil melempar penghapus ke belakang.

"Wah lo malah lempar penghapus, lumayan nih penghapus gratis buat ujian seni hari ini"

"Ish.. siniin gak penghapus gue!" Alula mendengus kesal, sambil mencoba merebut kembali penghapus yang tadi dia lempar. Walaupun hasilnya sia-sia.

Risa hanya tertawa melihat kelakuan dua temannya ini. Aneh rasanya jika satu hari tidak melihat Alula dan Rizki berantem.

"Sudahlah la, ini aku masih punya satu lagi penghapus"

"Makasih" ucap Alula.

"Iya sama-sama" jawab Risa.

Risa memang sahabat Alula dari pertama menginjak sekolah menengah atas. Pertama mengenalnya Alula berfikir kalau Risa adalah orang yang unik, bagaimana tidak pasalnya hanya Risa yang menggunakan jilbab panjang di sekolah ini. Setiap kali dia bertanya apa Risa tidak kepanasan dengan jilbabnya yang panjang itu. Dia hanya tersenyum dan menjawab lebih baik kepanasan di dunia dari pada di akhirat nanti dia tersentuh dengan panasnya api neraka. Subhanalloh banget kan ini cewek..

**

"Kamu yakin gak bareng aku aja la pulang nya?" Tanya Risa, sudah berapa kali dia bertanya seperti itu.

"Tidak sa, terimakasih" tolak ku halus.

"Ya sudah aku pulang duluan yah, kamu hati-hati la. Assalamualaikum".

"Waalaikumsallam".

Hmmm.. Alula menghembuskan napasnya pelan. Dia berjalan menelusuri jalan raya menuju tempat kerjanya. Sudah dua bulan ini dia bekerja di salah satu cafe terkenal.

Di perjalanan dia melihat remaja seumurannya sedang nongkrong dan tertawa bersama teman-temannya. Ah kalau saja kejadian itu tidak terjadi pasti hari ini dia bisa seperti remaja itu, tertawa bersama teman-teman sebayanya.

"Sudahla la, ngapain kamu maratapi sesuatu yang sudah terjadi" gumamnya pelan.

**
"Alula, lo udah dateng?" Tanya Gian, salah satu teman bekerjanya.

"Iya nih bang, maaf yah gue telat" ucapnya pasrah, pasalnya dia sudah terlalu sering terlambat dan Gian yang sering membantu menggantikannya.

"Iya santai aja la, lo kayak sama siapa aja" jawab Gian santai. Dia sudah tahu keadaan Alula yang masih menyandang sebagai siswi SMA.

"Yaudah, gue pulang yah. Semangat la jangan di tekuk gitu mukanya nanti gak cantik lagi" goda Gian pada Alula yang sudah dianggap sebagai adiknya itu.

"Ah bang Gian bisa saja, yasudah hati-hati yah bang"

"Ya" jawab Gian sambil berlalu meninggalkan Alula.

"Bismillah, mudah-mudah berkah" doa Alila sebelum memulai bekerja.

**

"Pulang malam lagi kamu teh?" Suara bunda sontak mengagetkanku.

"Iya bun, kok bunda belum tidur?" Tanyaku sambil mencium pipi kiri malaikatku ini.

"Bunda menunggu kamu, kamu jadi sering pulang malam teh. Apa kamu gak capek sekolah sambil bekerja?"

"Tidak bun, teteh kan masih muda jadi tidak gampang capek" jawabku sambil tersenyum.

Aku memang selalu terlihat kuat apalagi di depan Bunda dan Arsya adik ku yang baru berumur 3 tahun.

"Menurut bunda kamu berhentilah bekerja, fokus pada sekolahmu srbentar lagi kan kamu ujian teh"

Aku hanya tersenyum mendengar ucapan bunda tanpa menjawab pertanyaanya.

"Bun teteh tidur dulu yah" Alula berjalan menuju kamar yang sering menjadi tempat curhatnya. Kalau saja dinding di kamar Alula bisa bicara pasti mereka akan mengomel karena sering mendengar curhatan alula yang terlalu panjang.

Alula menghempaskan tubuhnya di tempat tidur kesayangannya. Hari ini berlalu begitu melelahkan, fikirnya.

------------- ## ----------------

Assalamualaikum..

Hai semuanya ini cerita pertamaku. Awalnya ragu untuk mengupload cerita ini di Wattpad.

Jadi untuk kalian yang merasa aneh dengan cerita ini. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.

Ditunggu Vote dan comment nya, untuk yang ingin mengkritik boleh di sampaikan dengan kata-kata bijaksana yah. Tolong hargai karya orang yang lagi belajar ini. 😂😂
InsyaAlloh akan menerima kritikan apalagi yang sifatnya membangun..

Jadi...
Selamat membaca yah.. jangan lupa baca Bismillah..







Sebening Embun PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang