DUA

220 10 1
                                    

"Ayo kamu ikutlah la" sudah berapa hari Risa memaksa ku untuk ikut dengannya ke Mushola Sekolah.

"Ngapain sih, belum waktunya sholat dzuhur kan sa"

"Gak ada salahnya kan kalau kamu ikut aku sholat duha, kan gak ada guru juga. Tugas kita juga udah selesai kan? Ayolah la, sayangkan waktunya kalau di pakai hanya buat tidur. Ada satu ulama berkata Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan, maka sungguh kematian lebih baik baginya" jawab Risa panjang lebar.

"Tapi gue kan gak berangan-angan, apalagi menghamburkan syahwat"

"Iya tapi kan sayang la, ayolah. Apa kamu mau menjadi salah satu orang yang rugi karena menyia-nyiakan waktu?" Ancam Risa.

"Ish.. ancaman mu sa, yaudah ayo" jawab Alula sambil berlalu meninggalkan sahabatnya.

Risa hanya tersenyum mengikuti sahabatnya. Dia sudah tahu, hanya dengan cara mengancamnyalah dia bisa membujuk Alula.

**

Suara siapa itu, indah sekali di dengar. Rasanya nyaman.

"La kamu sedang apa? Kok ngelamun?"

Alula menoleh terkejut "iya kenapa sa?"

"Kamu ngelamunin apa sih la? Sampai gak denger aku ngomong dari tadi"

"Laki-laki itu siapa la? Kok gue baru liat" tanyaku tanpa menghiraukan pertanyaan Risa.

"Hah siapa?"

"Itu laki-laki yang lagi ngaji"

"Oh dia Kak Rafli la, dia anak nya pak Rahmat guru agama kita waktu kelas 2. Sudah kamu wudhu deh, aku duluan masuk yah"

Alula mengerutkan alisnya, anaknya pak Rahmat. Ngapain dia disini? Ah sudahlah tidak penting juga.

Sudah 10 menit dia menunggu Risa berdoa. Doa apa saja sih yang Risa baca lama bener dah. Rutuknya dalam hati.

"Sa aku tunggu kamu di luar deh"

Tak ada jawaban dari Risa, pertanda dia lagi khusu dengan doa nya.

"Bolos yah?"

Suara khas pria mengagetkanku.

"Gak" jawabku ketus.

"Kok ada disini?" Tanya nya.

Apaan sih dia, kepo bener "Sholat lah masa nyanyi".

Dan dia hanya tersenyum.

"Kenapa senyum-senyum? Ada yang aneh?"

"Tidak, hanya bersyukur masih ada siswa yang mau menginjakan kaki nya ke mushola untuk sholat duha" jawabnya tenang.

"Eh ka Rafli yah? Sholat duha yah kak?" Tanya Risa yang sudah duduk di sampingku.

"Iya" jawab dia yang aku tahu bernama Rafli itu. Oh dia yang tadi mengaji dengan begitu indah. Pasalnya tadi Rafli mengaji membelakangi Alula dan Risa.

"Salam pada pak Rahmat yah kak, semoga cepat sembuh".

"Aamiin, makasih yah".

"Sama-sama kak, kak kita pergi dulu yah assalamualaikum. Ayo Alula!". Pamit Risa, sambil menarik tanganku.

"Waalaikumsallam" jawab Kak Rafli yang masih bisa aku dengar.

**

"Sa anaknya pa Rahmat itu lagi ngapain di sekolah kita?"tanyaku yang masih penasaran dengan keberadaan kak Rafli.

"Dia pembimbing kita di Rohis, suaranya indah lo. Ah rasanya nyaman kalau mendengar beliau mengaji" puji Risa.

"Kok gue baru liat yah?"

"Jelaslah, lo kan gak pernah ke mesjid" jawab laki-laki yang sering membuatku kesal.

"Emang lo sering sholat ke mesjid ki? Liat wajah lo aja udah ketauan kali ki lo ga pernah ke mesjid"

"Emang kenapa dengan wajah gue?" Tanya rizki sambil menyentuh wajahnya.

"Muka lo ga ada cerah-cerahnya, kusam. Keliatan gak pernah wudhu" jawab Alula sambil cengengesan.

"Ah sialan lo"

**

"Mau pulang?"

Alula yang dari tadi duduk menunggu abang metromini menjemputnya menoleh ke asal suara tadi.

"Eh, iya mau pulang"

"Kok gak bareng temennya tadi?"

"Siapa? Risa? Tidak, aku ada urusan dulu" Alula yang sering menggunakan bahasa gue - lo pun mengganti dengan bahasa yang lebih baik. Pasalnya dia tahu, orang yang mengajaknya berbicara adalah salah satu orang yang harus di hormatinya.

"Oh, kamu kelas XII yah?" Tanya Rafli memecahkan keheningan.

"Iya, kenpa?"

"Tidak hanya bertanya saja, saya duluan yah. Sudah ada angkot. Assalamualaikum"

"Waalaikumsallam" jawabku.

**

"Bun, aku bantuin yah"

"Tidak usah teh, kamu belajar saja atau istirahat manfaatin waktu liburmu"

"Yasudah kalau begitu, alula tidur saja yah bun. Nanti siangan baru belajar"

Bunda hanya mengangguk dan tersenyum mendengar jawaban anak sulungnya.

"Kasian kamu sayang, gara-gara kesalahan orang tuamu di masa lalu kamu jadi menderita" gumam bunda pelan.

"Bun teh alul dimana?" Tanya seorang anak laki-laki yang sontak mengagetkannya.

"Teh alul sedang istirahat, kamu jangan ganggu yah kasian teteh mu" jawab bunda sambil menggendong arsya kepangkuannya.

"Iya bun".

-------- # -----------

Gimana? Masih aneh kah?

Masih minder nih, lanjut atau engga yah?

Sebelum membaca jangan lupa bismillah yah..

Sebening Embun PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang