•ENAM•

44 8 0
                                    

Dengan santai seorang Agatha berjalan di koridor. Tampak dari jauh sosok laki-laki yang sangat ia benci. Ingin rasanya ia mengelak tapi jalan menuju kelas hanya satu, dengan terpaksa gadis itu berjalan. Saat mulai mendekat di antara kelas, gadis itu tidak sengaja menyinggungkan bahunya pada bahu Demas. Namun, Demas hanya diam dan tetap berjalan menuju kelasnya. Gadis itu memutar badannya, melihat ke arah Demas yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kelas. Ia kembali memutarkan badannya dan terdiam sejenak di perbatasan kelas XI A IPA dan kelas XI B IPA.

"Ta, ngapain bengong disini," Tesya mengejutkan.

"Hah? Oh gakpapa," jawab gadis itu bingung.

Saat jam pelajaran Agatha tidak fokus sama sekali, ia memikirkan sesuatu.

Demas. Iya tentang laki-laki itu.

Hingga akhir pelajaran pun datang dan waktunya untuk istirahat. Hari ini, Agatha memutuskan untuk tidak bersama Artha, Naura dan Kanaya terlebih dahulu. Karna ada sedikit masalah di antara mereka.

Agatha berdiri di depan pintu menunggu Tesya dan Sonia yang masih membereskan bukunya. Seketika pikirannya kacau kembali. Melihat Demas mengarah pada diri nya. Namun anehnya, laki-laki itu hanya lewat dan tidak melakukan hal yang biasanya dilakukan pada gadis itu. Bahkan untuk menyapa tidak sama sekali.

"Eh eh Ta, Demas ulang tahun ya hari ini?," tanya Sonia pada Agatha.

"Hah? Ya mana gue tau. Emang gue mak nya apa," jawab gadis itu.

"Iya dia hari ini ulang tahun. Tanggal 20 kan hari ini?," ucap Tesya.

"Iya 20," jawab Agatha.

"Nah iya 20 Januari dia ulang tahun," ucap Sonia histeris.

"Lo gak ngucapin Ta?" tanya Tesya.

"Tes, lo gila ya? Ya nggak lah ngapain coba," jawab Agatha.

"Helooow Agatha, ini udah 2017 dan lo masih aja gini," kesal Sonia.

"Gini gimana son? Udah ah males gue.mending kita ke perpus yuk," ajak gadis itu.

Sonia dan Tesya hanya menuruti keinginan Agatha. Mereka bertiga berjalan menuju perpustakaan. Di perjalanan mereka bertemu spesies laki-laki yang membingungkan bagi Agatha saat ini.

Tanpa menatap mata dan wajah, laki-laki itu hanya melewatinya. Ia berjalan menuju lapangan futsal, menghampiri teman-temannya yang telah menunggu untuk bermain.

"Lah kok? Tumben ya tu anak gak kayak biasanya?" ucap Tesya bingung.

"Iya ya. Lo apain tu anak Ta?" tanya Sonia.

"Hah? Kok gue si?" jawab gadis itu bingung.

"Udah-udah ayo ngapain berdiri disini coba," ucap Tesya.

***

Rintik hujan pun turun. Membasahi setiap benda yang tak terlindungi di permukaannya. Air hujan yang bening tidak perlu mempunyai warna untuk orang-orang bisa menyukainnya. Namun bisa saja orang benci padanya bukan karna ia hampa tak berwarna, namun ada kisah yang tersimpan di balik rintikan hujan yang jatuh pada permukaan.

Di ruangan perpustakaan hanya terdapat beberapa orang di dalamnya, termasuk Agatha, Tesya dan Sonia. Sunyi, sepi, hampa dan dingin.

"Kok bengong si, tadi ngajak ke perpus tapi lo nya ngambil buku doang, di baca juga kagak," gumam Tesya pelan.

"Udah la Ta, gue gak ngerti sama lo, sampe sekarang lo gak bisa juga buat ngelupain Hafiz," spontan suara itu keluar dari mulut Sonia.

"Son, bukan tentang Hafiz. Gue udah gak peduli lagi sama masa-masa itu, buat apa gue kenang, buat apa gue inget, dia nya aja belum tentu inget sama gue kan, jadi jangan bahas dia lagi," jawab gadis itu.

"Yaudah baguslah kalo lo udah lupa. Gue tau deh sekarang apa masalah nya," balas Sonia.

"Udah diem. Ini perpus, kalo mau ngobrol mending kita ke luar aja," saran Tesya.

"Alah gak ada orang juga lagian tai lu," balas Sonia.

"Iya, disini aja lah, mager juga gue," ucap Agatha.

"Lo itu terlalu nepis pikiran lo tentang dia, dan pada akhir nya itu semua balik ke lo," gumam Sonia.

"Lah ni anak gila apa bagimana ya, ngomong sama siapa mbak?" canda Tesya.

"Alah brisik lo bangsat, gue ngomong sama Tata," jawab gadis itu kesal

"Maksud lo?" tanya Agatha.

"Ya gimana ya, lo kan selama ini kalo Demas deketin lo, lo selalu ngindar dari dia dan sekarang dia gak gitu lagi sama lo karna lo terlalu nunjukin rasa benci yang ada di dalam diri lo sampe-sampe dia jenuh sama sikap lo yang kayak gini," jelas Sonia.

"Kan emang gue gak suka sama dia Son," jawab gadis itu.

"Bohong Ta bohong, lo sekarang kepikiran kan sama dia?" tanya Sonia.

"Son, jangan maksa gitu," ucap Tesya.

"Gue gak maksa, gue cuma liat aja Agatha gimana setelah Demas kayak gini," jawab Sonia.

"Gue balik ke kelas duluan," gumam Agatha.

Sonia dan Tesya hanya diam dan menghenduskan nafasnya.

***

"Lah lo kenapa Ta?" tanya Kanaya.

"Iya, lo kenapa Ta? Balik dari perpus mukanya gitu amat kaya pantat kuda," sambung Artha.

"Anjir," gumam Naura.

"Gak papa kok. Oh iya, kalian ngapain di kelas gue?" tanya Agatha.

"Gak ada si, kita orang nungguin lo lah," jawab Naura.

"Hmm," gumam Agatha.

"Lo kenapa si?" tanya Artha.

"Yah gue cabut ke kelas duluan deh ya, Fradea bilang Bu ely udah masuk," ucap kanaya.

"Oke sip,"

"Gue kelas juga lah ah. Yok Ar," ajak Naura.

"Gak ah lo aja, kelas gue di sebelah juga," jawab Artha.

"Okelah bye,"

"Ar gue," gumam Agatha pelan.

"Kenapa Ta, cerita sama gue" balas Artha.

"Demas," gumamnya.

"Demas? Kenapa Demas? Jangan bilang lo-" suara Artha terputus.

"Nggak-nggak! Gue cuma mau nanya dia ulang tahun hari ini?" balas gadis itu.

Artha tersenyum kecil melihat wajah Agatha yang mulai memerah dan panik.

"Ih Artha lo kenapa senyum-senyum?! Kesel gue ah,"

"Udah-udah gue tau kok hhe. Gue ke kelas ya," ucap Artha sambil tersenyum.

"Kayak burit anoa muka lo kalo senyum-senyum gak jelas gitu Ar," seru Agatha.


TBC

Selamat Sore
16 April 2017

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang