•DUA•

93 12 4
                                    

Angin pagi berhembusan silih berganti. Sang surya mucul perlahan-lahan. Cahaya nya menembus jendela kamar seorang gadis yang tertidur pulas, tetapi tidak di tempat seharusnya tidur. Kepalanya bertumpu pada meja belajar, menghimpit satu buku yang tak pernah lepas dikesehariannya. Tangan yang masih menggepal pena dengan lemah. Sungguh lemah, rapuh dan hancur.

Gadis rapuh itu perlahan membuka matanya. Seakan ia kembali meraksakan pahitnya kenyataan hidup. Waktu memang tidak bisa diulang kembali, tapi masih bisa untuk kita kenang. Hanya waktu. Izinkan waktu berjalan menghapus luka yang tertinggal, dan menunggu saat dia merasakan pahitnya diri mu sekarang.

Berjalan sendiri di kekelabuan tanpa satu orang pun yang menuntun. Ayah, ibu dan adik, tak ada disisinya saat ini. Hanya sahabat yang dia punya. Tapi tak sepenuh ny selalu ada, karna setiap orang punya kehidupan masing-masing. Inilah kehidupan Agatha Andira.

Tok tok tok tok.

"Agatha ooooo Agatha! Apakah kamu ada di dalam?" seru seorang gadis tak lain Artha, salah satu dari tiga sahabatnya.

Perlahan ia bangkit dari duduknya untuk membuka pintu. Tapi, pintu langsung dibuka oleh Artha.

"Dasar anak gila teriak-teriak," seru gadis itu.

"Iya ta tau kok gue gila tau," jawab Artha cemberut.

"Lo ngapain duduk disini? Belum mandi pula ih," tanya Artha lagi.

"Gue ketiduran disini semalem dan ya gue baru bangun," jelas Agatha.

"Mending mandi deh Ta, kita ke rumah Naura," seru Artha.

"Lah, Kanaya gimana? Emang mau kemana?" tanyanya.

"Iya nanti kita jemput dia juga maksud nya. Yaudah sih bacot amat! Mandi sekarang!" kesal gadis itu.

Tanpa aba-aba, Agatha langsung mengambil handuk dan berlali menuju kamar mandi. Sebenarnya Artha bermaksud lain. Ia tau yang semalam Agtaha yang biasa di panggil Tata itu lakukan. Segera dia membuka buku yang terletak di meja belajar. Perlahan ia membuka buku itu, langsung menuju halaman yang tertulis terakhir, walau dia tau pasti Agatha banyak melulis di halaman sebelumnya.

Luka hati yang terdalam tak semuanya tentang laki-laki, melainkan orang-orang yang pernah singgah dan meninggalkan bekas kenangan. Sahabat bisa saja pergi tanpa aba-aba jika ia telah menemukan seseorang yang membuat nya lebih nyaman, walupun mereka bilang untuk akan selalu ada. Terkadang juga kata-kata yang terucap dari mulut tidak sesuai yang ada didalam hati. Pantas saja seorang Hafiz Algifari mudah mengatakan cinta lalu pergi tanpa patahan kata sedikit pun. Sial sial sial masih saja aku memikirkan dia.---

Belum terbaca semua oleh Artha, gadis itu telah keluar dari kamar mandi, segera ia mengambil aba-aba modusan. Sial. Artha menyesal karna saat membaca ia masih sempat untuk bermain handphone, jadi tidak semua terbaca oleh nya. Tapi, ia tau sekarang yang dirasakan sahabat nya.

•••

And I know you’ll find someone who
Gives you the time I didn’t give to you
I’m running low
I’m sorry, but I have to go.

Running Low-Shawn Mendes


Lantunan musik di dalam mobil membuat empat orang di dalam nya terdiam. Kanaya yang sibuk dengan handphone , Artha yang menyetir dan Naura yang akhirnya memecahkan keheningan.

"Gara-gara suara Shawn jadi melow semua ya lo pada, ah ga asik," ucapnya.

"Shawn pacar gue oh tidak, aku terpukau akan suara mu," lucu Artha.

"Mau kemana si?" tanya Agatha yang sejak tadi hanya diam dan akhirnya buka suara.

"Ke hati yang pernah singgah Ta," lawak Kanaya.

"Alah jangan baper plis," pinta Naura bercanda membuat suasana yang tadinya dingin menjadi hangat.

Tak bisa nya ketika mereka berkumpul suasana sedingin ini. Agatha yang seorang fun girl itu hanya diam.

"Ke Pensi lah bego, kok lupa sih ta, yaampun lo kenapa ta? Astaga ta lo kenapa? Lo baik-baik aja kan?" tanya Artha lebay sambil nyetir mobil dengan ugal.

"Artha!" bentak Kanaya dan Naura di bangku belakang mobil.

"Iya, iya maaf namanya juga panik kan hehe," cengir gadis itu.

"Yaudah bawa mobil nya hati-hati," ucap Agatha.

Setibanya mereka di tempat Pensi SMA Yadika, satu persatu mereka turun dari mobil.

"Hai Agatha!" sapa seorang laki-laki.

"Hai!" balas gadis itu malas.

"Sini biar gue bantu bawa tas nya," ucap laki-laki itu.

"Modus tuh Ta modus," seru Artha.

"Apasih Artha, mending kalian para curut-curut masuk duluan,"

"Yaudah," kesal Kanaya dan Naura yang selalu sehati saat berbicara.

Teman-teman Agatha berjalan masuk ke salam gedung.

"Demas, udah ya gue lagi badmood jangan buat mood gue tambah hancur," ucap gadis itu lemas.

"Kalo hancur ntar di tempel aja pake lem Ta, mudah-mudahan ga hancur lagi, makanya hati-hati pakek mood, kalo udah hancur susah kan Ta. Tapi kan ada Demas kan ya yang bisa buat lem mood nya Tata," jelas Demas ingin membuat gadis itu tertawa, tapi sialnya gagal.

"Gak lucu," sahutnya seraya berjalan menuju pintu masuk gedung.

Saat punggung gadis itu telah hilang dari mata seorang Demas Bayunugraha, ia hanya tersenyum tipis.

•••
TBC

Selamat malam
18 Maret 2017

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang