•LIMA•

39 8 0
                                    

Akhir-akhir ini kelas XI A sering di landa jamkos. Tidak masalah bagi mereka, bahkan waktu itulah yang di tunggu-tunggu di kalangan murid SMA Yadika.

"Kal, nggak ada tugas apa?" tanya Agatha pada Haykal ketua kelas yang sedang menulis entah apa itu Agatha tidak tau.

"Ada bego, lu liat papan tulis, lo si, asik main handphone mulu," jawabnya.

"Yeeee, gue kan ngirim e-mail ke ibu Missrukiah ege," jawab gadis itu.

Gadis itu mengeluarkan bukunya, ia menulis apa yang di tulis oleh sekretaris di papan tulis. Seketika pandangan gadis itu ke luar ruangan kelas, karna posisi duduknya di dekat pintu kelas. Ia menyukai tempat itu, walaupun kadang-kadang konsentrasinya terganggu akan orang-orang di luar kelas yang menintip ke kelas.

"Hai," bisik seseorang di balik pintu.

Sepasang mata gadis itu melihat ke arah pintu. Ia hanya menghiraukan lalu melanjutkan menulis.

Demas tanpa aba-aba masuk kedalam kelas saat melihat tidak ada guru di dalam.

"Pinjem penggaris Ta," ucap lelaki di depan meja gadis itu.

Dilihat nya laki-laki itu lalu ia menghenduskan nafasnya.

"Temen sekelas lo kan ada yang punya kan?" tanya gadis itu.

"Iya tapi-"

"Udah ini penggarisnya," ucap Agatha seraya memberikan benda itu.

"Pinjem dulu ya Ta," ucap laki-laki itu sambil tersenyum lalu keluar dari kelas itu.

Jamkos di isi dengan berbagai kegiatan, ada yang mencatat, bermain handphone, bergosip bagi yang perempuan, bahkan ada yang jahilin satu sama lain.

Agatha, Sonia dan Tesya yang tadi nya mencatat kini asik bercerita. Tapi, tiba-tiba mood Agatha hancur saat Demas kembali hadir di hadapan nya.

"Ta, nih penggaris nya, makasih ya Ta," ucap Demas lalu menggambil posisi duduk di sebelah gadis itu, yang kebetulan kosong karna Sonia dan Tesya duduk di bangku belakang.

Sonia dan Tesya bangkit dari duduk nya dan berpindah tempat duduk sedikit manjauh dari Agatha dan Demas.

"Lo ngapain sih masuk-masuk kelas gue terus? Kelas lo itu di sebelah," jelas Agatha.

Demas hanya memperhatikan gadis itu berbicara, menumpukan dagu ny pada tangan yang juga bertumpu pada meja.

"Ah lo ah mls gue, pergi gak dari sini," kesal gadis itu.

"Kalo gue gak mau gimana?" ejek laki-laki itu.

"Terserah lo," cetus Agatha.

Agatha membuka kembali buku catatan nya dan melanjutkan menulis. Hingga akhirnya ketua kelas yaitu Haykal melihat keberadaan Demas ada di dalam kelas.

"Woy Demas! Ngapain disini, nanti ada guru piket kesini mampus lo, hari ini bu Ely yang piket," teriak Haykal dari sudut kelas.

"Oke deh pak bos," balas laki-laki itu.

"Ta gue ke kelas ya, nanti pulang sekolah gue tunggu di parkiran," ucap Demas sambil mengacak kecil rambut gadis itu.

"Apa-apaan sih!" bentaknya.

Laki-laki itu pergi. Kepergiannya dari kelas itu membuat hati Agatha tenang, lega dan aman. Walaupun ia tau hanya sebentar untuk Demas tidak mendekatinya, tapi setidaknya ada waktu untuk ia tidak didekati laki-laki yang ia benci itu.

Jam istirahat saatnya Agatha kumpul bersama sahabatnya. Artha, Kanaya dan Naura. Kelas yang berbeda-beda membuat mereka tidak bisa berkumpul di kelas.

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang