5. HATI YANG TERLUKA

971 41 0
                                    

Kata-kata Ayu terus mengganggu pikiran Ega selama beberapa hari berikutnya. Setiap malam Ega tak bisa tidur karena memikirkan kedekatan Irwan dan Intan. Bukan hanya sekali mereka terlihat bersama. Hampir di setiap acara yang dihadiri Irwan, Intan selalu ada menemaninya. Banyak foto kebersamaan mereka yang beredar di media sosial. Tak jarang mereka berpose mesra, saling bergandengan tangan dan berangkulan. Hati Ega sakit melihat semua itu. Namun dia tak bisa berbuat apapun.

"Kenapa harus 'a Irwan yang jadi pilihan Bunda? Kenapa bukan pria lain yang bisa mengerti dan menerima Ega, Bun?", kata Ega, memandang foto Almh. Bundanya.
Air mata kini membasahi wajah cantiknya. Ega tak bisa menahan kesedihannya jika mengingat pesan terakhir Bundanya.

"Belajarlah mencintainya, Ga. Bunda yakin dia bisa menjaga dan melindungi kamu menggantikan Ayah dan Bunda", kata Bunda Ega disaat terakhir hidupnya. "Hormati dan patuhi ucapannya. Kelak dia yang akan menuntunmu menuju surga-Nya".

.

.

"Les, besok ada kak Irwan loch di mall Anggrek. Kita nonton yuk", ajak Ayu, duduk di kursi depan Ega kemudian membalikkan tubuhnya memandang Lesti dan Ega yang duduk di belakangnya. Saat ini mereka sedang menunggu dosen yang belum masuk kelas mereka.

"Yang benar, Yu? Kamu tahu darimana?", tanya Lesti, memandang sahabatnya.

"Dari IG-nya kak Alfin. Dia upload jadwal kak Irwan buat seminggu ke depan", jawab Ayu.

"Beneran? Ayo kita kesana", kata Lesti, antusias.

"Shiip", kata Ayu, mengacungkan jempolnya. "Ega, kamu ikut, kan?", Ayu beralih memandang Ega.

"Entahlah. Lihat besok aja yach", ucap Ega, malas.

"Yach... kok gitu sih, Ga", kata Ayu, kecewa.

"Ega lagi malas pergi, Yu", sahut Ega.
Ega sedang tak ingin bertemu Irwan. Dia takut apa yang dipikirkannya akhir-akhir ini benar. Ega belum siap untuk menerima kenyataan bahwa Irwan dan Intan memiliki hubungan spesial.

.

.

Keesokan harinya...
Ega berjalan dengan malas ke dalam mall anggrek mengikuti Lesti dan Ayu. Dia sudah menolak untuk datang kesini, namun sepulang kuliah Ayu dan Lesti langsung menariknya ikut bersama mereka.

"Ega, cepat donk. Kita harus dapat barisan paling depan supaya bisa lihat kak Irwan dengan jelas", kata Ayu, tak sabar.

"Ya, ini juga udah cepat kok", sahut Ega.

Ega mempercepat langkahnya. Namun baru beberapa langkah berjalan dia menghentikannya. Pandangannya menangkap sosok orang yang dikenalnya di salah satu toko di mall tersebut.

Seorang pria berpostur tubuh tinggi dengan wajah yang tertutup topi dan kacamata sedang memandang wanita cantik dan seksi didepannya dengan penuh senyum. Tangannya memegang pundak wanita itu.

Mata Ega berkaca-kaca. Dia yakin tak salah mengenali orang. Pria itu selalu menemuinya dengan penampilan seperti itu. Ega menghapus cairan bening yang keluar dari sudut matanya. Dia tak sanggup melihatnya lebih lama lagi. Ega memutuskan untuk pergi dari tempat itu.

Sementara di dalam toko pria itu menoleh dan melihat kepergian Ega.
'Ega? Apa gadis itu Ega?', tanya pria itu dalam hati.

"Irwan, kamu lihatin siapa?", wanita di hadapannya memanggil.

Irwan segera mengalihkan pandangannya dan tersenyum. "Bukan siapa-siapa kok, Tan", jawab Irwan. "Belanjanya udah, kan?", sambungnya. Intan mengangguk mengiyakan. Tangannya sudah menenteng beberapa tas belanjaan.

Ya, pria dan wanita yang dilihat Ega adalah Irwan dan Intan yang sedang berada di toko pakaian. Irwan mengajak Intan berbelanja sebelum dia tampil di mall tersebut.

.

.

"Yu, Ega mana?", tanya Lesti, menghentikan langkahnya dan memandang sekelilingnya. Mereka sudah sampai di depan panggung tempat Irwan manggung, namun dia tak melihat batang hidung sahabatnya itu.

"Tadi dibelakangku, Les. Kok sekarang nggak ada ya?", Ayu balik bertanya bingung. "Jangan-jangan masih ketinggalan di belakang".

"Coba di telepon, Yu", saran Lesti.

Ayu mengangguk dan mengambil handphonenya.
"Ga diangkat, Les", kata Ayu setelah beberapa saat. "Coba pake handphone kamu".

"Ada BBM dari Ega, Yu", kata Lesti saat membuka handphonenya. "Dia sakit perut dan pamit pulang duluan", ujarnya membaca pesan dari Ega.

"Ya Allah...kenapa Ega nggak bilang sih? Kita kan bisa mengantarnya pulang", kata Ayu, khawatir.

"Dia nggak mau ganggu kita buat nonton kak Irwan, Yu", sahut Lesti, melanjutkan membaca pesan dari Ega. "Ega sudah di dalam taksi, jadi kita nggak perlu khawatir".

"Ya, semoga dia baik-baik saja", ucap Ayu.

"Amiin"

.

.

"Ini, Wan", kata Intan, memberikan sebotol air mineral pada Irwan.

"Makasih, Tan", kata Irwan, tersenyum menerima botol itu. Irwan segera meminumnya hingga habis.

"Haus banget ya? Minumnya langsung habis gitu", kata Intan terkekeh, duduk disamping Irwan.

"Iya nich, capek dan haus dari tadi teriak-teriak mulu", jawab Irwan.
Irwan baru selesai manggung dan sekarang sedang istirahat di salah satu ruangan di mall anggrek. Dia bernyanyi selama 1 jam untuk menghibur pengunjung dan penggemarnya dalam rangkaian acara ulangtahun mall Anggrek yang ke-15.

Intan menatap Irwan. Walau Irwan sedang kelelahan dan wajahnya penuh keringat, namun dia masih terlihat tampan. Intan mengambil tissue dan menghapus keringat di wajah Irwan.

Irwan kaget dan memandang Intan. Namun bukan wajah Intan yang dia lihat, melainkan wajah...

'EGA', gumam Irwan dalam hati. Matanya membulat sedangkan tangannya memegang tangan Intan yang berada di wajahnya.

"Kenapa, Wan?", suara Intan, membuyarkan kekagetan Irwan.

"Ah... Nggak apa-apa kok, Tan. Biar aku bersihin sendiri", ujar Irwan, mengambil tissue di tangan Intan. Irwan mengalihkan pandangannya dari Intan sambil mengelap keringat di wajah dan lehernya.

'Ada apa dengan Irwan? Biasanya dia tak pernah menolak jika aku melakukannya', kata Intan dalam hati, memandang Irwan.

'Kenapa wajah Ega yang aku lihat?', tanya hati Irwan, bingung. Ingatannya kembali pada saat dia melihat kepergian seorang gadis di depan toko pakaian. 'Apa mungkin gadis itu Ega? Tadi aku melihat kedua temannya, tapi tak ada Ega disana. Apa mungkin dia melihatku dengan Intan?'. Irwan menghela nafas panjang. 'Kenapa akhir-akhir ini dia selalu mengganggu pikiranku', keluhnya dalam hati.

"Irwan...Irwan...", Intan mengguncang tubuh Irwan pelan.

"Eh...Kenapa, Tan?", tanya Irwan, tersadar dari lamunannya.

"Kamu tuch yang kenapa. Dari tadi aku manggil kamu tapi kamu nggak dengar-dengar", kata Intan, kesal.

"Ya maaf, Tan, ada apa?", tanya Irwan, memandang Intan.

"Kamu kan udah janji mau antar aku beli kosmetik setelah manggung. Ayo kita pergi sekarang", ajak Intan, merangkul lengan Irwan.

"Iya, bentar lagi ya. Aku masih capek, Tan", sahut Irwan.

Intan melipat kedua tangannya di depan dada dan memasang wajah cemberut mendengar jawaban Irwan.

Irwan menghela nafas panjang melihat Intanyang ngambek.
"Baiklah, aku ganti baju dulu", kata Irwan, bangkit berdiri.

Intan langsung tersenyum sumringah mendengarnya."Makasih, Wan", ujarnya, senang. Irwan hanya mengangguk dan berlalu dari hadapan Intan

.......................

KESETIAAN CINTA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang