Hari ini adalah hari minggu. Waktu dimana Zahra dkk akan pergi ke dufan. Sekarang Zahra sudah bersiap-siap dan segera turun.
Ia melihat Wisnu sedang melihat televisi dengan rambut yang acak-acak an.
"Perasaan sebelum nyokap, bokap pergi mereka bilang deh kalau lo harus mandi," ucap Zahra.
"Gue udah mandi kali," ucap Wisnu dengan cuek.
"Yaudah kalau gitu anter gue," pinta Zahra. "Ke?"
"Rumah Devan." Wisnu yang mendengar perkataan Zahra dengan cepat menolehkan kepalanya ke Zahra.
"Ngapain lo ke sana?" Wisnu melihat Zahra sudah siap dan ia terlihat cantik.
"Mau kencan lo? Tapi kok minta anter gue? Seharusnya Devan yang jemput dong. Lagian mau kencan kok pakai celana, pakai rok dong biar manis dikit. Terus dandan sono," ucapan Wisnu membuat Zahra melotot.
"Gue gak mau kencan abang. Gue minta lo anter karena gue sama anak-anak mau ke dufan dan janjiannya di rumah Devan."
"Oh gitu." Wisnu hanya mengangguk-angguk kan kepala tanpa beranjak dari tempat duduknya.
"Kalau udah tau, kenapa masih duduk?" tanya Zahra dengan mematikan televisi.
"Eh ... eh .... ngapain sih dimatiin?" Wisnu segera mengambil remot dan menyalakan televisinya.
"Anterin gue. Atau lo gue bilangin mama kalau lo jorok dan gak mau mandi?" ancaman Zahra mampu membuat Wisnu berdecak kesal dan bangkit.
"Yaudah ayo!" Wisnu berjalan lebih dahulu lalu diikuti dengan Zahra yang sedang tertawa melihat Wisnu yang kesal.
Untung saja Wisnu memilih jalan pintas untuk ke rumah Devan, katanya agar tidak terkena macet. Dan memang benar jalan pintas itu tidak terkena macet.
"Lo pulangnya gue jemput?" tanya Wisnu.
"Lihat nanti aja, kalau ada tumpangan ya gak usah." Wisnu mengangguk lalu Zahra segera turun dari mobil.
Ternyata anak-anak sudah kumpul di rumah Devan.
"Udah ditentuin kan kalian ikut mobil siapa aja? Yaudah waktunya berangkat," ucap Putra yang membuat Zahra bingung.
"Eh ... gue baru dateng, terus gue ikut siapa?" tanya Zahra.
"Ikut mobil gue." Sahut Devan yang membuat Zahra mengangguk.
"Udah semua 'kan? Yaudah. Ayo berangkat!"
Akhirnya mereka semua mulai naik ke mobil masing-masing.
"Eh lo duduk depan," ucap Sania.
"Ha? Maksud lo?"
"Lo sama Devan di depan. Gue sama Sania di tengah. Yang belakang Firzha sama Dandi," ucap Bayu yang membuat Zahra menggelengkan kepalanya.
"Gak gak. Seharusnya lo yang di depan sama Devan," ucap Zahra.
"Oh tidak bisa. Gue udah sama Sania tak 'kan terpisahkan," ucap Bayu.
"Ayo naik!" ucap Devan yang membuat Sania dan Bayu segera duduk di bangku tengah. Ternyata Firzha dan Dandi sudah ada di bangku belakang.
Zahra yang melihat itu hanya mampu menepuk jidatnya. Mengapa ia harus bersama Devan? Gagal acara move onnya.
"Ayo naik!" perintah Devan dari dalam mobil yang membuat Zahra menghela napas dan masuk ke mobil.
Awal perjalanan Firzha dan Dandi meramaikan keadaan mobil dengan celetukan mereka. Lalu dilanjutkan dengan Sania dan Bayu yang bertengkar. Kemudian, di tengah perjalanan mereka tertidur kecuali Zahra dan keadaan hening yang tercipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian
Teen FictionKisah cinta di masa SMA ketika seorang gadis yang dipertemukan dengan anak laki-laki yang mampu membuatnya jatuh hati. Entah karena apa, ia begitu mudah menjatuhkan hatinya kepada laki-laki itu walaupun ia harus memendam perasaannya. "Oh oke. Sebelu...