Epilog

2.7K 98 0
                                    

Zahra melihat ke arah laptopnya dengan tidak selera. Sudah satu bulan Devan tidak memberinya kabar yang membuat ia begitu tak berarti.

"Murung aja," kaget Sania. Ya, sekarang Sania berada di rumah Zahra.

"Ya gapapa," jawab Zahra.

"Kenapa si?"

"Udah satu bulan Devan gak ngasih kabar." Jawab Zahra yang membuat Sania tersenyum menggoda.

"Oh jadi ceritanya kangen?" goda Sania.

"Enggak kok,"

"Masa?"

"Iya. Gue cuma khawatir dia kenapa-nap," ucapan Zahra membuat Sania makin gencar menggodanya.

"Khawatir apa khawatir? Jujur aja deh."

"Jujur apa an sih?"

"Jujur kalau lo juga suka Devan. Kasihan Devan selama enam tahun lo gantung. Dia bukan jemuran " ledek Sania.

"Kita cuma sahabatan gak lebih." Elak Zahra.

"Pret. Gak lebih? Tapi sampai sekarang lo gak punya pacar dan lo nunggu Devan. Itu namanya gak lebih?" goda Sania.

"Ya ... gak gitu," ucap Zahra dengan kelabakan.

"Udah deh jujur aja. Gue kadang kasihan liat Devan, kek lo gantung gitu," ucap Sania.

"Disaat gue mau jujur sama perasaan gue. Dia hilang kek angin berlalu aja. Ini perasaan udah mulai yakin," ucap Zahra yang membuat Sania tertawa.

"HAHAHA. Makanya, jangan suka gantung perasaannya orang. Kata orang cinta itu bisa berubah seiring berjalannya waktu, entah itu semakin dalam atau semakin pudar. Bahkan bisa saja cinta itu hilang dengan sendirinya," ucap Sania yang membuat Zahra melihat ke arahnya.

"Maksud lo, dia gak suka lagi sama gue?" tanya Zahra.

"Ya, siapa tau?" ucap Sania dengan mengangkat bahu.

"Yang serius?" tanya Zahra.

"Makanya jangan sia-siain seseorang yang ada di kehidupan lo. Kalau udah gini siapa yang nyesel? Lo kan?" tanya Sania yang membuat Zahra diam.

"Yaudah deh, gue mau pergi sama Bayu. Bye bye," ucap Sania dengan beranjak pergi. Zahra masih diam, dia memikirkan bagaimana kalau Devan sudah tak mencintainya lagi? Padahal perasaan Zahra sudah mulai dalam. Ia takut, terluka untuk yang kedua kali.

Akhirnya Zahra lebih memilih ke arah balkon kamarnya. Ia duduk dan melihat ke arah bintang. Ia termenung, tiba-tiba lampu rumah padam.

"Anjir, kenapa bisa mati lampu coba?" tanya Zahra pada dirinya sendiri.

"Mana handphone gue di dalem lagi." Ucap Zahra yang membuat ia mencari pintu balkon. Ketika ia ingin membukanya tetapi pintunya terasa terkunci.

"Lah? Ini kenapa gak bisa dibuka ya Allah." Ucap Zahra dengan mencoba membukanya namun tetap tak bisa.

"Masa iya gue di sini? Mana gelap, dingin lagi," ucap Zahra.

Tiba-tiba dari arah bawah terdapat kerlap kerlip lampu yang membuat ia menengok ke bawah. Balkon kamar Zahra mengarah ke arah halaman belakang rumah. Jadi dia kaget ketika belakang rumahnya sudah terdapat lampu-lampu yang menyala.

Ini mati lampu tapi kok itu bisa nyala ya? Ini kenapa rumah gue jadi kek ada lampu ala-ala tumblr? Batin Zahra.

"Jangan diliatin terus dong lampunya. Nengok gih di sini ada cowok ganteng," ucap seseorang yang suaranya familiar membuat Zahra menengok ke arahnya. Zahra diam terpatung melihat senyumannya.

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang