Bab 11

2.4K 88 0
                                    

Bel sudah berbunyi, tanda sekarang waktunya istirahat.

"Ra, gue ke Bayu dulu ya. Ada urusan," ucap Sania dengan berdiri.

"Oke," ucap Zahra, lalu Sania keluar kelas. Zahra menghela napas. Ia malas pergi ke kantin, entah kenapa.

"Woy!" ucap Putra. "Apa?"

"Kok lu gak kaget sih."

"Lo niat ngagetin gua?"

"Iya lah."

"Gak mempan," ucap Zahra dengan beranjak meninggalkan Putra.

Napa tu anak. Batin Putra.

Sebenarnya tadi sebelum Sania pergi, teman-teman Zahra sudah menawari Zahra dan Sania untuk ke kantin bersama. Namun, baik Zahra dan Sania tidak mau.

Tau gini gue ikut anak-anak. Batin Zahra.

Akhirnya Zahra memilih ke arah taman sekolah. Ia membuka handphonenya dan mulai memainkan game yang ada di handphonenya.

"Ehem." Deheman seseorang membuat Zahra menoleh. Ternyata orang itu adalah Devan.

"Apa?" tanya Zahra. Mood-nya turun ketika melihat Devan. Apalagi jika mengingat kejadian tadi pagi. Lengkap sudah.

"Cemberut mulu neng," ucap Devan seraya duduk di samping Zahra.

"Terserah gue," ucap Zahra ketus.

"Widih. Ketus amat? Ada masalah lo?"

"Ya," ucap Zahra dengan memainkan gamenya kembali. "Masalah apa?"

"Hati."

"Hati lo kenapa?"

"Sakit."

"Sejak kapan?"

"Sejak dulu."

"Astaghfirullah. Udah di obati?"

"Belum."

"Kenapa belum? Ntar penyakit di liver lo makin parah," ucap Devan yang membuat Zahra menghela napas.

"Gue gak punya penyakit liver."

"Lah, tadi katanya hati lo sakit?"

"Serah deh Dev," ucap Zahra.

"Hahaha. Canda si. Kenapa? Gebetan lo gak peka?"

"Iya. Bego emang dia," ucap Zahra.

"Wanjay. Emang lu udah kode?"

"Gak perlu ditanya. Udah," ucap Zahra.

"Gak semua cowok tuh paham kode-kode an Ra," ucap Devan membuat Zahra menoleh ke arahnya. "Tapi gebetan gue kalau dikode-in cewek lain bisa."

"Anjir. Siapa emang doi lo?"

"Orang," ucap Zahra.

"Ya tau. Namanya? Jangan jawab terdiri dari huruf."

"Namanya tersimpan dalam benak."

"Weset. Doi lo bego ternyata Ra."

"Emang. Lo kok ngomong gitu ya?"

"Iya lah, cewek kayak lo dianggurin," ucapan Devan membuat Zahra melotot.

"Maksud lo dianggurin paan?!"

"Maksudnya ... kenapa gak peka. Gitu," ucap Devan dengan cengengesan.

"Dia emang bego, bodoh."

"Tapi lo suka," ucapan Devan membuat Zahra terdiam.

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang