Bab 16

2.4K 74 0
                                    

Hari senin. Hari pertama UN yang membuat semua murid yang mendapat sesi pertama harus berangkat pagi seperti biasanya.

"Eh gue dag dig dug masa," ucap Zahra pada Wisnu ketika mereka berada di mobil.

"Ah lebay lu." Ledek Wisnu.

"Hallah mending gue daripada elo. Elo waktu mau berangkat sekolah nangis," ucap Zahra.

"Kapan?"

"Sok lupa lo. Waktu hari senin, gue yang mau ke rumah Sania harus nunggu lo nangis dulu ke mama, mana pake acara sungkeman lagi, lu kira mau nikah?"

"He?! Gue anak yang berbakti pada orang tua. Sungkeman tuh gak musti acara nikahan," bela Wisnu.

"Sok banget sih," ucap Zahra dengan melirik sinis Wisnu.

"Harusnya ya, elo tuh tadi sungkeman ke mama, biar diberi kelancaran. Harusnya juga elo tuh yang baik sama gue, harusnya lo nuruti perintah gue." Ucap Wisnu.

"Nuruti perintah lo? Terus kalau lo mau jajan, gue yang harus beliin pakai duit gue?" tanya Zahra.

"Iya dong! Jelas."

"Palamu! Bangkrut ntar gue,"

"Hallah gayamu pakai acara bangkrut segala." Ucap Wisnu.

"Ah, harusnya gue belajar!" ucap Zahra lalu dia mengambil buku dalam tasnya.

"Weset, telat lo. Udah sampai sekolah,"

"Ah elo sih?!"

"Kok gue?"

"Gara-gara lo 'kan Bang, gue gak jadi mendapatkan ilmu yang bermanfaat malah mendapatkan dosa!"

"Ya itu sih salah lo ya, bukan gue." Ucap Wisnu dengan santai.

"Ah pokoknya elo!" Zahra membuka pintu mobil dan segera berjalan ke arah sekolahan.

"Kenapa selalu cowok yang salah? Sama mama, gue yang salah. Sama pacar, gue salah. Sama adek juga gue salah. Emang ya cowok tuh kek Raisa - serba salah." Gerutu Wisnu dengan melajukan mobilnya.

***

UN berjalan dengan lancar. Zahra keluar kelas pun dengan lega.

"Lega juga ya," ucap Sania.

"Iya." Jawab Zahra dengan mengangguk.

Tiba-tiba muncullah Devan dan Bayu yang mendapatkan sesi ke-dua.

"Gimana? Susah gak yang?" tanya Bayu pada Sania.

"Yang yang palalu peyang!"

"Yaelah canda si. Gimana? Susah gak?"

"Hem. Lumayan." Sania menjawab pertanyaan Bayu dengan mengangguk-angguk kan kepala.

"Bocoran soal dong San."

"No no no."

"Ah pelit lu!"

"Kemarin 'kan gue udah bilang belajar Bay, ah elu mah." Sania pun pergi berlalu yang membuat Bayu mengejar Sania.

"Drama lagi," celetuk Devan.

"Iya," ucap Zahra dengan tersenyum. Walaupun sekarang Zahra dan Devan sudah bisa dikatakan dekat, Zahra terkadang masih canggung dengan Devan.

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang