Part 2

22 1 0
                                    

Tisya berjalan hingga kakinya sampai ditempat pemungkiman warga yang terkena bencana Longsor. Dia tak tahu daerah apa itu, hingga akhirnya ia mendekati salah satu warga yang sepertinya sedang menunggu giliran untuk mengobati  kakinya yang terluka.

"permisi pak, kaki bapak kenapa?" Tisya menyentuh kaki bapak itu.

"kaki bapak tertimpa pohon yang tumbang nak. Sekarang bapak sedang menunggu giliran untuk diobati."

"kalau boleh tahu kamu ini siapa nak, kok bapak tidak pernah melihat kamu sebelumnya?" tanya bapak itu meneliti Latisya dari atas hingga bawah.

"Saya Latisya pak, saya dari Jakarta. Saya baru pulang dari rumah teman saya, pas didaerah puncak saya terjebak macet. Dua jam saya menunggu hingga kemacetan sedikit melenggang. Pas ada jalan alternatif saya mencoba untuk jalan kesana. Eh,  tak tahunya itu jalan buntu. Mungkin saya salah jalan pas ada jalan 2 arah. Saya kira belok kiri. Tak tahunya saya jadi tersesat kayak gini. Mana hp saya mati lagi." jelas Latisya panjang lebar, sejujurnya dia takut berada diderah asing seperti ini. Bapak itu mencoba tersenyum.

"kebetulan sekali nak, Itu yang memakai kaos berwarna hijau muda, namanya Radafa Aditama. Dia dari jakarta, kebetulan dia seorang pelajar yang memberikan sedikit bantuan kepada warga sini. Dia dan teman-temannya akan segera kembali kejakarta malam ini juga." jelas pak Yanto, bapak yang Tisya hampiri itu.

"emangnya nanti tidak merepotkan mereka pak? " tanya tisya ragu.

"Nanti bapak yang akan bicara kepada mereka." sahut pak Yanto. Tak lama tim medis pun datang mengobati luka kakinya pak yanto.

Tisya menunggu sampai sesekali ia mengecek hpnya barangkali hpnya itu akan menyala walaupun hasilnya minim.

"Hpnya kenapa dek?" suara bass terdengar dari arah belakang latisya.
"Mati." sahut Latisya datar.
"adek bisa pakai hp kakak kalau adek perlu." Sosok itu menyodorkan hpnya kearah Latisya.
"nggak terimakasih." Tisya tidak suka ada orang yang sok kenal sama dia. Walaupun niat orang itu baik juga.

"Radit loe ngapain disana? Cepat bantu sofie sini!" Suara itu adalah suara milik sosok lelaki yang memakai kaos berwarna hijau muda. Suaranya terdengar tegas dan dingin.
"Iya, ntar gua kesana." teriak Radit.
"eh dek, gue kesana dulu ya. Bener nih loe gak butuh hp gue" tanya radit sekali lagi.
"tidak kak terimakasih." jawab Tisya malas.
Lalu radit pun beranjak dari tempatnya. menghampiri sosok dingin itu.

Latisya melirik kearah pak yanto kemudian menghampirinya kembali karena luka kakinya sudah selesai diobati oleh tim medis.

"ayo nak, bapak antarkan kamu ke mahasiswa itu." tisya membantu memapah pak yanto karena jalannya terlihat kesusahan.

"Nak Dafa" panggilnya,  lalu sosok itu pun menoleh.
"iya pak." Dafa pun menghampiri pk yanto sesekali matanya melirik latisya datar.
"begini nak, ini Latisya dia dari jakarta. Dan tisya saat ini sedang membutuhkan bantuan karena mobilnya yang tidak bisa keluar dari jalan buntu didepan. Kalau boleh bapak minta tolong nak dafal mau memberikan tumpangan kepada nak Latisya ini." jelas pak Yanto.

Dafa melirik ke arah Latisya begitupun dengan Latisya. Mata mereka bertemu, tak lama kemudian Dafa mengalihkan pandangannya dari latisya.
"Bagaimana nak Dafa?" tnya pak ynto.
"boleh pak silahkan, kebetulan saya bawa mobil sendiri." ucap Dafa tegas.
"alhamdulillah, nah nak Latisya ikut dengan nak Dafa saja ya, bp mau ke pak Rt dulu, untuk memberi tahu bahwa mobil kamu terjebak dijalan buntu depan, supaya mereka memberikan batuan dengan mengeluarkan mobil nak Latisya." jelas pak yanto.

"terimakasih pak, saya berhutang budi sekali pada bapak."
"tak usah sungkan nak, bapak permisi dulu." pak yanto pun beranjak dari tempatnya. Lalu pandangannya beralih pada Dafa yang berada disampingnya.
"hmmm, kak." Sapa Latisya sungkan.
"Apa?" sahut Dafa datar
"Boleh saya pinjam ponsel kakak, untuk menghubungi kakak saya." ujar Latisya pelan.
Tak ada jawaban tetapi tak lama kemudian sosok itu menyodorkan ponselnya kearah latisya. 
Tisya menatap sosok itu, lalu tangannya mengambil ponsel milik Dafa. Tangannya mengetikan beberapa nomor disana. Setelah ada jawaban disebrang Tisya pun beranjak sedikit dari tempatnya.

'Hallo Kak,

'Qia gak tahu lagi ada didaerah mana, yang jelas mobil Qia terjebak dijalan buntu kak. Sekarang Qia pulang ikut dengan Mahasiswa yang kebetulan sedang baksos disini.'

'iya, ini no kak Dafa.salah satu anggota tim baksos disini. Ponsel Qia lowbet.'

'Ya sudah, Qia tutup ya.'

Setelah sambungan terputus,  Tisya mendekati Dafa kembali.
"nih, makasih ya kak." Ujar Qia tulus, sembari mengerahkan ponsel milik Dafa.
"Hmmm" balas dafa bergumam.
Lalu dafa mengisyaratkan pada latisya untuk mengikutinya. Seakan mengerti Tisya pun mengekori Dafa dibelakangnya.

******

  Dikediaman Latif,  sang ayah masih terus menunggu kepulangan anak bungsunya. Jam menunjukan pukul 23:12 Dilihatnya anak sulungnya keluar dari kamarnya.

"gimana do, udah ada kabar dari adik kamu?" tanya Latif resah.
"Udah pah, tadi Qia menghubungi Ardo katanya mobilnya terjebak dijalan alternatif yang buntu. Sekarang dia pulang diantar oleh seorang mahasiswa yang kebetulan sedang Baksos ditempatnya Qia pa." jelas Ardo.
"syukurlah kalau adik kamu sudah menghubungi kamu. Untuk urusan mobil,  nanti biar papa menyuruh anak buah papa untuk mengambilnya." ujar Latif, sekarang dia sudah lega karena putrinya sudah memberikan kabar.

Ardo hanya menganggukan kepalanya. Dia juga lega karena adiknya sekarang sudah memberikan kabar.


................Bersambung.....................

Just Give Me a ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang