Dipojok perpustakaan Latisya terus menggerutu kesal akibat hukuman yang diterimanya itu. Sesekali ia menyumpah serapahkan bu geta yang tak tanggung-tanggung memberikannya hukuan. Husna yang tengah membaca novel itu pun sedikit terganggu.
"udahlah Sya, terima aja sih. Inikan salah loe juga."sahut husna.
"iya sih. Tapi Na, bu geta itu kalau sama gue kenapa ya bawaannya marah mulu. Untung aja waktu itu gue melarang bokap berdekatan sama tuh badut. Kalau nggak habislah dunia." celetuk Tisya geram.
"lebay luhh.."sahut husna lagi.
"eh,mungkin dia dendam kali sama loe, karena menggagalkan aksi pdktnya dia sama bokap loe." celetuk husna.
"mungkin aja sih." sahut Tisya
"Oh tuhan, gue gak bisa bayangin kalau gue dapat ibu tiri kayak dia." Tisya meringis geli. Sedangkan husna terkekeh akibat raut wajah Tisya yang menurutnya lucu itu.
"udah loe jangan banyak omong. Beresin tuh tugas loe, gue lapar banget nih." Husna mencoba bangkit dari kursinya.
"eh, mau kemana loe?" tanya Tisya saat husna beranjak dari kursinya.
"gue lapar sya, gue kekantin dulu ya. Loe mau nitip apa?" sahut husna.
"Teh botol sama roti panggang aja ya. Duitnya punya loe aja." ucap Tisya.
"dasar loe. Bokap kaya, kakak loe juga pengusaha. Tapi kalau jajan kenapa suka gue yang bayar sih?" celetuk husna.
"Duit gue belum digesek." sahut Tisya cuek.
"terserah loe aja deh. Gue keluar dulu..." husna pun keluar dari ruang perpustakaan. Kini hanya dirinyalah seorang diri yang tengah berada diperpustakaan menghabiskan waktu istirahatnya.
Tisya terus menulis lembar demi lembar sampai membuat tangannya pegal dan kesemutan. Diregangkan tangannya supaya rasa sakit itu sedikit menghilang. Tapi bergerak sedikit saja, sakit itu bertambah parah. Tisya hanya meringis perih.
"bukan gitu caranya ngilangin Kesemutan." ujar seorang lelaki yang tengah berada didepannya. Tisya bingung dari mana datangnya lelaki yang sok kenal dengannya ini.
"Nama loe Latisya kan?" tanya sosok itu.
"loe siapa?" tanya Latisya bingung. Karena sejujurnya dia baru pertama kali bertemu dengan sosok itu.
"Gue?!" tunjuk lelaki itu pada dirinya sendiri. Tisya hanya memutar bola matanya jengah.
"hahaha sorry sorry. Kenalin nama gue Rafaka Aditama, loe bisa panggil gue Rafa aja. Gue murid baru dikelas 12 A." Rafa mengulurkan tangannya pada Tisya. Tapi tidak ada balasan darinya.
"ups sorry. Sini gue bantuin ngobatin tangan loe." Rafa menarik tangan Tisya lalu meremasnya kencang.
"Aawww..." ringis tisya kencang.
Sedangkan Rafa tengah mencari sesuatu dari bawah meja. Setelah apa yang dicarinya ketemu. Rafa langsung mengikatkan tangan Tisya dengan karet gelang yang ia pungut itu."aww,, sakit bego. Udah tau tangan gue sakit malah diiket lagi." tisya langsung memarahi Rafa yang melakukannya dengan semena-mena.
"udah loe diem aja. Beberapa menit lagi tangan loe sembuh." ucap Rafa ringan tanpa beban.
"loe tadi kenapa kesiangan?" sambungnya.
"bukan urusan loe!" sahut tisya sinis. Tetapi ketika tangannya dirasakannya tak perih lagi ia langsung girang seketika.
"Akhirnya tangan gue sembuh." Ucapnya riang. Sembari menggerak-gerakan tangannya.
"coba gue tarik." Tanpa menunggu jawaban dari Latisya Rafa langsung menarik tangannya dengan kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Give Me a Reason
Teen FictionLatisya Sidiqia Latif Seorang gadis ceria dan manja adalah seorang anak pengusaha Property besar nomor 2 di Indonesia. Tak aneh jika 'Qia' nama panggilan sayang keluarganya itu, menjadi seseorang yang manja. Dia memiliki dua orang kakak yang sangat...