Part 4

14 2 0
                                    

Sinar matahari masuk melalui celah jendela kamar bernuansa Pulkadot itu. Membuat sosok yang tengah tertidur pulas itu sedikit terganggu tapi tidak sampai membuatnya terbangun.  Jam sudah menunjukan pukul 06:40 Alarm yang selalu dinyalakannya untuk bangun pagi itu sudah ia matikan sedari tadi. Deringan ponsel bersamaan suara teriakan kakaknya itu menggema diseluruh pelosok. Hampir saja ia tadi terjatuh akibat kaget mendengar suara teriakan kakaknya itu.

Latisya mengucek kedua matanya, mencoba menyesuaikan diri untuk segera beranjak dari tempat tidur. Sebelumnya ia mengambil ponsel yang berada dinakas sebelah kirinya. 20 panggilan tak terjawab dan 15 Sms tak terbaca.
Segeranya ia buka pesan yang tak lain dari sahabatnya itu.

From. Husna

Tis, loe dimna skrng? Setngh jam lgi pelajrn Bu Geta masuk. Loe gk lupa kan bahwa hari ini kelas kita Ulangan Fisika?

Pesan terakhir yang dikirimkan oleh husna sekitar 5 menit yang lalu. Berarti sisa waktunya setengah jam kurang.

"APA?" kaget tisya lalu segera bergegas kekamar mandi.

******

Dimeja makan Latif sedang mendengarkan celotehan sikembar Nadira dan Nadifa, sedangkan Ardo sibuk dengan koran dan roti selai kacangnya. Sementara Latisya ia kini sibuk menalikan tali sepatunya dan mulutnya ia sumpal dengan roti milik Nadifa yang duduk disebelahnya. Sementara Nadifa sendiri tidak mempermasalahkannya.

"loe sarapanya yang bener dong Qia" tegur Ardo yang melihat kelakuan adiknya itu. Sedangkan Latif hanya menggelengkan kepalanya saja.

"Guuuoe udcah telambats kesekolyah.." ujar Latisya dengan mulutnya yang penuh dengan roti. Setelah meneguk susunya Latisya langsung menyalami tangan papa dan kakaknya.

"Qia berangkat dulu pah." lalu ia segera bergegas keluar setelah sebelumnya ia mengecup pipi Nadira dan Nadifa.

"PAPAAA QIA BERANGKAT KESEKOLAH NAIK APA KAN MOBILNYA BELOM DIAMBIL?" teriak latisya dari luar. Latif dan Ardo hanya mengelengkan kepalanya akibat ulah latisya. Dira dan Difa pun ikut tertawa.

"Ya udah biar Ardo yang nganterin Qia  pah." putus ardo, latif pun menganggukan kepalanya.

********

"Kakak nyetirnya dicepetin lagi dong, gue udah telat nih." sedari tadi latisya hanya menggerutu tak jelas.

"Makanya dek, kalo tidur tuh jangan kebo bisa gk?!" sahut kakaknya.

"ihh, loe kayak gak tau aja sih. Gue semalem pulang jam 12 lewat tau!" Latisya berucap sesaat ia mengingat kejadian semalam.

"semalem kata papa loe dianterin cowok? Itu yang namanya Dafa?" tanya Ardo

"huum. Gue sebel sama dia. Orangnya cuek, dingin. Kalo ngomong gak ada ekspresinya datar mulu." celetuk tisya. Membuat Ardo mengernyitkan dahinya.

"tapi kata papa semalam dia gendong loe sampe kamar"sahut Ardo.

"APA KAK? LOE GAK LAGI BERCANDA KAN?.GAK LAGI BOHONGIN GUE?" Teriak tisya refleks. Ardo mengusap-usap kupingnya yang terasa panas.

"gila teriakan loe melebihi suara toa tau gak!" Celetuk Ardo.

Sedangkan latisya masih diem tak berkutik. Bagaimana bisa semalam ia tidak mengingatnya.

"udah jangan banyak melamun. Sana buruan masuk." ternyata mobil Ardo telah sampai didepan gerbang SMA PELITA JAKARTA 02. Seakan tersadar dari lamunannya. Tisya menolehkan kepalanya kearah gerbang,Tertutup.

"gimana nih kak. Gerbangnya udah ditutup" Tisya keluar dari mobil ardo dengan tampang resah.

"Loe manjat aja" celetuk ardo dari dalam mobil.

"nyebelin banget sih loe, udah sana hustt pergi pergi. Sebel gue sama loe. Bukannya nolongin gue, malah disuruh manjat pajar yang tingginya naudzubillah.." protes Tisya lalu menggerutu kesal akibat saran kakaknya itu.

"gue kan cuma ngasih loe saran." sahut ardo cuek.
"udah ya, gue berangkat dulu. Bye adikku yang unyu." lalu setelah itu mobil ardo pun meleset membelah jalanan ibu pertiwi.

"sekarang gimana cara gue bisa masuk?" gumam tisya berpikir.

******

Dipojok Lapangan basket dekat pintu belakang ada sebuah jalan khusus untuk dewan guru masuk ke sekolah. Dengan terpaksa Tisya mengendapkan langkahnya seperti seorang pencuri, dengan sedikit membungkukan badannya saat dirinya akan melewati ruang guru. Saat dua langkah lagi dirinya berhasil melewati sebuah rintangan besar tiba-tiba terdengar seseorang memanggil namanya.

"Hey Kamu!"Panggilnya. Sontak Latisya berbalik dengan menyengir kaku. Terlihat seorang guru berkepala botak, dengan kaca mata tebal yang bertengkar dihidungnya.

"Kamu siapa?" tanyanya. Tisya yang mengenal baik guru itu pun berusaha menormalkan sikapnya.

"hmmm,, sa-saya. Eumm, Nama saya Lisya pak." ucapnya sedikit terbata. Tisya sengaja menyamarkan namanya karena ia tahu Pak Darmi ini, nama guru botak itu. Tidak akan ingat dengan wajahnya. Karena usianya yang sudah renta dan sedikit pelupa. Pak Darmi guru bidang kesenian kelas 11, tahun kemarin Tisya pernah merasakan jadi muridnya. Pak Darmi terkenal dengan kepikunannya disekolah.

"ooh, terus kamu ngapain disini?" tanyanya tanpa curiga.

"Perut saya sakit pa, saya lagi datang bulan ini saya mau kekamar mandi." Bohongnya.

"terus ngapain kamu bawa tas?" selidiknya

"biasa pak bawaan wanita sedang datang bulan." sahut Tisya. Lalu dia segera pamit setelah sebelumnya bersalaman pada pak Darmi.

"hufh...., untung gue bisa lolos." leganya. Dilihatnya jam tangannya yang menunjukan pukul 08:35.

"gila gue telat banget nih." Tisya mempercepat langkahnya. Dan akhirnya dia berhasil sampai didepan kelasnya, Tisya mengintip sebentar dijendela.

"hufh aman..." gumamnya. Lalu Tisya berjalan dengan santai kedalam kelasnya.

"LATISYA SIDIQIA LATIF" panggil seorang guru berbadan bulat dengan ranbutnya yang sanggul besar dan berkaca mata besar pula. Bibirnya ia lapisi dengan lipstik merah itu tengah menatapnya penuh marah. Sedangkan ia hanya cengengesan saja. Seluruh penghuni kelas 12 A itu sekarang menjadi mencekam melihat tatapan bu Geta. Mereka tidak berani mengeluarkan suaranya.

"beraninya kamu masuk. Lihat jam berapa sekarang?"

"maaf bu, saya terlambat." nada suara Tisya berubah jadi lirih.

"saya gak butuh maaf kamu. Sekarang tugas kamu adalah merangkum pelajaran fisika dari kelas satu sampai kelas tiga. Dibuat seperti makalah. Saya gak mau tau besok harus sudah sampai dimeja saya." Ucap bu geta.

"Tapi bu,,,,"

"gak ada tapi tapian. Dan ingat harus tulis tangan. Sekarang kamu duduk." dengan langkah gontai ia berjalan kearah kursinya yang disebelahnya terdapat husna yang meringis mendengar hukuman tisya.

"loe sih gue telepon gak dijawab mulu." ucap husna pelan.

"Akhh hari ini gue jadi cloudy deh.." sahut tisya sembari menangkupkan kepalanya diatas meja.


..................Bersambung...................








Just Give Me a ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang