Part 3

15 2 0
                                    

Diperjalanan pulang tidak ada satu pun dari mereka yang memulai pembicaraan. Dafa yang sibuk menyetir dan Tisya yang sibuk dengan pemikirannya.  Sebenarnya Tisya sangat bosan dengan suasana dalam mobil ini, terasa mencekam. Akhirnya dengan keberanian yang ia buat, Tisya pun mengajak Dafa mengobrol.

"Kak dafa gue boleh nanya gak?" Dafa melirik sekilas kearah tisya, lalu bergumam.

"kakak ini kuliah dimana jurusan apa dan semester berapa? " tanya Tisya berbobot. Lagi, Dafa melirik Tisya datar. Tanpa ada jawaban. Tisya yang tidak mendengar jawaban dari Dafa pun mengecutkan bibirnya kesal.

"Dasar Es batu, orang lagi nanya juga malah didiemin." gumamnya kesal. Lalu Tisya pun memalingkan wajahnya dari dafa menghadap jendela, kepalanya ia senderkn disana dan matanya ia coba pejamkan.

"Dari pada bosan mendingan gue tidur aja" ucapnya dalam hati. Ketika matanya akan terpejam suara dingin itu tiba-tiba berucap.

"kalau loe bosen loe boleh nyetelin musik dimobil gue." tanpa ekspresi, tanpa nada lembut yang ada hanya ekspresi datar dan dingin.
Tisya kembali menoleh kearah dafa, tetapi sosok itu masih fokus pada kemudinya.

"gak usah, gue tidur aja " balas Tisya tak kalah dingin. Ia kesel kenapa dirinya bisa dipertemukan dengan orang yang begitu nyebelin didunia. 
Lagi tanpa ada jawaban dari dafa.

Ketika matanya akan kembali terpejam ia ingat bahwa dafa tidak mengetahui alamat rumahnya. Tetapi kenapa dafa tidak bertanya padanya.

"eh kak, loe tau alamat rumah gue?"
"nggak." sahut dafa datar.
"terus kenapa loe gak nanya??" ujar Tisya tak habis pikir.
"karena gue tau, loe bakalan ngasih tau alamatnya ke gue." sahut dafa kembali.
"Apa?" tanya tisya tak percaya.
"kalau gue gak ngasih tahu alamatnya ke loe gimana?" sambungnya.
"ya berarti loe betah lama-lama berada di mobil gue." Dafa melirik sekilas kearah Tisya.
"nyebelin banget sih loe kak. Gue gak mau ngasih tau loe alamatnya dimana. Tapi gue bakalan ngasih loe clue-nya." Dafa mengernyitkan dahinya saat Tisya mengatakan akan memberikannya clue.

"nama gue adalah Latisya Shidiqia Latif,  anak ketiga dari Shidiq Latif. Putri dari seorang pengusaha  sukses properti ke 2 di indonesia." ucap Tisya lantang. sesekali ia membanggakan perusahaan ayahnya tak papa lah. 😁

"Loe pasti tau kan rumah bapak Latif dimana? Sekarang tempat tujuan loe adalah kesana." sambungnya.

"sayangnya gue gak tahu alamat bapak latif dimana." sahut dafa sedikit menyeringai Tisya. Sesaat Tisya terpesona oleh ekspresi ketiga dafa. Selain dingin dan datar.

"Ap-a?" tanya tisya terbata.
"loe gak tahu rumahnya bapak latif?  Yang bener aja kak, entertaiment sering banget ngegosipin keluarga gue." Tisya tak percaya dengan dafa yang menurutnya kurang gaul itu.

"Gue gak suka nonton gosip" celetuk Dafa santai. Tisya masih syok karena masih ada orang yang tidak mengenal papanya.

"Jalan Arditama Komplek Indah No 11." sahut Tisya geram.

'Oh tuhan.. Sebenarnya siapa sih orang yang sedang duduk disamping gue ini. Wajah oke, tapi kok sikapnya nyebelin melebihin bang Rafka ya.' batinnya dalam hati.

'selamat ya bang Rafka. Ternyata loe punya saingan juga.' gumamnya.

******

Dua jam perjalanan sampailah mereka diperumahan elit Komplek Indah no 11. Latisya masih tertidur disamping Dafa kepalanya terkantuk jendela saat Dafa memberhentikan mobilnya.

'Hoaaamm' Tisya menguap lebar. Tangannya mengucek kedua matanya mencoba menjelaskan penglihatannya.

"Udah sampai ya?" tanyanya lirih. Dafa hanya diam tanpa bersuara. Tisya pun keluar dari mobil Dafa setelah sebelumnya mengucapkan terimakasih. Dafa yang melihat gaya jalan Latisya yang terkantuk kantuk akibat mengantuk itu pun segera keluar dari mobil dan menghampirinya.

"eh, loe belum pulang kak?" tanya Latisya kaget saat ada sepasang tangan yang memapahnya.

"gue bantu loe jalan" ucap Dafa datar. Lalu setelah sampai didepan pintu, dafa segera memencet bel-nya.

'Ting Tong'

Keluarlah seorang pria paruh baya yang Dafa kira adalah papanya latisya.

"Malam pak, saya kesini hanya mengantarkan Latisya. Tadi saya bertemu dipemungkiman warga longsor dibogor, mobilnya terjebak jalan buntu hutan Penus." Dafa mencoba menjelaskan kronologis ia bertemu dengan latisya.

"oh iya nak, terimakasih sudah mau mengantarkan anak saya. Saya khawatir terjadi apa-apa dengan putri saya ini." Latif melirik Latisya yang sekarang tengah pulas tertidur dibahu Dafa.

"Sini biar Latisya saya bawa kekamarnya." Latif mencoba mengambil alih Latisya dari tangan Dafa. Tetapi sepertinya Latisya enggan untuk melepaskan cengkraman tangannya dari baju Dafa.

"sebaiknya biar saya saja yang membawa dia kekamarnya. Kasihan nanti tidurnya keganggu." ucap Dafa datar.

"oh, kalau begitu mari saya antarkan kekamarnya latisya."
Mereka pun berjalan kekamar latisya yang berada dilantai 2.

Setelah menidurkan dan menyelimuti tubuh latisya, Dafa pun segera keluar dari kamarnya latisya. Latif menunggunya diruang tamu. Dafa pun menghampirinya.

"kalau begitu saya pamit dulu pak." dafa menyalami tangan Latif.

"tunggu sebentar nak." cegah Latif.

"nama kamu siapa?"

"nama saya Radafa Aditama pak." ucap Dafa tegas.

"sekali lagi terimakasih ya." Latif menepuk pundak Dafa.

"Sama-sama pak, kalau begitu saya permisi." Dafa pun menghilang dibalik pintu utama.

'wajahnya seperti tidak asing' gumam Latif.


................Bersambung.....................


Just Give Me a ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang