Part 6

11 2 2
                                    

Didalam kamar bernuansa polkadot itu Tisya tengah bervideo call-an dengan sang kakak yang tengah belajar dinew york. Sesekali ia tertawa akibat tingkah konyol kakaknya itu.

"eh,  kak.  Loe disana ketemu sama bule cantik gak? " tanya Tisya iseng.

"ya iyalah dek. Disini tuh bulenya cantik-cantik, emangnya disana apa.  Loe aja kalah sama mereka." Tisya hanya mencibirkan bibirnya.

"loe disekolah baik-baik aja kan?" tanya Rafka.

"baik-baik aja kok. Eh,  tadi dikelas gue ada murid baru kak.  Namanya hampir mirip sama loe." Ucap Tisya.  Lalu Tisya pun menceritakan kronologisnya pada Rafka.

"loe gak sibuk apa?" tanya tisya kemudian.

"nggk kok. Bentar lagi gue sidang dek, loe datang ya. doanin gue juga supaya lancar" ucap Rafka.

"siip. Doa gue selalu menyertai kalian." Rafka terkekeh.

"Kak. Kalau loe pulang jangan lupa oleh-olehnya ya." Tisya mengedipkan matanya.

"siap. Asal satu hadiah dibayar satu ciuman." Tisya cemberut mendengarnya.

"gak mau loe kan bau." Rafka terkekeh kembali.

"gimana kabar papa dek?" tanya Rafka sesaat.

"baik kok kak, tenang aja. Loe gak usah khawatirin papa. Disinikan ada gue sama kak ardo. Loe fokus sama skripsi loe aja" jawab tisya.

"bang ardo masih belum bawa calon dek?" tanya Rafa saat dirinya teringat abang satu-satunya itu.

"gak usah ditanya kak. Dia mah mana mungkin punya calon istri,  orang kerjaanya juga kalau gak dikantor ya dirumah aja.  Gak kemana mana. Kalau loe pulang bawa tuh sekalian kakak loe kedaerah yang mayoritasnya perempuan semua. Biar kak ardo bawa satu. Gue khawatir dia gak laku-laku." celoteh tisya yang ditanggapi kikikan Rafka disebrang sana.

"ntar gue kasih satu buat bang ardo." canda Rafka.

"bener tuh, loe kan banya ceweknya.  Atau gak kasih aja mantan loe satu sama kak ardo." ungkap tisya menimpali candaan rafka.

"hahaha ada-ada aja loe mah dek. "
Sesaat mereka tenggelam pada candaan mereka sampai tak menyadari bahwa waktu diIndonesia tengah pukul 10 malam.

"Udah sana loe istirahat. Besok kan sekolah." ucap Rafka.

"Gue kan masih kangen sama loe kak. Dasar gak peka." sahut Tisya.

"nanti kita sambung lagi besok." ucap Rafka.

"ya udah deh, Good Morning kakakku.. " Tisya menyengir saat mengucapkannya.  Huh perbedaan jarak yang lumayan jauh.
"Have a Good day." sambungnya.

"Good night adikku. Have a nice dream." balas Rafka. Lalu sambungan mereka pun terputuskan. 

******

"Difa itukan lotinya punya aku." suara cade Nadira menggema diruang makan.

"nda mau, loti punyanya Dila bagus ada bunganya." tolak sang adik.

"itukan dapat bikin aku, kamu bikin aja cana cendili." sahut Dira tak mau kalah.

"pokoknya nda mau." teriak Difa.

"ciniin gak lotinya." Dira menarik rotinya dari tangan Difa begitu pun Difa. Akhirnya mereka saling tarik menarik. Sampai roti itu hancur dan terjatuh kebawah.

"tuh kan,  loti aku jadi ancul." mata Dira terkihat berkaca-kaca.

"ini cemua calahnya difa." lalu dira pun menangis,  difa yang disalahkan pun ikutan menangis. Latisya yang kebetulan sedang lewat meja makan pun menghampiri mereka berdua.

"eh..eh..eh. ini kenapa keponakan tante kok pagi-pagi pada nangis?" tanyanya.

"Difa lebut loti mawal punya aku tante." adu Dira sambil sesegukan.

"loh bener difa? " tanya tisya beralih pada nadifa.

"iya tante. Habisnya punya dila bagus ada bunganya. Yang punya aku gak ada bunganya." isak Difa. Tisya pun memeluk mereka berdua.

"ya sudah tante akan buatkan kalian roti gambar kelinci. Tapi kalian harus saling memaafkan dulu." Dira dan Difa pun akhirnya bersalaman.

"Maafin aku ya Dila."
"Maafin aku juga ya Difa,  nanti aku buatkan lagi bunga mawalnya.

"nah begitu dong." sahut Tisya.

Tak lama kemudian roti bergambar kelinci ala Latisya pun jadi.

"Hollee....  Lotinya bagus cekali.  Makacih ya tante." Dira dan Difa pun mengecup pipi Tisya.

"loh tante aja nih yang dicium?  Om nggak." tanya Ardo yang kebetulan melihat aksi mereka bertiga itu.

"nda mau,  om kan belom mandi." celetuk Dira. Ardo dan Tisya pun tertawa.

"kak gue berangkat duluan ya." lalu Tisya pun menyalami tangan ardo.

******

Ditengah perjalanan Tisya melihat sosok Dafa yang tengah mengatik mesin mobilnya.

"kak Dafa ya? mobilnya kenapa kak?" tanya Tisya setelah mobilnya ia hentikan tepat disamping Dafa.
Dafa melirik sekilas kearah Tisya. Lalu melanjutkan kegiatannya.

"Mogok ya?" ya, iyalah mogok Tisya. Loe pake nanya lagi. Lihat sekarang tatapannya dingin gitu sama loe.' gumamnya dalam hati.

"Butuh bantuan nggak?" lagi,  dan lagi tidak ada jawaban dari Dafa. Dengan kesal Tisya pun kembali menyalakan mesin mobilnya. Sumpah serapah sudah ia lontarkan pada Dafa. 

"kalau gitu gue duluan kak." ketika akan beranjak tiba-tiba suara Dafa menghentikannya. 

"Tunggu."
Tisya pun menurunkan kaca mobilnya.

"kenapa kak?" tanya Tisya.

"Loe bisa panggilin tukang derek gak? Soalnya HP gue ketinggalan dirumah." ucap Dafa tanpa melihat kearahnya.

"bisa kak." Tisya pun menghubungi tukang derek langganan nya.

"sudah kak,  setengah jam lagi mereka akan sampai." ucapnya.
Dafa mengangguk.

"kalau gitu gue duluan ya, loe mau sekalian bareng gue kak?" Dafa menggeleng.

"oh ya sudah. Eumm. Btw untuk yang waktu itu gue berterimakasih sama loe kak, karena udah nganterin gue pulang." Tisya ingat dirinya belum sempat berterimakasih pada Dafa waktu itu.

"it's okay." jawab Dafa. Tisya mengangguk,  lalu mobilnya meleset membelah jalanan kota Jakarta.


..................Bersambung..................


Just Give Me a ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang