Pagi ini aku memutuskan untuk masuk kuliah bersama Kayla. Aku malas berangkat sendiri, biasanya sih dijemput Wicak, tapi selagi ada Kayla, aku bareng dia aja.
Keputusanku untuk kuliah hari ini ga jauh dari tahapan kedua dari buku yang dikasih Kayla, yaitu membiasakan diri dengan kondisi baru. Ya, ini kondisi baruku sekarang, aku harus terbiasa akan semuanya, akan hal yang gak bisa aku lakuin bareng Wicak. Contohnya, berangkat kuliah bareng Kayla, gak bareng Wicak. Seenggaknya dengan bareng Kayla aku bisa lebih memahami sahabatku dari kecil itu setelah sekian lama aku lebih terfokus dengan Wicak.
“Lama banget sih dandannya, Nya.” oceh Kayla yang sudah menungguku lama sambil memperhatikanku memoleskan bedak tipis terakhir ke wajah. Biasanya aku gak selama ini untuk berdandan, karena aku bukan tipe perempuan yang suka memakai make up tebal, fokus utamaku berdandan hari ini hanya untuk menyamarkan kantung mataku yang besar akibat tidur malam dan juga kebanyakan menangis. Kan ga enak juga, dilihat orang seperti mayat hidup.
“Udah selesai kok, Kayla cantik. Yuk berangkat.”
Di mobil, meskipun perjalanan kurang lancar seperti yang diharapkan karena kami terjebak macet, tapi kami habiskan dengan bercerita panjang lebar, tertawa, dan bernyanyi saat ada lagu kesukaan kami di radio. Lalu aku baru sadar, kalau sekarang Kayla memiliki suara yang cukup merdu.
“Kay, suara lo bagus juga.” puji ku terang-terangan padanya.
“Jelas dong, udah keliatan ya hasilnya setelah sebulan ikut kursus vocal?” tanya nya malu-malu.
Aku terlonjak kaget, Kayla ikut kursus vocal? Setahuku boro-boro ikut kursus, disuruh nyanyi didepan kelas saat SMA saja Kayla sangat malas.
“Serius lo ikut kursus vocal? Kok bisa?”
“Serius. Tertarik aja sih, hitung-hitung isi waktu luang gue kalo lo lagi asik pacaran sama pacar lo. Eh udah jadi mantan deh.” ucapnya cekikikan.
“Kayla...!” teriakku.
Ada serunya juga kembali ke masa-masa dimana aku dan Kayla belum tau apa itu pacaran. Kami bisa saling bertukar cerita dan pikiran. Dan ternyata aku sudah terlalu melupakan Kayla, sampai-sampai aku tidak tahu bahwa Kayla ikut kursus vocal, padahal kan aku tinggal bersamanya. Benar juga kata Kayla dan buku itu, aku terlalu fokus sama Wicak. Aku kurang bisa memperhatikan sesuatu di sekitarku, bahkan di dekatku seperti sahabatku sendiri Kayla. Aku merasa sangat bersyukur padamu Tuhan, karna kau tidak menghilangkan sosok sahabat dari hidupku juga.
Mungkin saat aku masih bersama Wicak, aku lebih sering menghabiskan waktu berdua dengannya, tanpa peduli bagaimana sekitarku. Setelah putus, mungkin sekarang waktunya aku untuk kembali peka terhadap kondisi disekitarku. Aku mesti bisa membiasakan diri sebagai seseorang dengan status single. Tidak ada lagi seseorang yang mengingatkan waktu makan, mengucapkan selamat tidur, atau hal-hal lain yang biasa aku lakukan saat masih bersama Wicak. Untuk awal-awal mungkin benar aku akan merasa kaget dan ada yang hilang. Aku paham, yang telah hilang sudah selayaknya dikenang. Namun jujur saja, aku rindu semua perihal tentang Wicak. Akan tetapi, aku tidak boleh terlalu lama meratapinya. Aku harus siap menghadapi kondisi baruku yang sekarang. Tuhan, bantu Anya ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RETAK [completed]
Teen FictionSegalanya terlihat berbeda ketika Wicak memilih untuk mengakhiri hubungan dengan Anya, kekasihnya yang sudah bersamanya selama hampir dua tahun. Anya bingung, Wicak memutuskannya didetik menuju hari jadi mereka yang ke dua tahun. Apa alasan dibalik...