Mencoba Intropeksi Diri

201 24 7
                                    

Aku membaca keras-keras kalimat pertama yang tertera didalam buku ini. Tahapan yang pertama yaitu mencoba intropeksi diri. Diawali dengan menilai diri sendiri secara objektif. Aku mencoba mengoreksi kekurangan yang aku punya. Tapi aku bingung, aku aja gak ngerti salah aku apa sama Wicak. Dia cuma bilang kalau dia gak habis fikir sama kelakuan aku. Kelakuan aku kenapa? Bikin dia malu ditempat umum? Kayanya engga deh. Kelakuan aku bikin dia risih? Sepertinya gak juga, atau mungkin bikin Wicak gak nyaman? Mungkin. Aku tertunduk lesu lagi. Tuhan, tolongin Anya.

Kenapa sih Wicak gak marah-marah sama aku aja atas perlakuan aku. Aku lebih suka Wicak berbicara tentang pendapatnya secara apa adanya. Bukannya diam dan malah ngasih teka-teki. Aku mau Wicak menyampaikan apa yang gak ia suka, apa yang ia benci, dan apa aja kesalahan aku sama dia. Tapi Wicak berbeda, dia bukan tipe lelaki yang banyak bicara, dia adalah tipe lelaki yang akan diam kalau dia gak suka atau kesal terhadap sesuatu. Itu adalah salah satu alasan mengapa aku mencintai Wicak, karena dia terlihat berbeda dari cowo-cowo lain diluar sana.

Huhu, Wicak, masa aku harus nangis lagi gara-gara kamu?

Gak, aku kan gak cengeng.

Aku bisa kok berupaya memperbaiki diri untuk jadi pribadi yang lebih baik untuk diri ku sendiri, terutama untuk Wicak. Eh, tapi emangnya Wicak masih mau kembali berhubungan sama aku?

Wicak, sejujurnya aku sangat takut mempercayai apa yang aku rasain saat ini. Semuanya terasa sia-sia saat kamu memilih untuk menyerah akan sikapku. Ini tentang perasaanku yang masih sama, perasaan yang hanya tertuju kepadamu saja. Tentang ingatan yang tak pernah bersedia melepaskanmu terlalu lama. Rasa ini lebih kuat dari apapun. Ia bertahan dan tak mau memilih pergi, meskipun sudah tidak lagi memiliki. 

Wicak, sejujurnya lagi waktu itu, aku adalah seseorang yang paling retak—bahkan sudah patah saat kamu menginginkan kita pisah. Aku pernah sekali merasakan ada di titik terendahku, awalnya aku tidak mau itu terjadi lagi. Tapi sekarang, Tuhan malah memberiku kesempatan untuk merasakan sekali lagi berada di titik terendah itu. Aku hanya berharap, Tuhan juga memberikan aku kesempatan untuk mengembalikan kamu kepadaku lagi.

Aku berteriak. Tuhan, Anya gabisaaaaa...!

RETAK [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang