Berhentilah Gabrielle

10 3 0
                                    

Pagi yang indah di Aliento. Musim dingin akan segera berakhir. Matahari sudah mulai berani bersinar meski masih malu-malu. Rakyat Aliento telah menyelesaikan masa berduka panjang mereka. Para prajurit yang terluka saat perang juga telah berangsur pulih. Aliento berhasil memenangkan perang, namun karena sang raja terbunuh, Aliento harus menerima bahwa mereka harus berada di bawah kekuasaan Primavera sekarang.

Gabrielle masih setia duduk manis di balkon kamarnya yang menghadap kebun istana yang indah. Setelah kakak dan ayahnya tiada, ia merasa bahwa ia diberi tuntutan lebih banyak. Menggantikan seluruh tugas kakaknya yang jelas tidak pernah ia sentuh sebelumnya. Kerajaan telah kembali beraktivitas normal, namun istana tak lagi sama. " Mereka menanam jeruk lagi di kebun rupanya" Gabrielle segera menoleh saat ia merasa seseorang duduk disamping nya dan mengajaknya bicara. Tidak salah lagi, itu Bastian. Orang lain telah ia perintahkan untuk tidak mengganggunya, hanya Bastian lah yang bisa dan boleh membantahnya.

Gabrielle menarik sedikit kedua sudut bibirnya,menampilkan senyum tipis di wajah ayu nya. Bastian hanya bisa puas dengan itu, tuan putrinya takkan memberinya senyum lebih lebar dari itu setelah kejadian itu. Ia memutuskan untuk menghentikan kontak mata dan menatap kebun di hadapannya.

" Selain kau, hanya veronica yang pernah menemaniku di sini. " Gabrielle kini mulai berucap. Hanya pada teman kecilnya, Bastian lah ia mampu menumpahkan pikirannya. " Semuanya sudah kembali normal Gaby, semuanya berhenti tenggelam dalam kesedihan. Memang semuanya tidak sama lagi, tapi mereka berusa membuatnya terlihat sama. Setidaknya berpura-pura semua tidak terjadi. Semuanya, dan hanya kau yang masih tertinggal dalam duka. " Bastian menjawab. Gabrielle juga tahu bahwa terselip nada kesal dan rasa bersalah disana. Gabrielle terdiam dan menatap kedua tangannya di pangkuannya. Ya, semua yang dikatakan Bastian benar. Bahkan ibunya, sang ratu kini telah sibuk dengan pekerjaan yang ditinggalkan ayahnya, walau ia tahu sikap tenang yang di tunjukkan ibunya itu hanya akting untuk menutupi tangisannya di malam hari. Ia beberapa kali juga melihat Raja Primavera datang untuk bertemu ibunya dan membantu Aliento. Pria itu terlihat tenang meski ia kehilangan istrinya setelah beberapa hari menikah. Namun ia tahu bahwa beberapa kali kunjungan itu,  selalu ditutup dengan kunjungan sang raja ke kamar istrinya -kakaknya- lalu raja muda itu akan menangis dan menceritakan bagaimana ia mengubur jasad veronica dan bagaimana ia membunuh pelaku yang menikam veronica dengan tangannya. Semuanya setidaknya mencoba bangkit. Kecuali dirinya, ia hanya mengunci diri di kamar dan hanya keluar untuk makan dengan ibunya. Tak lagi ceria dan banyak bicara. Menjadi orang lain dan membunuh jati dirinya.

" Prajurit membutuhkan seseorang untuk memotivasi mereka, setidaknya kau harus melakukannya. Veronica selalu melakukannya,  bahkan saat ia menikah dengan Raja Primavera, ia memintaku membuatmu menggantikannya. " Bastian kembali berucap, kini sambil berdiri dari duduknya. " Kau yakin menyuruh ku? Seorang putri yang tak pernah melakukan apapun selain membuat ulah? Dan seorang putri yang selalu di ragukan? " Gabrielle berucap lirih. Ia memang tak pernah punya posisi penting di kerajaan meski ayah, ibu dan kakaknya berusaha melibatkannya di dalam berbagai hal. Ia tidak pernah mahir dalam hal apapun. Ia tidak pernah mampu menghadapi latihan keras untuk menjadi seorang putri penuh tata krama tetapi menakutkan di medan perang seperti kakaknya. Menjadi sosok putri sekaligus pangeran idaman kedua orang tuanya. Ia juga hanya akan menghancurkan pesta jika pergi ke kerajaan lain bersama ayahnya dulu. Bahkan untuk kegiatan sederhana seperti menyulam dan memasak bersama ibunya, ia tak pernah bisa menyelesaikan setiap pelajarannya. Oleh karena itu pekerjaannya hanyalah berkeliling, dan diam di perpustakaan.

"Setidaknya berusahalah semampumu, menjadi Gabrielle yang selalu membuat pelayan dan prajurit di sini bahagia." Bastian masih berdiri sambil tersenyum manis. "Gantilah gaun hitam mu yang menakutkan itu setidaknya" ucapnya sebelum memberi hormat dan meninggalkan kamar itu. Meninggalkan Gabrielle dan renungannya. Membiarkan gadis itu memutuskan langkahnya sendiri.

Die LuftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang