Amplop Beludru

11 1 0
                                    

Sepuluh hari

Butuh sepuluh hari kemudian untuk melihat Gabrielle kembali dari kemuramannya -lagi - . Viviane bisa gila dengan semua ulah putrinya itu. Seakan lebih baik putrinya itu menghancurkan keramik antik milik ibunya dan membuat seisi istana kerepotan, di banding putri yang hanya berdiam di dalam kamarnya.

"Berhenti melamun Viviane! Aku tahu aku cantik" Gabrielle berucap sambil mematut dirinya di cermin besar di kamarnya. Melihat bayangan dirinya sendiri di sana. " Aku sedang malas di dalam kamar, aku akan berkeliling. " Ucap Gabrielle seraya berbalik menatap Viviane. " Tertarik untuk ikut? " Gabrielle kembali berucap. Kali ini tanpa menunggu jawaban, ia melangkah keluar dari kamarnya. Menyapa setiap pelayan yang ada di luar kamarnya.

Kembali pada putri periang yang merepotkan. Yah, setidaknya begini lebih baik. Batin Viviane. Walau ia bingung dengan tingkah tuan putrinya itu, ia memilih untuk tidak ambil pusing.

.

Gabrielle berjalan riang menyusuri tiap lorong istana. Menyapa setiap pelayan yang ia tahu. Atau menyapa dengan kalimat " Selamat pagi.. Mmm.. Siapapun-kau, semangat! "pada pelayan atau penjaga yang tidak ia ketahui namanya. Membalas setiap senyuman dan membuat percakapan kecil yang menyenangkan. Terkadang ia juga membuat lelucon, mengubah suasana istana kala itu menjadi lebih hangat.

Gabrielle berhenti di depan pintu ganda kamar kakaknya, saat mengetahui pintunya sedikit terbuka. Ia bisa melihat siluet pria di dalam sana. Dan itu sudah dapat dipastikan itu adalah sang Raja Primavera. Ia tersenyum menyadarinya. Lantas mendorong pintu kayu itu dan melangkah ke dalam. Menelan ludahnya saat menatap punggung kokoh pria itu. "Oh! Kau disini yang mulia? " Gabrielle berucap riang seraya melangkah ke samping pria itu. Ia melihat pria itu tengah menatap lukisan besar di hadapannya. Itu lukisan kakaknya dan dirinya, sesaat sebelum kakaknya menikah. Merasa seseorang hadir di ruangan itu, samuel bergumam pelan. " lukisan yang indah".

" Ya, tentu saja. Kau tahu berapa lama waktu yang ku butuhkan untuk membujuk Veronica berpose di hari terakhir masa lajangnya. " Gabrielle menjawab seraya tersenyum menatap lukisan itu. " Apakah kalian sudah memiliki lukisan di Primavera yang mulia..?" Gabrielle menatap pria di sampingnya yang tidak menoleh sedikitpun. " Hanya sebuah sketsa " Samuel berucap datar. " Ah,  anda membuatnya sendiri? " Gabrielle mengucapkan pertanyaan itu begitu saja. Memancing senyum di wajah pria itu. Seketika senyum di wajah Gabrielle menipis,  " Manis sekali..." ucapnya lemah. Namun segera ia merubah ekspresinya saat seorang putri masuk ke ruangan itu. Siapa lagi kalau bukan sahabatnya tersayang, Putri Anastasia. " Maaf mengganggu waktu berkualitas kalian,  tapi anda dibutuhkan di ruangan ratu sekarang yang mulia raja" Anastasia berucap setelah memberi hormat pada samuel. Lalu pria itu segera bergegas keluar dari ruangan itu.

"Gaby.. " Anastasia segera memekik setelah raja muda itu keluar. Membuang segala tata krama nya sesaat lalu dan memeluk erat sahabatnya. " Kemana saja kau? Kau hanya datang setelah tiba lalu menghilang" Gabrielle protes dalam pelukan sahabatnya. "Aku menyiapkan pernikahanmu.. Akhh aku bahagia melakukan hal seperti itu, kau tahu aku menyukai hal berbau dekorasi acara kan? " Anastasia berucap antusias sambil mengeratkan pelukannya. "ahh.. Itu sudah di rencanakan sampai sana ternyata.. " Gabrielle berucap pelan dan lirih. Sinar matanya meredup. Anastasia yang cukup mengerti apa yang di rasakan sahabatnya itu memutuskan melepaskan pelukannya dan memberi jarak diantaranya keduanya. "Oh! Lihatlah betapa jeleknya dirimu saat menekuk wajah seperti itu. Kau punya banyak kerutan dan Oh! Astaga bagaimana seorang putri punya lingkaran mata mengerikan seperti itu? " Anastasia berusaha mengalihkan pembicaraan. Mengomentari kerutan di wajah Gabrielle. Bahkan mengeluh tentang bagaimana juru rias suruhannya akan menutupu hal sebanyak itu.

Namun tidak berhasil. Gabrielle bergeming. Menatap segala arah dengan tatapan kosong. Tekadnya pagi tadi untuk mencoba menerima segalanya selayaknya putri bermartabat, runtuh. Saat ia tahu bahkan ia tidak memiliki cukup waktu untuk menata hatinya seperti rencananya.

"Kau tahu sebuah kalung yang di berikan kerajaan primavera pada kakakmu saat mereka datang untuk melamar? " dan Anastasia menyerah. Sahabatnya itu butuh dorongan. Dan ia disini untuk melakukan yang terbaik untuk sahabatnya. Selayaknya sahabat yang seharusnya. " saat kalung itu di berikan, bunyinya memang, mereka akan mengambil kakakmu sebagai menantu. Namun mereka sekaligus melamarmu juga. Saat itu tujuannya, kau akan di jodohkan dengan adik Raja Samuel, Pangeran Sebastian. Namun protokol istana tentang gadis yang memiliki kekuatan primavera adalah menjadikanmu milik Samuel.  Itulah mengapa tidak ada acara pendekatan untukmu dan sebastian. Kau disiapkan untuk kemungkinan terburuk. Kau harus menikah dengan Samuel jika terjadi dua hal pada kakakmu. Satu, jika ia mandul. Dua, jika ia tewas. " Anastasia menatap mata sahabatnya yang kini menatapnya intens. Ia tahu Gabrielle tidak tahu posisinya secara jelas. Lalu dari sepotong informasi yang ia tahu, Gabrielle bersikap implusif dan menimpakan segala kesalahan pada dirinya sendiri. Sama seperti Anastasia beberapa hari yang lalu saat suaminya mengabarkan permintaaan Ratu Aliento agar dirinya mempersiapkan pernikahan Gabrielle dan Samuel. Ia punya pendapat persis seperti Gabrielle, bahwa itu salah dan bahwa Gabrielle seakan memerankan adik durhaka yang picik. Namun Anastasia mengerti seluruh kebenarannya segera. Itulah yang coba ia ungkapkan.

Anastasia melangkah ke meja rias milik Veronica dan membuka salah satu lacinya. Lamtas mengambil secarik surat dalam amplop brudu berwarna putih gading. " Aku menemukan ini saat aku mencari kalung itu. Karena pihak Primavera tidak menemukannya di sana. Aku menemukan kalung itu bersama surat ini. Surat yang akan menenangkanmu, dan meyakinkanmu tentang apa yang akan kau hadapi. Masa depan yang di inginkan Veronica di akhir hayatnya.." Anastasia menjeda kalimatnya. Menatap sahabtnya yang menatap amplop di tangannya.

" untukmu. "

Gabrielle masih memiliki banyak hal di pikirannya yang mendorong dirinya sulit mengerti semua yang di katakan sahabatnya. Di samping itu, ia juga kenal betul tabiat Anastasia yang suka berbicara berputar-putar dan penuh kiasan.

Tapi dari semua celotehan Anastasia, satu pertanyaan Gabrielle terjawab. Pernikahan ini tidak direncanakan tiba-tiba atau terkesan terburu-buru seperti asumsinya. Ini sudah direncanakan sejak awal, aturannya ada. Tapi tentu ada aturan kesopanan untuk menghormati istri kedua bukan?  Kenapa pernikahan ini ngotot segera dilaksanakan segera srtelah ia keluar dari masa berkabung? Ada tanda tanya lain yang kini mencuat. Disamping hati Gabrielle yang masih merasa ini salah untuk dilakukan. Mungkin surat ini bisa menjawabnya, Veronica pasti tahu sesuatu.

Gabrielle menyetujui pemikirannya, kuncinya ada didalam amplop bludru di tangannya. ' sebuah masa depan yang di siapkan Veronica ' . Ya, itu dia.

Die LuftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang