Part 3 - Failed

2.2K 155 5
                                    

"Kau masih perawan?"

Pertanyaannya sungguh membuatku kaget dan khawatir. Aku takut, jika aku mengatakan yang sejujurnya aku tak akan mendapatkan bayaran. Keringat mengalir deras di keningku. Aku hanya bisa diam dan berpikir sambil menimbang-nimbang.

"Katakan padaku!" Sepertinya dia mulai geram dengan tingkahku yang tak bergeming.

"Ak.. aku..."

"Aku tahu kau masih perawan. Maafkan aku yang telah kurangajar padamu. Kau tahu? Beberapa pria yang senang One Night Stand tidak mau bercinta dengan wanita yang masih suci, masih perawan sepertimu."

Apa? Seorang Don Juan bisa meminta maaf pada seorang wanita? Aku kira tak bisa. Aku melihatnya berjongkok mengambil bajuku lalu melemparnya kepadaku.

"Pakai bajumu!" Dengan segera aku memakai bajuku dan lelaki itu juga memakai bajunya.

"Maafkan aku, Sir. Tapi kalau tidak kita lanjutkan Madame Janine tidak akan memperkerjakanku lagi." Aku menundukkan wajahku. Air mataku mulai berlinang karena aku sudah setengah kotor dan aku tak akan mendapatkan bayaran.

"Apa dia tahu kau masih perawan?" Aku menganggukkan kepalaku. Dia menghela nafas berat. "Bodoh sekali dia," ucapnya kesal.

"Apa yang memotivasimu untuk melakukan ini?"

Aku pun menceritakan segala keluh kesahku. Tentang perekonomian hidupku yang sangat terlantar. Terutama tentang biaya kuliahku. Kemudian aku melihat dia terdiam sejenak, dahinya berkerut, seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Aku akan membayar semua biaya kuliahmu." Aku membelalakkan mataku tak percaya.

"Aku tidak mau memperolehnya dengan cuma-cuma, Sir. Aku harus melakukan sesuatu untuk Anda." Dia berjalan ke arahku kemudian duduk di tepi ranjang.

"Aku belum selesai berbicara," jawabnya dingin.

"Aku akan membuat kontrak denganmu. Secara garis besar tugasmu adalah membawakan makan siang ke kantorku setiap hari dan satu lagi kau harus menemani my little boys sore harinya."

Apa? My boys? Jadi dia sudah punya anak? Sudah kuduga, batinku sinis.

Meskipun melelahkan, aku merasa tawarannya itu terlalu mudah bagiku. Bahkan seorang maid pun bisa mengerjakannya dan pasti gajinya tak seberapa dibandingkan dengan uang kuliahku. Tapi aku harus memanfaatkan kesempatan langka ini sebaik mungkin!

"Lalu, bagaimana dengan kuliah saya, Sir?"

Mana mungkin aku menelantarkan kuliahku di saat aku sudah sanggup membayarnya.

"Kau bisa kuliah di malam hari bukan?" What? Apa dia tak mengerti kata 'lelah'? Apa dia tak pernah merasakannya, huh?

"Jika kau mau sesuatu, kau harus berjuang bukan?" Aku menelan ludahku. Rasanya dia seperti bisa membaca pikiranku.

Dengan terpaksa aku mengiyakan tanda setuju untuk semua perkataannya. Lalu dia memegang daguku, menariknya ke atas hingga aku bisa menatap wajahnya.

"Lihat aku, Izzy!" What the heck! Aku kaget. Darimana dia tahu nama kecilku? Nama yang selalu digunakan Ayah Ibu dan sahabat-sahabatku untuk memanggilku. Aku mendongak, menatapnya. Kemudian dia menghapus cairan bening yang mengalir di pipiku dengan ibu jarinya yang kokoh. "Kau terlalu manis untuk kujadikan pelampiasan nafsu bejatku," tambahnya, setelah itu dia mendekatkan wajahnya pada wajahku.

"Apa yang kau lakukan?!" Aku panik, kemudian mendorongnya hingga ia hampir terjungkal.

Aku melihatnya mengeluarkan seringaian mautnya dan tatapannya itu, ah tampan sekali.

Contract With a BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang