Cahaya mentari pagi itu dengan nakalnya menelusup ke celah-celah gorden, mengenai wajah seorang gadis cantik yang sedang terlelap dalam dekapan prianya.
Izzy menggeliat pelan, ia merasakan sesuatu yang berat menindih tubuhnya. Ia pun mengerjapkan mata lalu menguceknya. Ia melihat ke bawah, tampaklah sebuah tangan besar melingkar di pinggulnya. Dengan susah payah ia mengangkat tangan besar itu. Namun, ia tak bisa, karena tenaganya belum sepenuhnya terkumpul. Ray begitu berat.
"Lepaskan Ray!" gumamnya pelan dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur. Suaranya terdengar seksi bagi Ray.
"Sudah bangun, hm?" ucap Ray. Ia dalam posisi miring menghadap Izzy. Tangan kanannya mengeratkan dekapannya, sedangkan tangan kirinya ditekuk untuk menopang kepalanya.
Dengan cepat Izzy membalikkan tubuhnya menghadap Ray ketika dekapannya melonggar. Manik mata biru itu bertemu dengan manik mata hazel milik Ray. Izzy menatapnya lekat-lekat. Ia begitu mengagumi makhluk bak dewa dalam mitologi Yunani yang berada di hadapannya ini. Kemudian, dengan cepat ia menyadarkan diri dari lamunannya itu.
Izzy, dia seorang duda beranak dua. Bukankah kau ingin menikah dengan lelaki perawan? batin Izzy menyadarkan dirinya sendiri.
"Bukankah aku sudah bilang jangan sentuh aku!" ucap Izzy tiba-tiba, dengan nada setengah berteriak.
"Aku harus memasak!" ucap Izzy saat melihat jam di atas nakas.
Dengan sekuat tenaga ia melepaskan tangan Ray yang melingkar di pinggulnya. Ray hanya tersenyum melihatnya, entah apa yang lucu, tapi bagi Ray wanita yang berada di sampingnya ini memang lucu. Lalu Izzy segera pergi ke kamar mandi, kemudian berjalan keluar dari kamar Ray.
"Hei, ini masih pagi. Bukankah jam kerjamu di siang hari?" teriak Ray saat Izzy menutup pintu kamar Ray.
"Kau pikir memasak memerlukan waktu yang singkat? Aku juga perlu beristirahat setelah selesai memasak!" lagi-lagi Ray tersenyum melihat tingkah Izzy.
Seperti biasa Ray bangkit dari tempat tidurnya, pergi ke kamar mandi, lalu bersiap-siap untuk pergi ke kantornya.
Kini Ray telah siap pergi ke kantor, tinggal memakai gel rambut dan dasi. Ia yang telah berencana ingin mengerjai Izzy pun segera melangkah menuju dapur untuk menemui Izzy.
"Pakaikan dasiku!" perintahnya sambil memberikan dasi padanya.
"Pakai sendiri!" ucapnya setengah berteriak sambil membanting pisaunya. Tampak peluh Izzy mengalir di dahinya dan wajahnya ditekuk.
Dia adalah wanita tergalak yang pernah aku kenal, batin Ray.
"Kau lupa? Di perjanjian itu kau juga mengurusi semua keperluanku."
"Kau ini sudah dewasa! Kenapa begini saja minta kupakaikan! Jangan bilang kalau besok-besok aku harus memakaikan celanamu juga!" Ray pun terkekeh mendengar jawaban Izzy.
"Sepertinya itu ide yang bagus," sahut Ray sambil menaik-turunkan alisnya. Izzy pun menatapnya dengan tatapan Ray, aku tidak sedang bercanda!
Kemudian, Izzy segera mencuci tangannya. Lalu, ia mulai melingkarkan dasi itu pada leher Ray. Setelah selesai membuat simpul pada dasi, Izzy menarik salah satu ujung dasi itu untuk mengencangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract With a Billionaire
RomanceBe a wise reader, guys! Sebuah kontrak yang membuatnya terpaksa tinggal dengan pria itu sampai batas waktu yang tidak ditentukan. ********************************************** This is my own SEXY IMAGINATION. Cerita ini dibuat untuk mengeluarkan ke...