Part 4 - Damn!

5.2K 241 12
                                    

Izzy merasa lega karena dirinya tak jadi diapa-apakan oleh mantan pelanggannya. Sekarang dia sudah tak lagi bekerja pada Madame Janine. Madame sempat protes karena Izzy gagal melakukan tugasnya, Madame takut tidak mendapatkan bayaran begitu juga Izzy. Akhirnya pria itu memberika separuh harga yang sudah ditetapkan karena dia mendapatkan wanita virgin.

Yah walaupun Izzy sudah terlajur setengah telanjang di hadapan pria itu dan dia juga sudah mencuri ciuman pertamanya. Tapi baginya itu tidak masalah karena yang mencuri first kissnya adalah lelaki bak dewa Yunani yang kini duduk di sebelahnya. Ia sibuk menyetir mobil Range Rovernya menuju apartemen Izzy. Pria itu bermaksud untuk mengantarkan Izzy pulang. Tidak baik kan gadis perawan pulang tengah malam sendirian?

Kini masalahnya terselesaikan. Um.. Tidak! Belum selesai. Penderitaan Izzy tidak sesingkat ini. Masih banyak pekerjaan yang menghadangnya besok.

"Terimakasih telah mengantarkanku sampai di apartement," Izzy merasa canggung saat berhadapan dengan pria yang tadi melihat dirinya setengah telanjang. Pria itu membalasnya dengan senyuman tipis.

"Dan terimakasih juga karena kau tak jadi menerkamku." Izzy tersenyum aneh kemudian berlari melesat menuju kamarnya yang berada di lantai 3. Pria itu tersenyum miring melihat kekonyolan Izzy yang menurutnya sangat freak.

Sampai di depan pintu kamarnya, Izzy merogoh clutch bagnya mencari sebuah kunci. Tiba-tiba sesosok tangan besar memeluknya dari belakang.

"Huaaaaa... si.. siapa kau?! Lepaskan aku! Lepaskan brengsek!" Izzy meronta berusaha menyingkirkan pria asing yang berbau alkohol itu.

Kau membuat bajuku bau alkohol brengsek!

Izzy merasakan tubuhnya semakin berat karena ia menyangga pria itu supaya tidak ambruk dan kepalanya tidak mengenai lantai. Dia ingin orang itu tetap waras, supaya suatu saat pria itu bisa meminta maaf padanya. Izzy merasakan bahwa pria itu sedikit lagi akan muntah di pakaiannya. "Euhh menjijikan," gumam Izzy membayangkan.

Tak disangka ada orang waras yang menolongnya pada jam-jam di mana banyak sekali orang mabuk di Miami. Pria itu menyingkirkan pria mabuk itu dari punggung Izzy. Seketika pria mabuk itu memuntahkan isi perutnya ketika tubuhnya tersungkur di lantai.

"Kau tidak apa-apa?" tanyanya dingin.

"Ka.. kau lagi?" ucap Izzy terbata-bata. "Bukannya kau sudah pulang?" lanjutnya.

"Kenapa? Hari esok dan seterusnya juga kau akan bertemu denganku lagi."

Izzy mengabaikan kata-kata Ray. Kemudian berterimakasih. Dia menatapnya dengan senyum sekilas kemudian air mukanya berubah datar.

"Besok pagi aku akan menjemputmu. Jam 06.00 dan saya tidak toleran dalam keterlambatan. Jadi siapkan dirimu!" ucapnya tegas.

Bossy sekali, batin Izzy sinis.

Izzy mengiyakan kemudian membanting pintunya keras-keras. Dia terduduk di balik pintu. Mengacak-acak rambutnya sambil menggeram pelan.

"Kenapa hidupku menjadi seperti ini sejak kalian meninggalkanku? Kalian tak punya saudara yang bisa melegakan hidupku, huh? Kalian tahu? Aku hampir kehilangan keperawananku! HAMPIR!" Teriaknya keras-keras tanpa peduli dengan orang-orang yang mendengarnya dari balik pintu.

"Dan sekarang setiap hari aku harus masak untuk makan siangnya dan merawat anak-anaknya itu. Seperti istrinya saja!" ucapnya frustasi.

"Apa ini?!" Izzy kaget melihat lehernya di cermin yang terletak di dekat pintu apartemennya.

Tampak bercak-bercak merah yang jumlahnya tidak sedikit memenuhi leher jenjangnya. Awalnya dia tidak terlalu peduli dengan kejadian tadi, namun lama-lama pipinya bersemu merah karena mengingat sekilas kejadian itu. Izzy merutuki dirinya, kenapa bisa-bisanya dia menikmati momen tak senonoh itu.

Contract With a BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang