Part 6

3.9K 212 15
                                    

Izzy ingin kabur, tapi tatapan Ray membuatnya tak bisa bergerak, di dalam lubuk hatinya ia memohon belas kasihan padanya. Kemudian, dengan cepat Izzy mengambil panci yang baru saja ia cuci, bersiap-siap ingin memukul Ray. Namun, Ray telah mengambil alih panci itu dengan sigap, lalu meletakkannya di sembarang tempat.

Kini jarak mereka tinggal beberapa inci saja. Ray memegang bahu Izzy, tanpa melepaskan tatapannya. Tampak tubuh Izzy menegang dan Ray bisa merasakannya. Wajah Izzy juga sudah memerah seperti kepiting rebus. Lalu Ray merendahkan tubuhnya. Sekarang wajahnya tepat berada di depan perut Izzy.

Dengan cepat dia memegang kaos yang Izzy kenakan, lalu mengelap wajahnya dengan kaos itu. Lalu sedetik kemudian Ray tertawa terbahak-bahak, kemudian dengan cepat melangkah menjauhi Izzy.

Izzy yang merasa tidak percaya dengan tingkah laku Ray barusan hanya bisa diam sambil menggelengkan kepalanya. Setelah itu dia berlari ke arah Ray, meletakkan jemarinya di rambut Ray, kemudian menjambaknya. Ray pun memekik pelan, merasa kesakitan.

"Akan kukatakan pada anak-anakmu, kalau mereka memiliki Daddy yang sangat nakal! Dan aku akan berkata pada mereka, jangan sekali-kali mencontoh tingkah laku Daddy nakalnya ini!" teriak Izzy tepat di telinga Ray.

Kemudian Izzy melepaskan cengkaramannya pada rambut Ray, lalu pergi menuju ruang utama. Ia memakai mantelnya, kemudian mengambil tasnya, lalu melangkah menuju pintu depan.

"Kau mau kemana?" teriak Ray sambil memegangi kepalanya yang masih terasa sakit.

Ray pun berlari mengejar Izzy, ia mencekal tangan Izzy, menahannya supaya berhenti berjalan.

"Mulai sekarang rumahmu di sini."

"Apa?!" tanya Izzy tidak percaya, sambil membalikkan tubuhnya menghadap Ray. Izzy menghentakkan tangan Ray supaya terlepas. Lalu melanjutkan langkahnya.

"Atau aku tidak akan mentransfer uang kuliah pada rekeningmu!" lanjutnya saat Izzy berada di jarak 3 meter darinya. Dengan terpaksa Izzy membalikkan tubuhnya dengan ekspresi wajah sengit.

"Kalau begitu biarkan aku pergi mengambil barang-barangku!" teriak Izzy sambil melanjutkan langkahnya lagi. Kemudian dengan sigap tangan Ray mencekalnya lagi.

"Biar para maid dan orang-orangku yang memindahkan barang-barangmu. Tugasmu hanya mengatakan apa saja yang harus di pindahkan ke rumah ini," ucap Ray degan wajahnya yang dingin.

***

Ray yang menginginkan Izzy secepatnya tinggal di rumah orang tuanya pun segera menyuruh orang suruhannya untuk mengambil barang-barang di list yang sudah Izzy buat, di apartemen Izzy pada malam harinya.

Dari pintu apartemen yang terbuka, tampaklah para maid dan orang-orang suruhan Ray mengemasi barang-barang milik Izzy.

Tepat di lorong apartemen, si gay James dan Loraine melihat orang-orang tersebut keluar dari apartemen Izzy, mereka mengangkat kardus-kardus berat itu di bahu mereka.

"Izzy?!" pekik keduanya lalu mereka menolehkan wajah bersamaan, saling tatap.

"Dia pindah? Kemana?" tanya mereka berdua bersamaan.

Lalu Loraine berjalan mendahului James, James yang tahu jika Loraine ingin bertanya pada salah satu orang tersebut segera menahan lengannya. Loraine pun menghadap James dengan tatapan bertanya.

"Jangan dulu! Lebih baik kita ikuti saja mobil mereka dari belakang."

"Oh, ayolah James. Kita sedang tidak shooting film detective sekarang!" sahut Loraine sambil memutar bola matanya, merasa jengah dengan tingkah laku James yang seperti anak-anak.

Contract With a BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang