#Izzy POV
Ray menggeser duduknya mendekat ke arahku. Aku juga menggeser dudukku karena aku merasa jantungku tak karuan jika berada dengannya dengan jarak sedekat ini. Ray terus menggeser duduknya hingga merapat ke tubuhku.
Sialnya aku tak bisa menggeser dudukku lagi karena punggungku telah menyentuh sandaran tangan kursi. Lalu ia mengunciku dengan kedua tangannya yang diletakkan di samping tubuhku. Semakin lama wajahnya semakin dekat dengan wajahku. Aku terus mencondongkan punggungku ke belakang sambil menahan napasku.
Saat aku ingin protes tiba-tiba ibu Ray memanggil nama Ray. Kami pun menoleh bersamaan.
"Jangan di sini. Kau tidak mau perbuatanmu dicontoh Nick dan Noel kan?" katanya.
Sial, dia malah tersenyum geli. Apa dia anggap kelakuan anaknya ini lucu? Ini membuatku sulit bernapas dan membuat detak jantungku seperti orang yang sedang lomba lari marathon!
Karena ucapannya itu Ray segera menjauhiku. Syukurlah aku tidak jadi mati karena pacuan detak jantungku yang berlebihan. Dan aku merasakan wajahku memanas. Aku malu. rasanya seperti maling yang ketahuan mencuri.
Tiba-tiba Ray menarik pergelangan tanganku dengan paksa. Dia membawaku ke lantai atas rumah orang tuanya. Ray membuka knop pintu sebuah kamar. Sebelum aku masuk, aku mendengar ibu Ray berkata, "Jangan lupa pakai pengaman!" kemudian dia tertawa keras-keras.
Goddamn! Dia pikir aku mau bercinta dengan seorang duda.
Dengan pikiran yang positif aku masuk ke dalam kamarnya dan untuk jaga-jaga aku akan menghajarnya jika dia berbuat macam-macam padaku. Lalu dia menutup pintunya cepat, kemudian mendorongku hingga punggungku menempel pada pintu. Kali ini bukan tangannya yang mengunciku, tapi matanya. Mata elangnya menatapku dengan intens, aku merasa seperti ditelanjangi.
Aku yang gugup pun segera memalingkan wajahku lalu mengedarkan pandanganku pada interior yang ada di kamar ini. Kamar ini luas dan bergaya begitu maskulin. Kamar ini didominasi dengan warna putih dan hitam. Berbeda dengan gaya ruangan di luar kamar ini, begitu feminin. Aroma kayu yang dikombinasi dengan Sage, Crisp Green Accords, Cendana, dan Tonka Bean menyeruak, mengelus indera penciumanku. Membuat rasa gugupku sedikit memudar.
Aku mengamati ruangan ini sambil berharap Ray akan berhenti menatapku. Tapi, kenyataannya dia masih betah-betah saja menatapku.
Tiba-tiba jarinya yang kokoh itu mengangkat daguku, supaya aku dapat melihatnya. Tubuhku menegang. Aku menatapnya dengan perasaan yang benar-benar gugup.
Oh my gosh, apa yang akan dia lakukan padaku?
"See? Bahkan tubuhmu tidak bisa menolak ketika pria tua di depanmu berada sedekat ini denganmu," ucapnya dengan seringaiannya. Cukup lama kami dalam posisi seperti ini dan itu membuatku ingin melarikan diri dari hadapannya.
Kemudian aku melihatnya berjalan menjauhiku. Ia masuk ke dalam sebuah ruangan berpintu hitam, yang sepertinya itu adalah ruang kerjanya. Tak lama kemudian ia kembali dengan membawa map di tangannya, lalu menyerahkan map itu kepadaku.
"Apa ini?" tanyaku sambil berjalan menuju sofa. "Tugas-tugasmu selama bekerja denganku." Aku duduk di sofa sambil membaca daftar yang ada di map itu.
"Banyak sekali," gumamku hampir tak terdengar.
Teryata pekerjaanku tak sesimpel yang dikatakannya kemarin. Kemudian mataku menemukan perjanjian kontrak kerja. Di kontrak itu tertulis, bahwa dia akan memberhentikanku ketika dia sudah bosan denganku (sampai batas waktu yang tidak ditentukan).
"Apa-apaan ini!" protesku padanya.
"Cobalah untuk membuatku tak bosan denganmu," ucapnya seakan dia mengerti dengan apa yang kumaksud. Dia berbicara tanpa melihatku. Sibuk dengan macbooknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract With a Billionaire
RomansaBe a wise reader, guys! Sebuah kontrak yang membuatnya terpaksa tinggal dengan pria itu sampai batas waktu yang tidak ditentukan. ********************************************** This is my own SEXY IMAGINATION. Cerita ini dibuat untuk mengeluarkan ke...