12. Melihat Dunianya

9.8K 581 6
                                    

Saat kamu memperhatikan gerak-gerik seseorang, kamu akan terhanyut bersama karakternya.
Saat kamu menelusuri dunia seseorang, kamu akan melihat sejauh mana bisa ikut masuk bersamanya.

—Annisa Althaf—

---------------------------o0o---------------------------

"INI klinik Kak Fauzan?" tanya Annisa begitu Fauzan menghentikan mobilnya di depan sebuah klinik kecil yang tak jauh dari pusat Kota Jakarta. Dari kaca depan mobil, ia dapat melihat nama Fauzan tertulis pada papan kecil yang terpajang di halaman depan klinik. Drh. Fauzan Ilhami, S. KH. M. Vet., begitulah tulisannya.

"Turunlah!" seru Fauzan sambil mencabut kunci mobil dan turun lebih dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Turunlah!" seru Fauzan sambil mencabut kunci mobil dan turun lebih dulu.

Annisa ikut turun menyusul suaminya.

Begitu Fauzan memasuki pintu kaca di bagian depan klinik, seorang lelaki berusia dua puluh delapan tahun—yang duduk di meja administrasi—langsung menyapanya. "Dok!" Lelaki itu menganggukan kepala dan mengulas senyum tipis di bibir.

Fauzan balas tersenyum dan memberi anggukan yang sama, untuk menyapa balik pegawainya itu. Ia berhenti tepat di depan meja administrasi. "Sudah ada yang datang, Ga?" tanyanya pada lelaki berhidung mancung itu.

"Belum, Dokter."

"Jenny sudah datang?"

"Sudah, Dokter. Ada di ruang pengandangan. Sepertinya sedang mengecek hewan-hewan di sana."

Fauzan manggut-manggut sejenak. Lalu menoleh pada Annisa yang berdiri di belakangnya—begitu menyadari pandangan Dirga tertuju pada istrinya itu. "Oh, ya, Dirga. Kenalkan, ini istri saya, Annisa." Ia langsung memperkenalkan Annisa pada pegawainya itu. Kemudian, ia pun memperkenalkan pegawainya itu pada sang istri. "Dirga ini staff administrasi di sini."

Annisa dan lelaki bernama Dirga itu saling tersenyum, menyapa satu sama lain.

"Oh, jadi ini Mbak Nisa yang sudah membuat Dokter Fauzan akhir-akhir ini sering senyum-senyum sendiri?" Tiba-tiba seorang gadis bermata sipit dengan rambut ikal kemerahan yang tergerai panjang, datang menghampiri Fauzan dan Annisa di depan meja administrasi. Gadis memasang senyum di wajahnya sambil menatap Annisa dengan kedua alis terangkat.

Annisa langsung melirik Fauzan begitu mendengar penuturan gadis itu. Fauzan terlihat salah tingkah saat ditatap olehnya.

"Hay, Mba Nisa! Aku Jenny, asisten medisnya Dokter Fauzan di klinik ini. Nama lengkapku Jenny Wang. Tapi, panggil aku Jenny saja, tanpa menambahkan embel-embel apapun di depan ataupun di belakangnya. Aku lebih senang dipanggil begitu," ucap gadis bermata sipit itu sambil mengulurkan tangannya pada Annisa dan terus mengukir senyum di bibir.

Annisa menyambut uluran tangan gadis bernama Jenny itu dan balas tersenyum sambil memperkenalkan dirinya. "Annisa," ucapnya dengan ramah.

Setelah melepaskan tangan satu sama lain, Jenny kembali bertanya pada wanita berkerudung lebar di hadapannya itu. "Gimana liburannya kemarin, Mba? Jadi diajak Dokter Fauzan ke bioskop?" Gadis berdarah Inggris-China tersebut mengulas senyum sambil mengangkat kedua alisnya.

ANNISA (Kala Takdir Menuntunku Padamu) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang