Terima kasih, Mikaom

33K 2.8K 346
                                    

Lohaaaa....
Hehehe...pasti seneng kan eike apdet lagi?  Kalian bisa baca lanjutannya di The Lawyer Love Story 2, maap ga bisa cantumin linknya, hape eike jadul booo... hehehe....hepi riding.

Sam menuju ke pintu yang masih digedor dengan cara tak manusiawi, sambil menggaruk-garuk belakangnya. Waktu masih sangat pagi, meski Sam belum sempat melihat jam, tapi dia yakin sekarang matahari bahkan belum muncul. Jadi siapapun itu yang ada di depan pintu,  pastinya sedang mencari masalah dengan pengacara kriminal kawakan yang baru tidur menjelang jam tiga pagi karena sebuah kasus. Dan itu tidak baik.

Dengan waspada, Sam mengintip melalui lubang intip, namun matanya langsung membesar melihat siapa yang ada di situ. Tergesa dia membuka pintu, namun saat pintu terbuka, seperti diterjang topan, Sam terjengkang ke belakang, dan mendarat dengan manis di karpet yang untungnya tebal. Sementara itu, si penyerang, dengan kekuatan penuh, menduduki dadanya dan menekannya ke lantai. Membuat Sam tak berdaya untuk bergerak.

"Saya sudah bilang belum, kalo A'a itu seksi banget setiap lagi berantakan begini?" Mika menelungkup di dada Sam, dan berbisik di bibirnya, sebelum memagut Sam yang tidak siap dengan serangan balik.

***********
Suami istri itu berbaring sambil berpelukan di atas lantai berkarpet. Keduanya puas, dan saling menikmati diri masing-masing. Tangan Sam memeluk Mika seperti takut kehilangan, sementara tangan Mika mengusap lengan atas Sam, pipinya menempel di dada suaminya yang basah oleh keringat. Mereka diam tak bersuara untuk beberapa saat, sampai kemudian Sam menghela napas.

"Kok kamu bisa balik lebih cepat dua hari?" Tanyanya.

Mika makin menempelkan pipinya. "Ada tenaga yang diperbantukan ke kami. Orang bule, pinternya bukan main. Tahu hampir semua hal tentang Raja Ampat. Tami mah enggak ada apa-apanya," Mika menjawab sambil menguap.

"Orang bule?" Sam mengulang.

"He eh. Cewek sama cowok. Tapi kayaknya dua-duanya bukan sekedar ilmuwan atau petualang, deh. Cara mereka bersikap, terus dari kewaspadaan mereka, mereka itu kayak...." Mika berpikir sejenak. "Kayak di film action gitu loh, A'. Agen rahasia gitu. Lucunya, mereka masak ngawasin orang yang ngawasin saya. Mereka tahu kalo saya diawasin kayaknya. Terus mereka kayak jagain saya. Aneh enggak sih?" Suara Mika terdengar heran.

Adrian. Batin Sam bergumam. Mantan muridnya itu ternyata melakukan yang dia minta dengan cepat. Adrian memang memiliki jaringan yang luar biasa karena kekayaannya. Apalagi dengan adiknya yang hacker jenius, bisa dibilang Adrian adalah pengusaha dengan kekuasaan yang meski tidak terlihat, namun jelas mencengkeram hampir seluruh aspek yang dipegangnya. Sam hanya tidak menduga kalau Adrian juga bisa campur tangan masalah media yang membawahi Mika. Entah siapa orang yang bisa dibayarnya di perusahaan besar itu. Kekuatan uang.

Tiba-tiba Mika mengetuk-ngetuk dada Sam, membuatnya menunduk dan tatapannya bertemu dengan mata Mika yang segelap malam. Mendadak Sam merinding melihat tatapan Mika yang tajam, dia tahu Mika mencurigai sesuatu.

"A'a ada hubungannya dengan itu, kan?" Tuduhnya tenang.

Sam meneguk ludah. Sial! Dia lupa betapa hebatnya Mika dalam pekerjaannya menyelidik. Mana mungkin hal seperti itu lepas dari pengawasannya?

Tak nyaman, Sam berdehem.

"A'a cuma kuatir sama kamu," jawabnya jujur. Tidak ada gunanya menyembunyikan apapun dari Mika, terlebih dia ingat Mika sangat membenci kebohongan.

"A'a minta bantuan Ian, tapi kamu harus tahu kalau itu bukan karena A'a enggak percaya sama kamu. A'a yakin kamu sanggup menjaga diri sendiri, tapi saat A'a jauh dari kamu, A'a cuma perlu jaminan kalau kamu akan baik-baik saja."

Mika menatapnya lama. "Berapa A'a bayar dia? Karena saya yakin dia bukan type orang yang melakukan sesuatu tanpa imbalan," ia bertanya, masih dengan nada tenang.

Sam menghela napas. "Sekarang belum bayar, tapi nanti."

"Berapa, A'?" Mika mendesak.

Sam menatapnya. "Bukan berapa, tapi apa atau siapa, Mikaom. Ian minta A'a bekerja untuk dia."

Mika terkesiap. Dia bangkit dan duduk menatap Sam dengan matanya yang besar. Sam terpaksa menelan ludahnya melihat tubuh Mika yang begitu menggiurkan terpampang di hadapannya, namun tahu tidak boleh menyentuhnya dulu meski ingin, karena saat ini Mika sedang waspada.

"Dia mau A'a kerja untuk dia? Kerja apa?" Suara Mika terdengar mendesak. Wajahnya tampak tegang, dan lengannya menyilang di depan dadanya yang, yah.... Sam sadar, Mika makin terlihat montok.

Sam ikut bangkit, dan duduk menghadap Mika.

"Ian minta sama A'a untuk pegang HRD seluruh grup perusahaannya, yang di Indonesia, Malaysia, dan Inggris," katanya. Tanpa sadar, tergerak oleh naluri sebagai suami, tangannya terulur, menarik tangan Mika agar tidak menyilang di depan dadanya.

Mika mengikuti gerakan tangan suaminya, dan menurunkan lengannya. Membuat tubuhnya terekspos bebas kembali, dan memberikan tampilan erotis pada Sam, meski kelihatannya dia tidak menyadari itu. Beberapa saat dia tercenung.

"Kalau begitu A'a enggak bisa tetep di firma?" Tanyanya lagi.

Sam mengangguk.

Mika menatapnya, lalu mendekatkan dirinya, membuat Sam menahan napas, mengira Mika akan marah. Tapi kemudian dia meletakkan dirinya di pangkuan Sam yang bersila. Membuat Sam makin menahan napasnya. Apalagi saat, Mika menyusupkan wajahnya di leher Sam.

"A'a melakukan itu semua untuk saya?" Mika berbisik lirih. Suaranya penuh rasa bersalah.

Sam memeluknya. "A'a akan lakukan apapun untuk kamu, Mikaom, cintanya A'a," sahutnya penuh kesungguhan. "Apapun....asal kamu baik-baik saja, dan bahagia."

"Tapi saya enggak mau A'a mengorbankan apa yang A'a  percaya dan cintai. Saya enggak mau A'a mengorbankan karir A'a," Mika berkata sedih.

Sam tersenyum. Dia tahu Mika memang tidak menyukai profesinya sebagai pengacara, yang menurutnya penuh kebohongan, tapi jelas Mika memang tidak pernah berharap dia melepaskan idealismenya. Mika mencintainya, satu paket dengan idealismenya itu.

Sam mengeratkan lengannya di sekeliling tubuh Mika. "A'a memang mencintai karir A'a, tapi A'a lebih mencintai kamu..."

Kalimat Sam tidak selesai karena Mika membungkamnya dengan mulutnya sendiri. Dan Sam tahu, Adrian benar. Masalahnya dalam memilih bukan pada Mika, tapi dirinya sendiri. Dan Sam sadar, Mika layak mendapatkan semua pengorbanannya. Sepenuh hati, Sam menyambut pagutan Mika, dan merengkuh semua yang ditawarkan Mika padanya. Dan sekali lagi, mereka bercinta bukan hanya dengan tubuh dan gairah, tapi juga dengan hati dan jiwa mereka.

Beberapa jam kemudian, saat matahari sudah meninggi, dan melewatkan banyaknya bunyi dering telepon, baik telepon rumah maupun ponsel masing-masing, Mika melepaskan diri dari Sam. Dia mencium Sam penuh kelembutan, lalu bangkit dan berjalan gemulai ke toilet. Sam menghela napas lega, dan berbaring telentang menatap langit-langit sampai dia mendengar bunyi berdebum dari toilet.

Kaget, Sam bangkit dan berlari menuju ke toilet, membuka pintunya, dan melihat Mika yang terduduk di lantai dengan sedikit darah di pahanya, mengalir membentuk aliran kecil, namun mengerikan di mata Sam.

Mika menatap Sam dengan jengkel.

"A'a.... Kan udah perjanjian, kalau saya di luar kota, A'a yang sikatin kamar mandi!" Omelnya. "Tuh, sampe berdarah kan.... dapet deh saya..."

Sam menatap dengan mulut ternganga. Napasnya seperti tercekik, apalagi saat melihat Mika yang berusaha bangkit dan terlihat kesakitan memegang perutnya.

"Euh....kok sakit, sih, jatuh segitu doang," gerutunya.

Sam melesat ke kamarnya, secepat kilat mengenakan pakaiannya, mengambil apapun yang perlu, dan tak lama kemudian sudah menggendong Mika yang kebingungan menuju ke mobilnya. Tak dipedulikannya omelan panjang pendek Mika yang menganggapnya berlebihan, dan dipacunya mobil menuju rumah sakit bersalin terdekat.

************
Okeee.... Pengumuman udah cukup kan? Tunggu POnya dibuka yah...

Makasih

Winny

Part ini dipublish 24/4/17
Dihapus sebagian 2/5/18

The Lawyer Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang