CHAPTER 13

826 116 21
                                    

" Ih kok ada Kak Irene sih?, bawa-bawa koper pula. Kak Irene diusir dari rumah?." Tanya Yerim sambil membuka pintu rumahnya.

" Jadi 3 hari ini Kak Irene nginep di rumah kita gara-gara ortunya ke pemakaman keluarga, terus gue bolehin gara-gara kan lagi akhir pekan juga dan lo seneng karna ada Irene?." Ujar Wendy pada Yerim.

" Aaaaaaaaa seneng parahhhhhh, bosen gue berdua sama lo terusssss." Jawab Yerim sambil memeluk Irene.

Irene sempat kaget tapi akhirnya menerima pelukan Yerim. Setelah Yerim berhasil dibujuk Wendy untuk melepaskan Irene sebentar dan mengobrol nanti, Wendy pun menunjukkan Irene dimana dia tidur sambil membawakan tasnya dan membantu Irene berjalan.

" Nah ini kamar tamu, kamar gue persis disebelah kamarlo, kamar Yerim di ujung kanan dan kamar mandi di ujung kiri. Kalo lo bosen gabisa tidur lo bisa ke lantai atas, lantai atas isinya rooftop kecil gitu tapi lumayan buat stargazing. Yaudah gue tinggal dulu ya, lo rapih-rapih aja ganti baju tidur. Kalo mau nanya gue ada di kamar, oke?." Tanya Wendy dan Irene pun hanya mengangguk.

Irene yang daritadi tidak memperhatikan apapun yang dikatakan Wendy karena ia merasa sangat deg-degan seperti serangan jantung setiap kali Wendy bicara kepadanya. Ia pun menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan rasa itu dan berganti baju tidur.

Irene tidak bisa tidur sama sekali. Sekarang sudah menunjukkan pukul 1 malam dan ia tetap tidak bisa tidur bahkan sudah berganti-ganti posisi. Irene ingat tadi Wendy mengatakan sesuatu tentang rooftop dan akhirnya Irene pun memutuskan untuk berjalan pelan-pelan menaiki tangga rooftop dan sesampainya di rooftop dia melihat Wendy duduk di lantai beralaskan selimut dan menyelimuti dirinya sendiri sambil memakai earphone. Wendy yang seakan merasakan kehadiran Irene pun menatap Irene dan mengisyaratkan Irene untuk duduk di sebelahnya dan mereka berbagi selimut.

" Lo ngapain wen disini?." Tanya Irene yang tiba-tiba merasa malu.

" Gabisa tidur dan nungguin lo." Jawab Wendy memandang Irene.

" Kok lo sotoy wen ngira gue bakal naik?." Jawab Irene yang membuang muka karena posisi mereka yang terlalu dekat.

" Gapapa, perasaan aja. Itu gue bikinin susu buat lo, katanya susu bisa bikin cepet tidur." Kata Wendy sambil menunjuk susu yang ia buat untuk Wendy.

Irene pun meminum susunya dan bertanya pada Wendy.

" Lo kenapa gabisa tidur?."

" Gak apa-apa kok ren, gausah khawatir."

" Lo kenapa gapengen orang khawatir sama lo wen?."

" Karene gue gamau jadi beban buat orang lain, jadi ya gitu. Ah kok bahasnya ginian sih, lo sendiri kenapa kalo gue perhatiin kayaknya kalo ke rumah ini rasanya kyk malu banget ren?."

" Gue inget kejadian 6 bulan lalu....."

" Oh yang insiden itu, biasa aja kali gue aja malah ketawa kalo ingetnya."

" Ish bukan gitu wen, masalahnya secara gak langsung lo itu first kiss gue..."

Flashback

Sore itu Irene menemani Seulgi ke rumah Wendy karena Yerim minta bantuan Seulgi Irene untuk mengerjakan proyek sekolahnya.

Saat sedang mengerjakan proyek Yerim, tiba-tiba Irene kebelet pipis. Saat Irene hendak ke kamar mandi, tanpa sadar pintu kamar mandi terbuka saat ia persis berada di depan pintu. Irene pun kaget dan nyaris terjatuh tetapi badannya ditahan oleh orang yang baru keluar kamar mandi yaitu Wendy. Dan saat Wendy hendak melepaskan pegangannya dari Irene, tiba-tiba Wendy terpeleset dan tidak sengaja mencium bibir Irene.

Irene pun langsung pulang tanpa pamit ke siapa-siapa dan mulai saat itu juga ia benci Wendy tapi tanpa sadar juga memendam rasa.

End

" Hah ren, demiapa???, pantes aja lo ngeliat gue habis kejadian itu mukalo kek mo nonjok gue." Ujar Wendy tertawa terpingkal-pingkal.

" Jahat lo wen, anjir gue masih malu parah sampe sekarang gila." Jawab Irene sambil menutup tangamn ke wajahnya.

" Eh tapi ren, maaf kalo gue nyinggung. Rasa first kiss lo gimana?." Tanya Wendy yang diam-diam tersenyum.

Irene yang mukanya sudah memerah tiba-tiba keceplosan bilang " hangat, lembut gitu." Katanya dan ia pun langsung memukul mulutnya sehingga Wendy tertawa terbahak-bahak.

Setelah Wendy berhenti tertawa, Irene pun memberanikan dirinya untuk menyentuh topik yang mungkin paling dihindari Wendy untuk menjawabnya.

" Wen, gue mau nanya. Boleh ngak?"

" Boleh kok, kok lo tiba-tiba serius?."

" Hmm, wen maaf kalo gue nyinggung lo. Lo ada masalah apa sih sama bokaplo?."

Hening.

" Gue nyalahin bokap gue karena salah satu alasan galangsung nyokap gue bunuh diri adalah bokap gue. Gue tau itu juga bukan sebagian besar kesalahan dia, gue kadang pengen maafin dia tapi gue gabisa. Jadi dulu nyokap gue itu pianis, tapi singkat cerita ada kejadian malang nimpa nyokap gue jadi dia buta. Nyokap gue buta dan bener-bener kehilangan semangat hidupnya dan di saat itu bokap gue harusnya ngebantu nyokap gue supaya lebih baik tapi dia malah fokus nyari donor kornea dan ngebiarin nyokap gue berjuang melawan ketidak percayaan dirinya sendiri tiap hari. Sampe pada suatu hari gue sampe sekarang juga gatau alasannya apa, nyokap gue overdosis di kamar dan gaada yang tau. Ironis, seorang dokter kehilangan istri karena overdosis. Gue gatau mau nyalahin siapa ren, gue gatau, gatau, dan gatau. Gue mau nyalahin nyokap gue kayak kenapa dia gabisa berjuang lebih lama dan malah mengakhiri hidupnya dengan cara kayak gini tapi gue gabisa, karena gue tipe orang yang abu-abu ren. Gue selalu percaya akan dua sisi mata uang pada setiap situasi, gue percaya nyokap gue punya rencana sendiri dibalik dia mati, gue percaya bokap gue punya rahasia sendiri kenapa dia gapernah mau ngasih suicide note nyokap gue ke gue, jadi akhirnya gue memilih cara yang menurut gue terbaik yaitu ngejauhin diri gue dari bokap gue. Gue juga capek ren benci sama bokap gue sendiri, gue pengen kayak lo yang deket banget sama bokap lo, gue pengen tapi gue gabisa. Gue gatau sampe sekarang apakah gue maafin dia atau enggak. Maafin gue ren, gue juga gatau jawaban apa yang harus gue kasih ke lo." Jawab Wendy tiba-tiba menangis sambil memeluk kakinya sendiri.

Irene pun memberanikan diri mendekat ke Wendy dan berinisiatif memeluk Wendy untuk pertama kalinya dan tangisan Wendy pun semakin kecil dan Wendy mulai merespon pelukan Irene.

" Wen, jangan nangis. Gue juga gatau cara nenangin orang yang baik, gue cuman bisa meluk lo kayak gini. Gue turun ya ke kamar, kayaknya lo butuh waktu sendiri." Saat Irene hendak berdiri dan turun, tiba-tiba Wendy menarik tangan Irene.

" Gaboleh, stay. Gue gatau mungkin ini hal yang paling galogis yang keluar dari mulut gue, can I hug you once again?. Sampe gue tidur?, lo unik ren. Gue gapernah ngerasa sedeket ini sama orang dalam waktu singkat, tapi kalo sama lo gue ngerasa gue udah kenal lo bertahun – tahun. Rumah, itu kata yang paling ngegambarin lo. Gue juga jelek dalam segi emosional gue dan gue ngerasa beda aja kalo sama lo, dan gue minta tolong ke lo supaya lo bisa bantu gue mengetahui ini perasaan apa." Ujar Wendy dengan tatapan penuh memandang Irene, tapi kali ini Irene tidak membuang mukanya dan malah langsung memeluk Wendy hingga Wendy tidur.

Saat Wendy tidur, Irene masih bangun dan memperhatikan seluruh fitur wajah Wendy. Irene pun mengecup jidat Wendy dan berkata " Gue akan selalu menyayangi lo hamster sampai kapanpun, jadi jangan pernah lo takut untuk memberikan sebagian beban hidup lo ke gue. Karena lo berarti. Gue suka sama lo, setelah sekian lama gue mencoba suka sama Seulgi dengan alasan kita gapernah cocok. Gue diem-diem selalu merhatikan lo dari jauh, selalu lo, gapernah orang lain. Sleep tight dear my first kiss."

Tanpa Irene sadar, sebenarnya Wendy hanya memejamkan matanya sejenak dan belum tidur. Akhirnya untuk pertama kalinya sejak kematian ibunya, Wendy dapat tidur dengan senyuman paling lebar di malam itu.

.

.

.

Hai semua,  author cuman mau bilang kalo besok. Author mau UN XD, doain lancar yaaa supaya bisa ngelanjutin cerita ini lagi hehehehehe. Trs jg author udah punya ide buat cerita selanjutnya kalo ini udah kelar, menurut kalian setuju ngak kalo jadi Wenrene lagi?. Btw keep votes sama comment ya, kehadiran kalian berarti buat akyu. Ciao !

MatchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang