Di saat pikiran sudah memohon untuk diberikan setidaknya sedikit waktu untuk lepas dari memikirkan semacam asam amino, protein, flavonoid, antosianin dan kawan-kawannya, kuputuskan untuk mengotak-atik folder dalam notebook milikku. Klik sana sini, hingga aku menemukan sebuah file MS Word yang last date modified-nya 4 Mei 2012. Aku pasti tidak akan membuka file itu jika tanggal yang tertera bukan tanggal ulang tahunku 5 tahun silam.
File itu berjudul "Tentang Cita-Cita".
*
Haha, aku tersenyum sendiri. Aku memang suka menulis hal seperti ini. Lagian kalau semua orang tahu bahwa cita-citaku adalah seorang saintis yang bisa keliling dunia kan, keren.
Namun, ada beberapa temanku yang protes.
"Kitakan sudah kelas IX, bu! Kayak anak SD saja nulis begituan!"
"Kenapa harus dibacakan di depan?"
"Malu bu!"
"Saya belum punya rencana kehidupan!"
"Saya belum punya cita-cita!"
Guruku tampaknya tidak memedulikan protes temanku. Mau tidak mau, semuanya harus ikut perintah guru. Menulis.
Aku langsung menyiapkan kertasku. Saat aku ingin mulai menulis, Fify, teman sebangkuku, bertanya padaku.
"Setelah SMA tiga tahun, terus kuliah nanti, kamu mau ambil jurusan apa, Nad?"
"Fisika." Jawabku singkat.
"Emang cita-citamu apa?"
"Saintis." Jawabku lagi lagi singkat.
"Pengen meneliti apa?" tanyanya lagi.
"Luar angkasa." Jawabku tanpa melihat kearahnya.
Tanganku sudah memegang pulpen yang siap menari-nari di atas kertas, ketika Fify bertanya lagi yang membuatku merasa sedikit kesal karena terhalang untuk mulai menulis.
"Buat apa?"
"Yaa.. Aku pengen tahu tentang kehidupan di luar sana."
"Buat apa kamu tahu tentang itu?"
"Aku pengen ketemu sama alien. Belajar bahasa alien. Siapa tahu aku bisa buka kursus bahasa alien nanti."
"Hah?! Serius?"
*
Ini hanyalah sepenggal dari cerpen yang kutulis saat itu, kisah yang kualami pada saat aku duduk di bangku kelas 3 SMP, dan merupakan bagian dari cerita tersebut yang paling menarik perhatianku.
Dulu kuingin jadi ilmuwan muslimah, di bidang astronomi. Oleh karena itu, kala itu aku berpikir menuntut ilmu dan mendapatkan gelar sarjana di jurusan Fisika, di Fakultas MIPA, adalah pilihan yang terbaik. Hal tersebut pasti dapat mengantarkanku meraih cita-citaku.
Namun sedikit demi sedikit aku mulai merenggangkan dekapanku terhadap mimpiku itu. Penyebab terbesarnya adalah karena pelajaran Fisika seringkali tidak bisa berkompromi denganku saat di SMA, membuatku sering bingung bahkan menangis sedih saat tak bisa menyelesaikan soal-soal teramat sulit -menurutku kala itu- yang diberikan oleh guruku kepada kami.
Tanpa dapat kucegah, mimpi itu benar-benar lepas dan serasa menjadi sesuatu yang tak akan bisa kugapai lagi, saat tiba masa dimana aku harus mengisi kolom pendaftaran tes SNMPTN dan SBMPTN. Alhasil, aku memutuskan merajut mimpi baru (bahkan 2 kali, bagi anda yang mengetahuinya), dan meninggalkan cita-cita masa kecilku yang dulu sangat kuinginkan. Walaupun begitu, bidang studi yang sekarang kudalami ini pun cukup mampu membuatku terpikat, dan mengantarkanku pada mimpi-mimpi baru yang mungkin tak terbayangkan oleh diriku di masa kecil, Alhamdulillah.
Entah karena apa, aku sangat suka jika ada orang di sekitarku yang bergelut di bidang astronomi. Mungkin, meski aku sudah tidak memiliki harapan, tapi aku masih punya minat yang tak sanggup dihilangkan bahkan oleh waktu.
Dika-senpai, begitu aku mengenalnya. Cukup membuatku kagum padanya. Aku mengenalnya saat masih mahasiswa baru, dan ia tergabung dalam team 'help-desk' tempat maba mendapatkan informasi baru seputar kampusku menuntut ilmu. Pecinta langit malam, dengan kalimat andalannya, "Kecintaan kami terhadap bintang-bintang terlalu besar untuk takut akan kegelapan malam".
Dengan kemampuan menulisnya yang terbilang lebih dari cukup, ia sering membuat posting-postingan menarik yang berisikan cerpen atau puisi tentang hal apapun, termasuk cerpen yang berkaitan dengan langit malam. Terkadang, setiap ada peristiwa langit malam yang akan terjadi, semisal hujan meteor perseid dan gerhana matahari, ia pasti memberi informasi melalui postingannya.
Secara tidak sadar, ia telah menjadi 'tempat' aku mendapatkan informasi dan cerita-cerita langit malam yang menarik. Di samping itu, kecintaannya terhadap anime dan Jepang, terkhusus lukisan-lukisan kartun ala jepang, sempat menjadi penyebab obrolan pertama dan terakhir kami. Bulan maret lalu, kudapat kabar ia telah diwisuda dari jurusan Fisika-FMIPA, persis seperti yang pernah kucita-citakan, dengan predikat cum laude.
Begitulah hidup. Allah mungkin tak selalu memberi apa yang diinginkan, namun selalu menyediakan yang dibutuhkan hamba-Nya.
Jadi, mengapa aku mesti ragu, jika ini adalah pilihan terbaik-Nya untukku?
Tepat seminggu yang lalu aku juga meng-upload foto berserta caption *intermezzo* dan uraian ceritanya di media lain. Hari ini aku menemukan lagi sesuatu yang menarik bagiku, dan membuat senyuman lebar menghiasi wajahku namun sekaligus sedikit membuatku flashback akan kenangan beberapa tahun silam yang sudah hampir aku lupakan, dan...ternyata masih mampu menggoreskan luka pada diriku meski tak sedalam dulu.
Biar bagaimana pun, Alhamdulillah 'alaa kulli haal. Bersyukur setiap minggu di sela pengerjaan tugas kampus, Dia menyelipkan hal-hal yang membuatku tersenyum, terlepas sejenak dari tugas yang kadang membuat pening, dan mencoba mengingat kembali memori masa kecil, ataupun berkhayal tentang masa yang akan datang yang bahkan aku pun tak yakin akankah aku mampu mewujudkannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Intermezzo Diary
Non-FictionTentang hal-hal yang pernah terlintas di pikiran, pada saat berada dalam kondisi antara impian dan kenyataan. Tentang hal-hal yang terpendam di hati, pada saat terjadi pergulatan antara kebaikan dan keburukan. Tak butuh waktu banyak, hanya memikirka...