Sepuluh - Lembar Baru

101K 4.5K 41
                                    

Hujan hari ini senada dengan kekacauan yang terjadi belakangan. Kesedihan, keterkejutan, dan kehilangan menjadi suatu kesatuan. Hal itu menjadikan Syifa dalam kondisi yang buruk.

Ayahnya sudah menjalini operasi, bahkan sudah sadar setelah dua hari pasca operasi. Hari pertama ayahnya sadar, Dean membicarakan langsung keinginannya untuk menikahi Syifa, jelas tanpa menyebutkan perjanjian dibaliknya. Setelah mendengarkan cerita tentang kedekatan mereka yang sedikit dipermanis, ayahnya setuju dengan Dean dan mengusulkan pernikahan dilakukan besok di ruang rawatnya.

Dean awalnya terkejut, namun mengerti bahwa ada tersirat tantangan dibalik tuntutan itu. Tantangan seberapa berniat dan beraninya ia dalam menikahi putri sulung beliau, Syifa. Dean akhirnya menurut dan mempersiapkan semuanya. Serta mengatakan resepsi akan menyusul setelah kondisi ayah mertuanya benar pulih.

Hari selanjutnya pernikahan terlaksana sesuai rencana. Namun hari yang seharusnya bahagia itu berubah menjadi sebaliknya saat waktu berganti malam, ayahnya meninggal setelah mengalami kejang.

Paksaan dan tanpa syarat penolakan yang ayahnya lalukan terasa beralasan bagi Syifa sekarang. Mungkin itu memang lonceng peringatan yang sudah ayahnya dengar. Bahwa malaikat akan segera menjemputnya dan dia ingin ada seseorang yang sekiranya pantas untuk menggantikan posisinya. Setidaknya ayahnya melihat bahwa Dean sangat kompeten dalam hal itu setelah mereka mengobrol panjang dihari sebelumnya. Bahkan anjuran istirahat dokter tak di indahkannya.

Ayahnya meninggal dengan tersenyum. Setidaknya itu menjadi kelegaan tersendiri bagi Syifa. Bahwa ayahnya telah pergi dengan damai dan bahagia. Bahkan saat siang hari sebelum kematian, ayahnya sempat memberi banyak nasehat pada Syifa dan Salisa tentang kerasnya kehidupan dan berharap mereka kuat serta saling menolong satu sama lain. Tak satupun dari kedua putrinya yang curiga, karena hal itu memang sering dilakukan ayahnya. Siapa sangka itu adalah bekal terakhir yang diberikan ayahnya kepada kedua putri kebanggaannya itu.

***

Tiga bulan berlalu dengan cepat setelah kepulangan ayahnya ke Ilahi. Syifa dan Salisa pindah kerumah Dean setelah kematian ayah mereka. Mereka kembali sibuk dengan rutinitas masing-masing setelah berusaha membiasakan diri dengan keadaan baru, tanpa ayah mereka.

Salisa tidak mengetahu tentang kesepakatan Syifa dengan Dean karena Syifa telah membuat Dean setuju untuk tidak mengungkitnya atau membocorkan kesepakatan mereka kepada siapapun. Membiarkan orang lain berfikir bahwa pernikahan sekarang dan perceraiannya kelak adalah hal yang sewajarnya terjadi dijaman sekarang. Walau hal itu akhirnya menyulitkan posisinya sendiri.

Syifa harus tidur sekamar dengan Dean dan bersikap selayaknya istri didepan banyak orang. Hal itu membuatnya lebih memilih menghindari hangout dengan Dean. Walaupun lelaki itu selalu sukses memaksanya menemani lelaki itu untuk pesta penting sebagai salah satu tugas seorang istri pebisnis muda yang disegani.

Satu hal yang selalu disyukurinya, Dean tidak pernah berbuat macam-macam sampai hari ini. Tidak. Belum. Hanya skinship wajar selayaknya kekasih yang masih ditolerirnya.

Beberapa bulan terakhir mereka sibuk dengan usrusan masing-masing. Syifa sibuk dengan skripsinya sementara Dean masih sibuk dengan segala rutinitasnya. Tak jarang waktu berbicara dan bertemu adalah diatas tempat tidur, pagi ataupun malam hari.

"Hai, selamat ya." ucap Rio lalu memberikan sebuah karangan bunga lili putih kesukaannya.

Syifa menerimanya, menggumamkan terimakasih dan memeluk Rio sesaat. Dilihatnya Rio menggaruk tengkuknya yang pasti tidak gatal. Dia salah tingkah.

Rahim SewaanKu ✅ (Sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang