Rain 1☔

343 89 86
                                    

Hujan deras disertai angin kencang menyelimuti senin siang. Menciptakan hawa kantuk yang berlebih kepada sang pengisi bumi. Terlebih semuanya berlangsung di waktu tidur siang. Waktu yang memang biasanya digunakan untuk terlelap.

Begitu juga sang penghuni kelas sembilan dua. Menjelang Ujian Nasional, memang banyak sekali waktu yang tersita untuk belajar. Seperti kali ini, mereka semua di haruskan mengikuti jam penambahan materi di setiap hari senin dan kamis selama kurang lebih dua jam. Membuat mereka mau tak mau harus mengikutinya walau dalam keadaan menahan kantuk sekalipun.

Renatha menatap lesu guru bidang study yang sedang menerangkan materi di depan sana. Sudah hampir tiga kali guru itu mengulang materi yang sama. Kemudian gadis itu menatap sekelilingnya, mencoba mengamati gerak-gerik temannya di kelas yang sebagian besar meletakkan kepala mereka diatas meja dengan beralaskan tangan. Hingga membuat mata yang semula menatap ke sembarang arah itu memejam.

Karena kesal, ia mencoba untuk menatap kesamping. Disebelahnya ada Nadia, teman sebangkunya selama dirinya duduk dikelas sembilan. Gadis itu tengah mencoret asal buku tulisnya yang menimbulkan kesan abstrak. Tepat di kursi depannya ada dua laki-laki yang tak lain juga teman Renatha. Bahkan salah satu diantaranya sudah ia kenal sejak duduk dibangku sekolah dasar, mereka adalah Putra, dan Rizky.

Keduanya juga tengah asik menggoreskan pena pada buku tulisnya masing-masing. Bedanya, Putra dan Rizky tidak mencoret abstrak buku mereka, melainkan menggambar grafitty. Beralih ke kursi di belakangnya, ada sepasang anak manusia yang tengah asik menjalajahi alam mimpi, mereka adalah Azka, dan Keyla. Dengan bertamengkan buku tebal yang di sampulnya bertuliskan judul dengan huruf kapital dan tebal agar tidak terlihat oleh guru bidang study yang sedang menjelaskan.

Renatha kembali menghela nafasnya kasar. Jika ia mempunyai jin dalam botol, dan diberikan tiga permintaan, sudah pasti yang pertama akan ia minta adalah bel pulang segera berbunyi.

"Jadi proses fertilisasi yang pertama kal-

Suara nyaring bel yang memekakkan telinga, membuat sang guru menghentikan aktivitas nya. Jangan ditanya, bagaimana suasana kelas saat suara bel berbunyi. Jika dibandingkan dengan demo buruh, mungkin sama persisnya. Bahkan teman-temannya yang sejak tadi tertidur langsung terbangun dengan semangat.

"Udahan keles gambarnya," kata Renatha saat mendapati Rizky yang masih asik menggambar, padahal teman-temannya yang lain sedang bersiap-siap merapihkan alat tulis mereka. Menggambar memang sudah lama menjadi salah satu hobi yang paling sering dilakukan oleh Rizky, yang terkadang membuat laki-laki itu sampai lupa waktu.

Rizky menoleh, sambil mengerutkan dahinya bingung, "loh, emangnya bel udah bunyi?" tanyanya yang hanya diangguki oleh Renatha.

"Kebiasaan lo kalau gambar, gak inget waktu." Kata Putra ikut menyahut.

"Gak bermaksud gitu, kayanya emang kuping gue aja yang bermasalah." Kata Rizky mengelak.

"Ky aku gak pulang bareng dulu ya, mau kumpul marching soalnya." Kata Renatha sambil merapihkan buku-buku yang berserakan dan memasukkannya ke dalam tas. Gadis itu merupakan anggota aktif dari ekskul marching band, sekaligus menjadi mayoret utama di ekskul tersebut.

Membuat Nadia, langsung menoleh Renatha. "Masih Tha?" tanyanya penasaran. Pasalnya, jika mengingat bahwa mereka yang sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional, seharusnya semua jabatan harus sudah di berikan kepada angkatan yang selanjutnya.

"Masih Nad," jawab Renatha, membuat Nadia langsung mengangguk paham. "Kamu pulang duluan aja Ky gapapa." Lanjutnya pada Rizky.

"Yahh." Rizky memasang wajah lesunya. "Aku tungguin deh yaa," lanjutnya mencoba menawar.

[HSLS 1] HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang