Kedua •~• Bersaing

49 13 20
                                    

Bagaskara Wijaya pov

Berbaris di lapangan memang menegangkan, ditambah lagi para adik dan kakak kelas yang melihat ke arah lapangan. Bukan ke lapangannya, melainkan melihat calon ketua OSIS sainganku. Ya aku akui, dia tampan, pintar, namun sok cool bila berhadapan dengan orang. Apalagi jika berhadapan dengan perempuan. Ah, jangan diungkit dia tentang perempuan. Sangat menyakitkan bila aku yang menjadi perempuan itu. Sudahlah, lupakan perempuan.

Sebenarnya sudah hampir setahun aku mengenalnya, bekerja sama dalam organisasi. Jujur, dia mudah bergaul, kerja samanya juga bagus. Pantas saja banyak yang menjadi penggemarnya.

Aku tidak pernah paham mengapa aku ingin sekali bersaing dengannya. Sudah jelas terpampang di depan mata bahwa aku pasti kalah dalam pemilihan tahun ini.

Bayangkan saja. Pemilihan ketua OSIS dilakukan secara votting, dia memiliki banyak sekali penggemar. Bisa dibilang 85% siswa mengaguminya, terutama para perempuan yang tergila-gila padanya. Aku hanya 5% dan 10% lagi para OSIS lainnya. Sedikit bukan? Tentu aku kalah, tapi setidaknya aku masih bisa menjadi wakilnya. Karena suara terbanyak kedua akan menjadi wakil, sedangkan calon ketua OSIS tahun ini hanya aku dan dia. Beruntung.

Bel telah berbunyi. Tanda siswa siap untuk mengikuti pelajaran. Namun tidak bagi kami. Kami harus mengikuti berbagai persyaratan untuk menjadi ketua OSIS. Ya, aku dan Wira maksudku. Sedangkan mereka yang tidak berminat mengikuti seleksi sebagai ketua dipersilahkan belajar seperti siswa lainnya.

Aku yakini mereka tidak akan belajar. Kenapa? Karena sudah tentu sebagian besar guru memilih untuk menyaksikan seleksi kami. Ah, para siswa tentu sangat senang sekali.

Kami menuju salah satu ruangan di sekolah. Tentu saja itu ruang OSIS. Langkah kami berada di belakang Pak Anta, salah satu pembina OSIS. Selama perjalanan tidak ada satupun dari kami yang berbicara. Sampai di ruangan kami dipersilahkan duduk dan sudah banyak guru yang berada di sana.

"Silakan perkenalkan diri kalian dan apapun yang kalian ingin sampaikan" kalimat pembuka yang diucapkan pembina kami.

Kami mengangguk tanda mengerti. Aku mendahului perkenalan ini. Mengapa perlu perkenalan? Bukankah dia sudah tahu siapa kami? Mungkin saja dia ingin menguji cara kami berbicara di depan umum.

"Selamat pagi. Saya Bagaskara Wijaya. Anak kelas XI IPA-1. Saya tidak menyukai basket seperti kebanyakan siswa lainnya. Lebih menyukai untuk berdiam diri di perpustakaan hanya sekedar untuk membaca novel maupun buku pelajaran. Ketua OSIS adalah impian saya sejak masih SMP. Saya rasa menjadi pemimpin dari sebuah organisasi bisa membuat saya belajar arti pemimpin sebenarnya. Hanya itu yang saya sampaikan. Terimakasih"

"Ya silahkan selanjutnya" perintah Pak Anta

Wira Yudiantara pov

"Ya silakan selanjutnya" kata Pak Anta setelah dia selesai memperkenalkan diri.

Aku akhirnya berdiri dan mulai berbicara setelah sainganku itu duduk dengan rapi. Walaupun aku tahu dia sangat ingin menjadi ketua OSIS tapi tidak mungkin dia bisa mengalahkanku. Belum dimulai aku sudah tahu akan menang. Tapi bagaimanapun aku juga harus mengikuti berbagai seleksi sebelum votting itu dilakukan.

"Selamat pagi para hadirin. Saya Wira Yudiantara. Siswa kelas XI IPA-1. Saya juga ketua club basket di sekolah ini. Selain basket, saya juga menjadi ketua di bidang bela diri karate. Tujuan saya ingin menjadi ketua di organisasi OSIS ini adalah agar saya bisa membandingkan lebih, apakah menjadi pemimpin di tempat yang berbeda itu sama atau tidak. Hanya itu yang saya dapat sampaikan. Terimakasih"

Setelah menyampaikan beberapa hal tersebut, aku akhirnya kembali ke tempat duduk semula. Ya tentunya di sebelah sainganku, Bagas. Aku akui dia juga layak menjadi ketua tahun ini. Tapi aku lebih. Bukannya sombong atau bagaimana. Tapi itu faktanya. Dia hanyalah seorang kutu buku di kelasku. Sedangkan aku? Jangan tanya lagi. Sudah aku jelaskan tadi.

Heart And LogicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang