Author pov
Bella berjalan menuruni tangga rumahnya. Dari lantai dua ia ingin menuju ke ruang tamu yang ada di lantai satu. Sesuai dengan perintah kakaknya tadi, ia harus menemui kakak ipar, keponakan, ayah dan juga ibunya yang baru pulang dari bekerja.
"Ma, pa" ucap Bella sembari meraih tangan kedua orang tuanya."Hai kak Intan, uuh, Gion udah gede ya?" lanjutnya. Kali ini ia menuju kursi sebelah untuk menemui kakak ipar dan keponakannya itu.
"Juga Bella" sahut Intan sembari mencium pipi kanan dan kiri Bella.
"Iya dong. Yon kan udah masuk TK" kali ini suara Gion
"Gimana sekolah mu Bel?" tanya Arga pada Bella setelah ia duduk di samping Gion
"Baik-baik aja. Kayak dulu" jawab Bella
"Gimana Bel? Udah ketemu kakel cogan belum?" tanya Intan pada Bella. Bella hanya tersenyum setelah mendengar kata kakak iparnya itu.
"Apasih kak" jawab Bella dengan pipinya yang sudah memerah sedari tadi
"Kakel? Cogan? Siapa dia ma?" kali ini Gion yang bertanya dengan nada sangat penasaran
"Aduh.. Itu Yon, temennya Kak Bella" jawab Intan sekenanya.
Seisi ruangan itu hanya tertawa melihat tingkah Intan yang kebingungan menjawab pertanyaan anaknya itu. Salah dia sendiri kan? Sudah tahu punya anak 'kepo' dia malah berbicara tentang kakel cogan di depan anaknya itu.
"Ma, kalo misalnya mama sama papa ga ada di rumah terus aku mau jalan-jalan sama Acha gimana?" tanya Bella pada Mauren- Mama Bella
Kenapa Bella harus bertanya hal itu? Bukankah ia telah bersahabat sejak SD? Memang mereka telah bersahabat sejak SD. Tapi selama itu pula mereka tidak pernah keluar bersama. Kecuali Acha yang bermain ke rumah Bella. Bella baru boleh keluar berdua dengan Acha jika mereka sudah SMA dan bisa menjaga diri mereka.
"WA mama kan bisa nak" jawab Mauren
"Kan kalo Bella WA mama, ga pernah dibales" jawab Bella dengan tampang sedih.
"Yaudah. Langsung pergi aja. Lagi pula kami semua kenal baik Acha. Kamu yakin dia bakalan jaga kamu" kali ini jawab Ageng- Papa Bella
"Ooh. Okelah ma, pa"
"Ma, pa. Bi Aiyah kemana?" giliran Arga yang bertanya
"Ooh bibi. Dia minta izin buat pergi kemarin. Katanya ada urusan keluarga. Nanti juga balik" jawab Mauren
Tiba-tiba pintu depan terbuka dan datang seorang wanita dengan menenteng dua buah kresek di tangan kanannya.
"Nah itu Bi Aiyah" seru Bella
Bi Aiyah menghampiri keluarga tersebut sembari tersenyum.
"Sore pak, bu, Mas Arga, Non Bella juga Non Intan, Den Gion" sapa Bi Aiyah ketika ia sudah sampai di depan keluarga tersebut
"Bi, itu apa?" tanya Arga
"Oh ini oleh-oleh dari kampung mas. Mau coba?" Bi Aiyah menyerahkan satu kresek berisi cemilan kepada Arga
"Kelihatannya enak bi. Bella mau ah"
"Yon juga deh"
"Bi, satunya lagi ditaruh aja. Biar bisa dimakan besok" suruh Mauren
"Baik bu"
"Oh iya bi. Hari ini ga usah masak aja. Kita makan di luar, mumpung lagi kumpul bi" jelas Ageng
"Baik pak. Tapi bibi gimana?" tanya Bi Aiyah yang nampak kebingungan
"Bi Aiyah tentu ikutlah. Mana mungkin kami tinggal" sahut Mauren kali ini
"Terimakasih pak, bu. Kapan akan pergi?"
"Jam 6 aja ya ma, pa? Biar ga macet" saran Intan
"Iya. 20 menit lagi ya bi. Yang lain silahkan siap-siap dulu" tegas Mauren
Bi Aiyah pergi meninggalkan ruang tamu dan menuju kamarnya. Begitu pula dengan Bella, Arga, Intan, Gion, Mauren dan Ageng.
***
Bella memasuki kamarnya dan duduk sebentar di sofa kecil dekat jendela itu.
"Huh, ternyata Kak Bagas sampai masuk alam mimpi. Kira-kira dia lagi ngapain ya sekarang?" tanya Bella pada jendela yang terbuka di depan matanya.
"Hm, mending mandi dulu. Ntar aku coba tanya Acha tentang Kak Bagas"
Bella bangun dari sofa dan langsung menuju kamar mandi. Ia menyambar handuk yang tergantung di depan pintu kamar mandi dan langsung masuk ke dalam.
8 menit kemudian Bella keluar dengan wajah lebih segar dari yang tadi. Ia kemudian mulai mengganti baju dan menyisir rambut. 5 menit kemudian Bella sudah selesai.
Cepat? Memang. Bella bukan anak yang suka memakai make-up secara berlebihan. Bahkan bisa dibilang ia jarang memakai benda itu kecuali dipaksa mamanya.
Bella menaruh kembali handuk itu ke tempat semula lalu menuju ke ruang tamu untuk berkumpul kembali.
***
Rombongan keluarga itu sampai di sebuah restoran milik orang tua dari sahabat Bella yang juga rekan kerja orang tua Bella, ya dia Acha.
Rombongan itu duduk di salah satu meja yang berukuran seperti meja keluarga. Dengan kursi yang pas dengan jumlah anggota tersebut. Bukan pas, tapi kelebihan satu kursi.
Bella berharap Bagas yang akan menempati satu kursi tersebut. Harapan yang baik bukan? Lagi pula Bagas orang yang baik. Sudah pasti keluarganya akan setuju.
"Mbak" panggil Ageng pada salah satu pelayan restoran tersebut
"Iya? Ada yang mau dipesan?" tanya pelayan itu setelah sampai di meja makan tersebut.
"Makanan satu paket buat keluarga aja mbak. Masih ada kan?"
"Oh itu masih pak. Ada tambahan lagi?"
"Enggak mbak. Cukup itu aja. Inget jumlahnya tujuh orang ya mbak" tegas Ageng
"Baik pak. Silahkan ditungggu" pelayan tersebut kemudian menuju arah kasir untuk menyampaikan pesanan keluarga itu.
Makanan satu paket buat keluarga? Terdengar aneh bukan? Namun ini biasa di restoran milik keluarga Pak Alvino- papa Acha. Dia sengaja membuat menu tersebut agar para keluarga yang datang tidak perlu menyebutkan makanan yang mereka inginkan satu per-satu. Isi menu itu antara lain; nasi, ikan bakar, olahan seafood, olahan daging, minumannya berupa sirup, dan makanan penutup berupa ice cream dan bolu dengan berbagai rasa.
Beberapa saat kemudian pesanan mereka akhirnya tiba. Keluarga itu mulai makan sembari sedikit berbincang-bincang. Namun tidak dengan Bella. Kenapa? Karena Bella tidak mengerti apa yang keluarga ini bicarakan, Gion juga sama. Mereka berdua hanya melahap makanan yang ada. Sedangkan Bi Aiyah ikut sesekali berbicara sekedar menyampaikan pendapatnya.
Tatapan Bella seketika teralihkan. Dia melihat sosok yang selama ini ia cari. Yang selama ini ia kagumi. Yang selama seminggu ini juga ia perhatikan. Ia melihat Bagas. Ya Bagas. Bagas datang bersama kedua orang tuanya. Mungkin sama dengan Bella, nampaknya Bagas juga melaksanakan makan keluarga hari ini.
Seulas senyum terukir di bibir Bella. Ia berharap Bagas melihatnya. Terkabul. Bagas melihat keberadaan Bella, dan ia juga menyadari senyum gadis itu. Tanpa ragu, Bagas membalas senyum Bella.
****************
Gaje ya? Iya lah.
Yg buat aja ga jelas asal-usulnya wkkw
Gadeng.
Kalian suka?
Aku harap 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart And Logic
Novela JuvenilBanyak yang bilang kalau cinta harus main logika, tapi bagaimana dengan hati? Bukankah hati yang menumbuhkam cinta? Lalu aku harus memilih apa? Kata hati? Atau logika? Mungkin keduanya? Cover by Picture For You @ted3530r