Kelima •~• Harapan

27 5 3
                                    

Annabella Angelista pov

"Huahem.. Ini jam berapa?"

"Hoh, rupanya baru setengah enam" jawabku pada pertanyaanku sendiri setelah melihat jam digital di meja sebelah ranjangku.

Bertanya lalu menjawab pertanyaan itu seorang diri. Siapa lagi yang harus menjawab? Karena hanya ada aku seorang diri di kamar, jadi aku harus menyelesaikan pertanyaan itu sendirian.

Rasanya aku ingin sekolah lebih pagi hari ini. Entah kenapa. Aku sangat merindukan Kak Bagas. Senyumnya. Aku ingin melihatnya lagi. Sesuai dengan janjinya di sekolah kemarin, aku harus menemui Kak Bagas
di kelasnya.

Aku berjalan menuju kamar mandi dan menghabiskan waktuku di sana kurang lebih 15 menit.

Setelah keluar dari kamar mandi, aku langsung mengambil seragam sekolah di lemari besarku dan langsung memakainya. Kuambil ponselku yang terletak di laci meja dekat ranjangku. Masih pukul 05.53. Aku segera menyisir rambut dan membiarkannya tergerai. Aku ambil tasku dan langsung kumasukkan ponsel kedalamnya.

Aku turuni tangga rumah. Sampai di meja makan aku hanya melihat gelas kosong. Kulihat sekeliling. Masih sepi. Hanya terlihat Bi Aiyah yang sedang masak di dapur ditemani oleh mama.

"Ma,Bi aku mau berangkat dulu ya" kataku pada mereka yang sedang asik membuat sesuatu

"Lho? Ini kan belum jam setengah tujuh sayang" jawab mama. Namun ia tidak memperhatikanku. Takut yang digorengnya menjadi gosong.

"Iya ma. Bella tau. Ingin sekolah lebih pagi aja ma. Boleh kan?"

"Aduh. Non ngapain sekolah pagi begini?" tanya Bi Aiyah sembari memotong sayuran

"Entahlah Bi. Aku kepengen aja" jawabku sekenanya

"Non ada piket di sekolah? Kalau dulu Bibi juga sekolah jam 6, itupun kalau ada piket Non" jelas Bi Aiyah

"Haha. Iya Bi. Piket"

"Yaudah. Sarapan dulu Bel" saran Mama

Aku menuju arah tempat kulkas dan mengambil sebuah roti dan mengolesinya dengan selai kacang. Lalu memakannya.

"Ma. Udah. Bella mau berangkat" pamitku pada Mama sembari meraih tangannya, begitu juga dengan tangan Bi Aiyah. Aku sudah menganggapnya sebagai ibu keduaku.

Aku membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya. Tas aku letakkan di bangku belakang. Aku melaju pelan menuju rumah Acha, tentu saja aku harus menjemputnya.

***

Aku melaju pelan menuju sekolah setelah menjemput Acha. Saat aku menjemputnya tadi ia sudah siap. Padahal aku tidak berjanji padanya. Mungkin karena ia ingin menjemputku pagi ini, namun keduluan olehku.

"La, lo ngapain sekolah jam segini?" tanya Acha padaku

"Pengen ketemu Kak Bagas Cha. Kemarin siang gue mimpiin dia, dan kemarin malem gue liat dia restoran milik ortu lo"

"Terus?"

"Kemarin siang itu gue mimpi pacaran sama dia. Gue diajak nonton, trus makan di restoran milik ortu lo. Lalu malemnya gue makan sekeluarga di sana. Eh, gue liat dia. Gue senyum ke arahnya, dan ini yang paling seru, dia juga senyum ke arah gue Cha. Oh Tuhan" jelasku panjang lebar pada Acha, sembari tersenyum membayangkan semua hal itu.

"Bella? Lo serius? Dia bales senyuman lo? Yang itu ga mimpi juga kan?"

"Ya enggaklah Cha"

Heart And LogicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang