Mia meremas-remas telapak tangannya di bawah meja, saat ini baru pukul tujuh pagi, tapi Ayahnya sudah membangunkan semua orang yang terlibat dalam pemungutan suara. Ayahnya duduk di kepala meja dengan gaya berwibawa seperti biasa, sementara itu disebrang Mia, Erick duduk dengan santai sambil bersilang kaki. Dan Andrew berada tepat disampingnya, Erick dan Andrew terlihat cukup berbeda. Kakak Mia terlihat lebih santai dan pendiam, sementara Andrew tampak kaku—ciri khas sebagai kepala keamanan yang baru dua minggu bekerja di rumahnya.
Mia mencibir dalam hati, selam ini ia meyakini bahwa Andrew adalah sosok kaku yang pendiam. Namun semua anggapan itu sudah runtuh sejak tadi malam, ketika laki-laki itu masuk ke dalam kamarnya dan bersikap santai. Dibalik pribadi yang kaku, ternyata laki-laki itu menyimpan sifat menyebalkan yang luar biasa. Sifat yang menurut Mia akan membuatnya cepat tua jika dirinya memang jadi menikah dengan lelaki itu.
'Semoga hasilnya seri,' Mia berdo'a untuk yang terakhir kalinya; ketika ia melihat Ayahnya merogoh ke dalam gelas, dan mengambil salah satu dari empat kertas suara yang ada.
"Setuju," kata Mr. Montgomery saat membacakan tulisan di kertas yang pertama. "Hm... sepertinya ini tulisanku, haha," tambahnya sambil diakhiri tawa. Laki-laki paruh baya itu tidak menghiraukan aura suram yang sejak tadi menyelimuti putrinya.
"Tidak setuju," Mr. Montgomery membacakan kertas kedua. Mia melirik Andrew dengan ekor matanya, pengawal pribadinya itu masih duduk sekaku batu. Seolah ia tengah menghadiri acara di gedung putih, dan tengah menyaksikan Presiden yang tengah melakukan pidato penyambutan. Tatapan Mia sekilas beralih ke kakaknya, dan untuk beberapa detik mata mereka bertatapan. Kakaknya itu memberikan senyum manis, yang setidaknya mampu membuat bahu Mia melemas. Ketegangan yang sejak tadi mengukungnya mulai berkurang.
Mia yakin bahwa Erick akan memikahnya, kakaknya itu tidak akan pernah berkhianat. Dan Mia percaya itu. Kertas ketiga telah diambil dengan suara setuju, atau dukungan untuk pernikahan dirinya dan Andrew. Untuk saat hasilnya dua setuju dan satu tidak, Mia menahan napas ketika tangan Ayahnya mulai membuka kertas terakhir. Mr. Montgomery bahkan berlama-lama menatap kertas itu dengan ekspresi wajah yang sulit dibaca, dan saat Ayahnya mulai membuka mulut, Mia menahan napas dengan seluruh kekuatan yang dimilikinya.
Namun yang dilakukan Ayahnya malah berdeham—yang Mia yakini hanya pura-pura—dan meminta untuk diambilkan air. "Ugh, tenggorokanku rasanya gatal," Mr. Montgomery mengusap tenggorokannya sekilas, lalu meraih gelas berisi red wine yang ada di hadapannya. "Hm... apa kau marah karena aku mau minum, Milady?" Mr. Montgomery menatap Mia dengan wajah tidak bersalah, bahkan Ayahnya itu jelas tengah mengoloknya. Kata Milady hanya akan diucapkan lelaki itu jika tengah mengolok anak perempuannya.
"Tidak. Silahkan bersihkan tenggorkan anda, Sir. Meskipun saya yakin jika air putih akan lebih baik daripada wine," balas Mia dengan nada menyindir. Sementara wajahnya menampilkan senyuman yang dipaksakan, bahkan Mia merasa wajahnya terasa mau retak karena menunjukan senyuman yang terlalu lebar.
"Oh, terima kasih banyak, Milady," Mr. Montgomery menyesap Wine secara perlahan. Menikmati setiap tetesan yang mengalir ke dalam mulutnya, setidaknya butuh waktu satu menit sebelum Ayahnya itu selesai minum, juga sebelum Mia merebut kertas sialan itu dan membacanya sendiri.
"Oh baiklah, mari kita bacakan putusan akhirnya," Mr. Montgomery mencari posisi duduk yang pas agar dapat membaca dengan nyaman. Lalu ia melirik Mia dengan gaya sopan, "Maaf karena membuat anda menunggu, Milady."
"Terserah anda Mr. Montgomery! Yang penting bacakan itu sekarang, Dad. Sebelum aku merebutnya darimu dan membuat susah kepala keamanan kesayangmu itu!" Mia melirik Andrew sebagai bahan ancaman.
"Oh aku takut sekali...," Mr. Montgomery tersenyum saat ia melihat wajah Mia yang mulai murka, bahkan anaknya itu sudah berdiri sambil menatap garanf ke semua orang. "Baiklah aku akan membacakan suara terakhir, dan ini adalah suara yang akan menentukan masa depan anak perempuanku, yang tentu saja kita semua yang ada di ruangan ini sudah sepakat untuk menyetujui apapun hasil... akhirnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Conspiracy [Conspiracy Series #2]
RomanceMia Montgomery yakin bahwa rencananya untuk dipergoki bersama kekasihnya akan berhasil. Ia percaya bahwa Ayahnya akan menyetujui dirinya menikah dengan Lander Smith jika menangkap basah dirinya tengah bermesraan dengan lelaki itu. Ia berhasil mengen...