Chapter 8

72 28 4
                                    


Budayakan vote sebelum membaca ya 🙏🙏🙏...

***

Sesampainya di kelas yang dilakukan Rindi hanyalah duduk melamun sambil sesekali tersenyum pada dirinya sendiri, ia bahkan tak menghiraukan tatapan tanda tanya dari kedua sahabatnya.

"Eh Rin, ngapain kamu senyam-senyum sendiri?" tanya Apri heran. Tak seperti biasanya sahabatnya itu bertingkah aneh.
"Mungkin dia lagi seneng kali ya?" batin Apri.

"Eem gak papa kok, lagi pengen aja" ucap Rindi masih terus tersenyum. Apri hanya bergidik ngeri, ia memang senang melihat sahabatnya senang tapi, melihat Rindi tersenyum seperti itu membuat ia merasa temannya itu setengah tidak waras.

"Ayo dong cerita sama kita-kita Rin,," bujuk Mita yang diiringi anggukan oleh Apri.

"Oke oke,, aku bakal kasih tau kalian" ucap Rindi.

"Ya udah cepet" ucap Apri.

"Jadi aku diajak pulang bareng sama Ka Rizallllllllll, terus ya aku juga diajak jalan sama diaaaaaaa" ucap Rindi antusias.

Apri dan Mita saling berpandangan sesaat, lalu menatap Rindi dengan tatapan yang seolah-seolah mengatakan "Cuma itu???",, sedangkan Rindi tidak memedulikan tatapan kedua sahabatnya.

" Saran aku sih, kamu jangan terlalu deket ya sama Ka Rizal" ucap Mita. Senyuman di wajah Rindi seketika pudar.

"Loh kok gitu?" tanya Rindi.

"Ya kan kamu tau, Ka Rizal itu playboy, dia juga sering mainin cewe, aku gak mau kamu sakit hati gara-gara dia" Mita mencoba menasihati sahabatnya itu.

"Udah lah Mit, kamu gak usah terlalu khawatir gitu sama aku,, lagian sekarang aku juga udah gak pernah liat Ka Rizal jalan sama banyak cewe. Mungkin dia udah berubah" ucap Rindi.

"Semoga aja dia udah berubah" ucap Apri pasrah.



Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari 10 menit yang lalu, tetapi Rindi masih berada di kelas sambil mengerjakan tugas kelompok bahasa Indonesia bersama beberapa temanya.

Bukannya ikut mengerjakan tugas, Rindi malah hanya berjalan mondar mandir seperti orang bingung, sesekali ia melirik jam yang berada di pergelangan tanganya.

"Rin, mending kamu pulang aja deh. Dari pada di sini kamu ngerasa khawatir terus" ucap Mita.

"Ga bisa gitu dong, enak aja. Kita kan di sini lagi ngerjain tugas bareng, masa dia kamu suruh pulang sih Mit" ucap salah seorang anggota kelompok mereka.

"Udah gak papa, Rindi lagi ada urusan,, kita kerjain bertiga dulu, toh besok masih ada waktu" ucap Mita. Yang diiringi anggukan oleh anggota kelompok mereka.

"Makasih ya, kalian pengertian banget,, aku janji besok kita kerjain tugas ini di rumahku abis pulang sekolah, gimana?" tanya Rindi.

"Oke" jawab Mita dan anggota kelompok yang lain. Rindi kemudian tersenyum ke arah teman-temanya, lalu melangkah pergi menuju parkiran.

_Parkiran_

"Udah lama kak?" tanya Rindi.

"Engga juga sih, yuk berangkat sekarang, nanti kalo lama- lama keburu kesorean" ajak Rizal, tetapi Rindi masih bergeming di tempatnya.

"Maaf ya ka, kaka jadi nunggu lama gara-gara aku" Rindi hanya menundukan kepalanya. Ia tentunya sangat menyesal, bagaimana jika karna hal ini Ka Rizal marah padanya??.

"It's oke, aku gak papa kok nungguin kamu" ucap Rizal sambil menyentuh dagu Rindi, membuat Rindi akhirnya mendongak.

Rindi bisa melihat tatapan tulus dari Ka Rizal. Tatapan teduh yang selalu ingin ia lihat di mata Rizal.

"Yuk naik,," Rizal menyerahkan helm yang sudah ia sediakan untuk Rindi.

"Makasih" Rindi lalu menaiki Motor Ninja merah milik Ka Rizal.

Motor Rizal pun melaju membelah jalanan ramai ibu kota.

***

Motor Rizal pun akhirnya berhenti di sebuah restoran elit yang telah ia pilih.

Rizal melepas helmnya lalu bergegas turun, begitu pun dengan Rindi tapi, dari tadi ia merasa kesulitan membuka helmnya.

Rizal akhirnya membantu Rindi melepas helmnya, sesaat Rindi benar-benar tersihir kedekatan mereka, dari jarak seperti ini Rindi bisa mencium bau maskulin khas cowo itu, ia juga bisa melihat ketampanan Ka Rizal dari dekat.

"Yuk,," Rizal menarik tangan Rindi dan menggandengnya setelah ia berhasil membuka helm Rindi. Rindi hanya mengangguk sambil tersenyum memandang tangannya yang kini berada dalam genggaman Rizal, karna ini pula ia sudah hampir melayang dibuatnya.

Rizal menuju meja yang ia pilih, lalu ia menarik salah satu kursi untuk Rindi.

"Silahkan tuan putri" ucap Rizal mempersilahkan Rindi duduk. Pipi Rindi bersemu merah, sesaat kemudian ia akhirnya duduk, diikuti pula oleh Rizal.

"Mas, mbak,, silahkan mau pesan apa?" tanya salah seorang waitress yang entah sejak kapan sudah berada di sana.

Rizal membuka daftar menu dan mulai memesan makanannya.
"Mba saya pesan chicken katsu sama orange jus ya" ucap Rizal kepada sang waitress.

"Kamu mau pesan apa Rin?" Rizal menutup daftar menu yang berada di tangannya.

"Aku pesan steak aja deh ka, minumnya samain aja" ucap Rindi sambil menutup daftar menu

"Oke mba tambahanya steak sama orange jus" ulang Rizal.

"Baik, silahkan tunggu sebentar pesanan kalian. Saya permisi dulu" ucap sang waitress sambil berlalu.

"Gimana de?, kamu suka kan sama restoran pilihan aku?" Rizal membuka percakapan.

"Iya ka, aku suka tempatnya. Ini restoran favorit kaka?" tanya Rindi.

"Bagus deh kalau kamu suka, ya ini salah satu restoran favorit aku, makanan di sini semuanya enak, bersih, dan yang penting berkelas. Mungkin nanti restoran ini jadi tempat makan favorit kamu" jelas Rizal.

Rindi hanya tersenyum samar, perkataan Rizal yang terakhir itu ia tak setuju. Sebetulnya Rindi tak terlalu suka makan di restoran elit seperti ini. Ia lebih suka makan di kedai-kedai pinggir jalan, lebih nyaman tidak terkesan terlalu formal untuknya tapi, karna Rizal yang mengajaknya tentu saja sudut pandang Rindi tentang restoran elit itu berubah karna Ka Rizal tapi, tentu saja itu tidak akan merubah selera aslinya.

Beberapa menit kemudian seorang waitress datang membawa pesanan mereka. Rizal dan Rindi pun akhirnya mulai menyantap makanan mereka diselingi beberapa candaan dari Rizal dan beberapa obrolan ringan seputar mereka.

TBC

❄❄❄❄❄

See you next time😊😀✋

 Cry Baby in Love (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang