2

147 1 0
                                    

.....

   Kini tak terasa usiaku menginjak 7 tahun, itu berarti sudah 2555 hari lebih aku tak pernah bertemu ibuku. Tapi yang mau aku bahas saat ini bukan tentang ibuku, karena aku tahu segala yang berkaitan dengan ibu itu tidak pernah ada habisnya bagiku, cukup disetiap malam aku menangis merindukannya, tapi tidak untuk saat ini. Karena sekarang aku sedang bersemangat untuk memasuki sekolah untuk kali pertama dalam hidupku, ya sekarang aku sudah bersekolah disebuah Sekolah Dasar yang jaraknya sedikit jauh dari rumahku. Seakan tak pernah tertinggal, ayah selalu ada disampingku, ayah mengantarkanku kesekolah hari ini, hari dimana pertama aku menginjakan kaki di sekolah dasar.

   “ayah, nungguin aku sampai pulang kan?” tanyaku sesampainya aku dan ayahku disekolah.

   Ada senyuman manis yang melingkar dibibirnya pada saat itu, dan aku mengerti bahwa sama sekali tak ada raut keberatan dari ayah.

   “ayah pasti nungguin kapten sampai pulang kok.”

   Oh iya aku lupa bercerita, jadi akhir-akhir ini ayah mempunyai nama panggilan baru buat aku, ya seperti yang telah kalian tahu bahwa ayah sekarang memanggilku dengan sebutan “kapten” itu semua dilakukannya setelah diulang tahunku yang ke 7 dia menannyakan apa cita-citaku kalau sudah besar.

   Pada saat itu aku menjawab gagahnya bahwa “aku ingin jadi nahkoda kapal ayah, aku ingin berlayar menyusul ibu agar cepat pulang.”

   Ayah saat itu langsung berdiri dan tersenyum sumringah, tak lupa juga dia memberi hormat padaku. “siap kapten, semoga kamu menjadi nahkoda kapal yang disegani anak buahmu kelak.”

   Pada saat itu aku sangat gembira sekali, karena aku tahu bahwa ayah tidak melarangku untuk menjadi pelayar, yang lebih bikin hatiku gembira bahwa ayah akan selalu mendukung apapun yang aku lakukan, asalkan itu semua tidak melewati norma-norma agama dan bangsaku. Sulit untuk mengungkapkan sosok seorang ayah, yang jelas My father is the best great hero, dan aku bangga mengucapkannya.

.....

   Jam menunjukan 19:48 namun ayah belum pulang juga, biasanya sebelum jam 18:00 ayah selalu sudah ada dirumah untuk menemaniku mengerjakan PR atau jika tak ada PR ayah mengajakku bermain game, ya aku dan ayah mempunyai kebiasaan menghabiskan waktu bermain playstation jika aku tidak mempunyai PR, walau ayah sedang sibuk bekerja namun ayah selalu menyempatkan menemaniku, ayah sangat jago dalam hal bermain game, apapun itu aku selalu kalah. Bahkan sempat waktu itu aku uring-uringan karena terus kalah sama ayah ketika bermain game sonic, sampai-sampai aku tertidur karena kelelahan menangis. Ayah itu kerjanya malem, setelah aku tertidur pulas dia baru mengerjakan pekerjaanya, entah apa pekerjaannya yang jelas setiap malam dia selalu menggambar garis-garis yang tak kutahu fungsinya untuk apa, namun aya pernah bilang bahwa ini pekerjaan ayah seorang penggambar perusahaan, dan dia kerjanya dirumah tidak dikantor seperti orang-orang, setiap malam ayah menghabiskan berlembar-lembar kertas demi mendapatkan hasil yang memuaskan. Aku tak begitu paham dengan pekerjaan ayah, yang pasti semoga semua yang dilakukannya adalah hal yang baik.

   Kulihat bi mimin sangat kelelahan, ia tak kuasa menahan uapnya, aku tahu walau dia menutup-nutupinya. “bi, kalo mau istirahat, istirahat aja gapapa gausah nungguin ayah, biar ayah aku aja yang nunggu.”

   “gapapa den, biarin bibi nemenin aden aja disini sampe tuan datang.” Sambungnya.

   “bener bi? Maksih ya.” aku memberi senyum sebagai pertanda terimaksih atas kesukarelaannya menemani aku.

   “iya den, sama-sama.” Lanjutnya.

   Bi mimin adalah orang yang mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan rumah ini, bahkan ayah pernah bilang bahwa bi mimin lah yang membantu ayah merawat aku dari kecil. Maka dari itu bi mimin sudah aku anggap seperti ibu kedua setelah ibu kandungku, karena dia aku bisa merasakan kasih sayang dari sosok wanita, walau bukan sebagai sosok ibu, karena bagi aku ibu adalah ibu, tidak ada yang bisa menggantikannya.

   Akhirnya tiba yang aku tunggu-tunggu sedari tadi, ya suara mobil ayah datang juga. Aku berinisiatif untuk menjemputnya kedepan pintu. “ayah, ko lama sih kenapa baru pulang?”

   Ayah saat itu terlihat semrawut sekali, entah apa alasannya ayah sampai begitu, aku sama sekali tidak tega melihat ayah seperti ini, ini bukan ayah yang aku kenal. Aku tidak mengerti kenapa ayah bisa seperti itu, padahal disekolah aku tidak bandel, kalo memang iya ayah seperti ini gara-gara aku, aku berjanji mulai detik ini tidak akan lagi bandel disekolah. Aku janji yah.

   “ayah, kenapa ko lusuh gitu?” tanyaku pada ayah yang sedari tadi sepertinya tidak menghiraukan keberadaanku.

   Ayah hanya tersenyum dan menggendongku, lalu kami masuk kedalam rumah. “ayah gapapa ko kapten, jagoan  ayah kenapa belum tidur?”

   Ayah mengantarkan aku ke kamar untuk segera tidur, karena besok aku harus bangun pagi untuk pergi kesekolah. Namun ada yang mengganjal dipikiranku setelah kejadian tadi, hatiku menjadi tidak tenang, aku selalu saja gagal untuk memulai petualangan mimpi yang sebelumnya aku harus bisa melewati gerbang lelap terlebih dahulu. Rasanya aku ingin menangis, menangis dipelukan ibu, karena pada dasarnya aku tidak pernah merasakan kasih seorang ibu, beruntung bagi kalian yang masih bisa bertatap sentuh dengan ibu, beruntung kalian bisa mendengar suara dari sosok ibu. Karena aku tidak bisa seperti kalian, walau hanya sekedar suarapun aku tak pernah mendapatkannya karena ayah selalu bilang bahwa ibu sedang sibuk kerja, tapi tak apa, karena aku tahu ibu sibuk itu semata buat aku dan ayah. Aku selalu berdoa semoga ibu diberikan kesehatan juga keselamatan diluarsana, semoga saat ibu pulang tak ada yang kurang sedikitpun, entah itu jiwa ataupun raganya.

Jangan lupa kasih jejak, aku cinta kalian😘

Selamat hari ibu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang