.....
Kini aku telah berusia 12 tahun, itu berarti ibu pergi meninggalkan aku dan ayah sudah 12 tahun lamanya, namun hingga detik ini aku selalu saja masih berharap ibu bisa cepat pulang, rasanya rindu ini sudah tak terbendung lagi, pikirku kenapa ibu tidak mengambil cuti saja untuk pulang, banyak orang-orang diluar sana yang orang tuanya bekerja diluar negeri tetapi masih menyempatkan pulang, tapi tidak untuk ibu, kenapa, apakah majikan ibu disana sebegitu teganya, sehingga tidak memperbolehkan ibu untuk pulang beberapa hari saja untuk bertemu dengan aku dan ayah, rasanya setelah aku besar nanti, aku ingin menyusul ibu keluar negeri, akan ku usahakan agar ibu bisa pulang bersamaku, bagaimanapun caranya aku tidak perduli.
Sekolah dasarku sudah hampir selesai, dimana disaat masa kecil anak-anak yang lain bisa merasakan kasih sayang ibu aku sebaliknya, tidak pernah merasakan kehadiran dari sosok ibu, bahkan sampai sekarang aku mau menginjak sekolah menengah atas pun aku belum bisa bertemu dengan ibuku. Aku iri kepada teman-temanku, namun ayah selalu saja punya cara agar aku tidak memikirkan hal itu, maka dari itu aku sangat-sangat menyangi ayah, bukan karena dia ayahku jadi aku pura-pura menyayanginya, melainkan karena dia benar-benar selalu ada disaat aku merasa terpuruk maupun bahagia.
.....
Malam itu terulang, aku melihat ayah kembali menangis, tangisannya tetap sama seperti yang pertama aku melihatnya, namun berbeda dengan kali ini, kali ini aku memberanikan diri untuk memahami apa yang ayah ucapkan pada pigura foto itu, aku harus benar-benar paham apa yang ayah simpan selama ini dalam tangisnya. Aku tak perduli apa itu isi dari tangisan ayah, yang jelas kali ini aku harus memastikan ayah akan baik-baik saja setetlah mau berbagi ceritanya kepadaku.
“bu, sepertinya ayah sudah tidak kuat lagi menahan semua kebohongan ini terhadap dion, apakah ibu setuju kalau dion mengetahui semuanya? Dion sekarang sudah besar bu, dion selalu saja meminta ayah untuk menghubungi ibu agar dia bisa berbicara sama ibu, jujur ayah sudah tak sanggup lagi untuk tersenyum membalas tanya nya ketika berbicara tentang ibu. Mungkin besok atau lusa ketika semuanya telah dirasa siap, ayah ingin mengatakan semuanya, dan ayah akan mengantarkan dion kemakam ibu, agar dia mengerti tentang semua ini, ayah tidak perduli seberapa benci dia nanti ketika mengetahuinya, namun yang jelas lebih baik dia benci ayah tapi mengetahui semuanya dari ayahnya sendiri, daripada dia tau dari orang lain namun tetap saja membenci ayah. Ayah harap ibu mengerti disana, ayah tidak mau nanti akan ada kebencian yang lebih besar dari dion terhadap ayah.”
Aku tak kuasa mendengar semuanya keluar dari mulut ayah, kini aku mengerti akan semuanya, setelah aku memahami apa yang sering ayah katakan terhadap figura itu.
“ayah,” sapaku.
Ayah terlihat sangat kaget, aku bisa merasakan kegugupan ayah ketika mengetahui bahwa ada aku dibalik celah pintu kamar yang sedikit terbuka. “kapten, ngapain jagoan ayah disana? Ko belum tidur sih.”
“apakah ayah mau cerita kepadaku?” tanyaku saat itu berhasil membuat ayah terperenjat, ayah langsung berlari menghampiri dan memelukku yang kurasa ada kesedihan yang mendalam dari dalam dirinya.
Ayah tidak menjawab, namun ada gerak anggukan yang memberi pertanda bahwa ayah mau cerita kepadaku, ayah tidak marah ketika aku ketahuan mengintipnya, malah aku melihat dibalik anggukan yang ayah kasih terhadapku, ada kiasan senyum yang sangat lebar melingkar dibibir ayah, dan yang jelas aku sekarang sudah siap mendengarkan apa saja yang akan ayah katakan, dan aku berjanji ketika ayah telah mengatakan semuanya, aku tidak akan membencinya, seperti yang ayah khawatirkan tadi, ketika berbicara dengan figura itu.
.....
“katakan saja ayah, dion tidak akan membenci ayah.” Aku memberi senyumku kepada ayah, ya semoga saja akan mengobati sedikit kesedihan ayah sekarang.
Ada keraguan yang besar yang kulihat dari muka ayah, berkali-kali ayah menghelak nafas yang panjang namun tak juga membuatnya berhasil berbicara terhadapku. Aku memeluk ayah agar dia bisa merasa nyaman untuk mengatakan semuannya.
Butuh beberapa menit untuk ayah mengeluarkan beberapa kata, dan yang jelas kini dirasa ayah sudah sepenuhnya siap untuk itu. “dion, sudah besar sekarang, dion sudah wajib tahu semua ini, ayah tidak perduli kalaupun nanti dion membenci ayah, ketika ayah telah mengatakan semuanya, namun yang harus dion tahu, ayah akan selalu menyangi dion semampu ayah.” Satu persatu kalimat yang keluar dari mulut ayah berhasil aku cerna dengan baik.
Gimana? Dapet? Ya semoga saja kalian suka, dan aku berharap kalian mau dengan senang hati meninggalkan jejak😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat hari ibu...
HumorAku hanya ingin berbagi cerita tentang perjalanan hidupku mencari sosok ibu. Pengalaman ini membuatku terus bersemangat untuk tumbuh menjadi dewasa. Aku mau menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuaku. Walau, dirasa itu semua tidak mungkin...