Setelah kurang lebih tiga puluh menit lama perjalanan, akhirnya kami sampai di mall dengan selamat sentosa. Varrel mencari lahan parkir yang kosong untuk mebilnya. Setelah mendapatkannya kita berdua turun dari mobil.
Kami masuk ke dalam kawasan mall. Di dalam mall ini banyak pasangan muda-mudi seperti kami. Kami berdua berjalan menuju tempat bioskop berada.
Bioskop di sini terlihat ramai. Mungkin karena hari ini adalah weekend. Aku duduk di kursi yang tersedia di sana sambil memperhatikan Varrel yang sedang mengantri untuk membeli tiket.
Tak butuh waktu lama, kini Varrel sudah berada di depanku dengan dua tiket bioskop di tangannya.
"Udah?" tanyaku. Varrel mengangguk.
"Masih ada waktu sepuluh menit lagi. Mau popcorn?" kata Varrel.
"Mau."
"Rasa apa?"
"Manis."
"Ya udah tunggu sebentar dulu."
"Gue ikut dong."
Aku dan Varrel berjalan ke penjual popcorn yang berada di dalam bioskop.
"Popcorn satu rasa manis, ukurannya medium," ucap Varrel.
"Minumnya?" tanya mbak-mbak kasir."
"Air mineral biasa aja dua," kataku menyela Varrel.
"Ukurannya?"
"Yang biasa."
"Saya ulangi ya. Popcorn rasa manis ukuran medium satu dan air mineralnya dua ukuran biasa." Varrel mengangguk.
"Ditunggu sebentar ya."
Lima menit kemudian pesanan milik kami sudah tersedia. Setelah membayar, Varrel dan aku segera memasuki studio dua sesuai dengan yang ada di tiket.
Ketika film dimulai, aku langsung memfokuskan mata ke layar lebar di hadapanku. Awalnya semua masih baik-baik saja. Tapi lama kelamaan aku mulai merasa risih dengan sesuatu. Aku menoleh ke kanan dan mendapati Varrel yang terus memperhatikanku.
"Kenapa?" tanyaku. Varrel menggelengkan kepala. Tak mau ambil pusing, aku kembali menatap film yang sedang berlangsung.
Lima menit kemudian aku lagi-lagi merasa ada yang memperhatikanku. Aku pun kembali menoleh ke arah Varrel. Dan benar saja, Varrel masih memperhatikanku lekat.
"Lo kenapa sih? Filmnya gak seru ya? tanyaku malas.
Varrel mengangguk. "Filmnya ngebosenin."
"Kalau gitu kenapa tadi milih film ini?"
"Karena lo mau nonton film ini?" ucapnya yang malah terdengar seperti bertanya.
Aku langsung merasa bersalah. Aku tidak tahu kalau Varrel tidak suka dengan film yang aku pilih. Kalau aku tahu aku mungkin akan memilih film yang lain.
"Maaf."
"Kenapa minta maaf? Enggak papa kali."
"Terus gimana? Mau pulang?"
"Enggak usah. Nanti kalau gue bosen 'kan gue tinggal liatin lo terus aja," ucapnya santai tanpa memedulikan jantungku yang berdetak hebat.
Aku berusaha untuk tidak memedulikan Varrel dengan kembali menonton film. Meskipun aku berkali-kali merasa risih, tapi aku berkali-kali juga untuk tetap tidak memedulikannya. Aku melirik Varrel sedikit dan dia masih melihatku.
Dua jam berlalu dan film telah selesai. Maka selama itu pula aku tak tahu apa isi film tadi karena fokusku harus terbagi dua. Film dan tatapan dari Varrel yang tidak pernah beralih dariku. Aku melirik Varrel kesal.
"Ayo keluar!" kata Varrel.
Aku menghembuskan napas lelah kemudian mengangguk. "Oke."
***
Haloooo semuaaaa. Ketemu lagi denganku. Aku gak akan ngomong panjang lebar, cuman mau nyapa kalian doang kok hehehe. Jangan lupa ya vote dan commmentnya. See you di pertemuan berikutnya.
12-05-2017
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day With You
Short StoryIni adalah kisah satu hariku yang dilalui bersama Varrel. Aku terus berada di sampingnya, di mana pun dan kapan pun. Hingga puncak keajaiban, aku terbang tinggi sampai langit ke tujuh. Di mana tidak akan ada satu orang pun yang bisa menurunkanku.